Halloween party ideas 2015

Paskah tahun 2011. Dimulai dengan hari Kamis Putih dan berakhir hari Minggu Paskah. Perayaan hari pertama dimulai pagi di Gereja Katedral, Jakarta. Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Monsinyur Ignatius Suharyo, Uskup Keuskupan Agung Jakarta. Para Imam Katolik memadati gereja ini. Datang dari berbagai paroki di KAJ dan juga ada imam projo dari luar KAJ. Para pastor/imam ini adalah perpanjangan tangan uskup dalam melayani umat.

Selain itu, umat yang hadir juga banyak. Tenda yang dipasang panitia di luar dan samping gereja dipadati umat. Perayaan ini memang merupakan perayaan para imam. Namun, imam juga kan dekat dengan umat. Ibarat gembala dan domba. Maka tak ada salahnya dunk kalau para “domba” ini ikut hadir.

Dalam penggembalaannya, para pastor perlu dikuatkan dengan doa dan dukungan umat. Di samping itu, mereka juga mesi setia dengan panggilan mulia itu. Itulah sebabnya dalam perayaan hari ini, mereka semua membaraui janji imamat mereka di hadapan uskup. Semoga tetap setia ya…para pastor/romo/imam. Proficiat.

Sore, pukul 6.30, komunitas mengadakan misa Kamis Putih. Perayaan mengenangkan perjamuan terakhir Yesus dengan para murid-Nya. Pada perayaan misa ini, kami mengadakan acara pembasuhan kaki (saling membasuh kaki). Misa yang dipimpin oleh Rm Wawan, SX ini berlangsung dengan khidmat. Dia membagikan pengalaman misionernya selama berkarya di Taiwan. Dia juga mengingat konfrater di sana yang juga merayakan paskah seperti umat Katolik di seluruh dunia.

Dalam khotbahnya dia mengatakan bahwa pembasuhan kaki itu bukan tindakan bodoh dan buruk. Itu merupakan sebuah bentuk pelayanan mulia dari seorang guru kepada murid-muridnya (Yesus dan para murid-Nya). Lebih lanjut ia menerangkan bahwa kesatuan guru dan murid menjadi kegembiraan besar kita, umat Kristiani bagi dunia. Kegembiraan ini kiranya diwartakan kepada semua orang.

Menjelang tengah malam, kami mengikuti doa tuguran di gereja Paroki Paskalis, Cempaka Putih. Tuguran mengingatkan umat Katolik akan doa Yesus di Taman Getsemani. Jadi, malam ini umat Katolik ikut ambil bagian dalam doa bersama Yesus di taman itu. Sekarang, umat melakukannya di hadapan Sakramen Mahakudus yang disimpan dalam sibori (sibori, tempat penyimpanan Sakramen Mahakudus). Yesus bukan saja dekat dengan manusia dalam sibori itu tetapi juga dekat dengan setiap orang dalam hati.*Semua gambar dari google images



Keesokannya (Jumat Agung), umat Katolik mengenangkan peristiwa Yesus menderita karena dideritakan demikian oleh manusia. Disiksa dengan caci-maki, dihasut dengan kata-kata kasar, dipukul, dibebankan dengan kayu salib berat. Semuanya berat. Fisik lemas karena didera begitu hebat. Dia pun jatuh, tak tahan, dan wafat di salib lalu dimakamkan. Telapak tangan dan kaki ditembusi paku, dirapatkan dengan kayu salib. Kejamnya manusia. Dari atas salib itu Yesus berseru, “Eloi, Eloi, lama sabakhtani, Allahku, Allahku mengapa Engkau tinggalkan Aku?” Seruan yang diartikan sepihak oleh para serdadu bahwa Yesus memanggil Bapa-Nya dan menyelamatkan diri-Nya. Yesus tidak turun dari salib. Seruan itu membuka mata mereka kemudian bahwa Yesus benar-benar Anak Allah. Beberapa di antaranya sadar dan membuka hati.

Visualisasi ini juga yang digemakan lagi oleh sejumlah mahasiswi/a dari berbagai kampus di Jakarta Timur. Saya dan ketiga teman diundang mengikuti acara ini. Mereka ini termasuk orang yang berani dan tidak segan mengungkapkan iman di tengah orang berbeda keyakinan. Ini baru namanya iman yang mengakar dalam diri dan bukan iman tempelan.

Yesus yang diperankan seorang mahasiswa diarak menuju tempat wafatnya. Visualisasi jalan salib ini dibuat di kampus Universitas Negeri Jakarta, Rawamangun. Beberapa penghuni kampus dan pemilik warung di sekitar rute heran-heran dan terharu melihat Yesus disiksa sementara Veronika yang diperankan seorang mahasiswi mengusap wajahnya. Mereka mungkin tak tahu arti di balik semua ini tetapi bagus kalau mereka melihat dan menghormati peristiwa ini. 

Sabtu Suci. Hari yang disebut juga Malam Paskah. Malam Kebangkitan Tuhan Yesus. Kebangkitan yang unik. Setelah menderita, wafat, lalu bangkit. Semuanya dihitung 3 hari sejak Ia wafat di kayu salib. Ini mengingatkan kita akan Syahadat Para Rasul, “…pada hari ketiga bangkit dari antara orang mati…” Malam ini kegembiraan itu muncul setelah menyaksikan peristiwa sedih kemarin. Namun apakah kita juga bangkit dari kebiasaan buruk kita?

Peristiwa Kebangkitan malam ini merupakan sebuah kerinduan. Tak salah kalau Pastor Paroki Kelapa Gading, Rm Antonius Gunardi, MSF mengatakan kalau anak-anak dan para remaja hari-hari ini merindukan kedatangan Justin Bieber (17 tahun) asal Kanada, apakah umat sekalian juga merindukan Kebangkitan Yesus? Tentu saja ada kerinduan. Ia melihat umat yang sejak pukul 3 sore tadi sudah menduduki bangku-bangku dalam gereja. Mereka takut tidak dapat tempat duduk. Ini sebuah kerinduan untuk menghadiri misa malam paskah. Kerinduan ini kiranya mengubah kebiasaan buruk kita. Yesus hadir membawa pembaruan dalam hati umat masing-masing.

Minggu Paskah. “Pada hari pertama minggi itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur…” Yesus tidak ada dikubur. Ia memang sudah bangkit dan duduk di sisi kanan Bapa. Tak tahu kapan persisinya Yesus meninggalkan kubur itu. Padahal hari Jumat baru dikuburkan. Jumat, Sabtu, dan Minggu pagi hilang. Pas tiga hari. Ya….Dia bangkit pada hari ketiga. Selesailah rangkaian paskah. Namun makna paskah tentu saja terus diperbarui. Selamat Paskah.

Cempaka Putih, 28 April 2011
Gordy Afri

Post a Comment

Powered by Blogger.