Halloween party ideas 2015

Foto ilustrasi oleh SanjiOne
PSSI dan KPSI. Dua lembaga yang tampak sama tinggi. Lembaga bergengsi. Satu bentukan sah. Satu lagi antara sah dan tidak sah. Sulit menentukan mana yang sah dan mana yang tidak. Untuk memudahkan pemahaman, kita tinjau saja umur mereka. PSSI lebih lama.

Kalau mengenai sah dan tidak untuk saat ini relatif. Sebab, keduanya menganggap diri sah. Keduanya tidak membuka ruang bagi masyarakat untuk menilai. Keduanya mengklaim sah. Program mereka dianggap resmi. Masyarakat hanya menonton saja. Kalau pun protes tak ada gunanya.

Tetapi lebih baik ‘menggonggong’ daripada diam saja.

Saya teringat akan anjing kesayangan yang tak henti menggonggong ketika menjaga tupai di atas pohon. Dia menggongong dengan setia di bawah pohon. Tujuan gonggongan ini adalah menunggu sang majikan. Juga untuk menjaga tupai itu agar tidak lari. Jadi, tidak ada salahnya jika kita menggonggong.

Kalau mau selesaikan masalah antara PSSI dan KPSI, salah satu jalannya adalah berdamai. Tetapi mulai dari mana? Jika kedua lembaga ini tidak membuka ruang bagi yang lain, damai itu akan sulit.

Ketika dua orang tidak mau kalah maka selama keduanya masih kuat tidak ada yang kalah. Tentu KPSI dan PSSI bukan lembaga yang adu kuat. Keduanya adalah lembaga yang mengelola sepak bola. Tetapi, melihat sepak terjang keduanya, rasa-rasanya tidak salah jika kita menilai mereka sedang membuat adu kekuatan. Keduanya tidak mau kalah.

Salah satu kunci untuk berdamai adalah mau rendah hati menerima yang lain. Selama kita mengunci diri, yang lain sulit masuk. Demikian jika PSSI atau KPSI mengunci diri, yang lain sulit masuk. Dengan demikian tidak ada perdamaian antara keduanya.

Dampak selanjutnya besar. Sepak bola Indonesia tidak diakui di mata internasional. Masyarakat tidak bisa menikmati permainan Indonesia. Mungkinkah ini jalan terbaik? Belum tentu. Tetapi, melihat kengototan kedua lembaga pengurus sepak bola, rasa-rasanya jalan terakhir menjadi pilihan.

Indonesia memang tidak mengehndaki itu. Tetapi pilihan itu jatuh dari atas. Pengurus sepak bola dunia-lah (FIFA) yang akan menjatuhkan. Jalan ke sana semakin dekat.
Sikap mau menang sendiri tidak bisa lagi dipertahankan jika pihak ketiga masuk. Jika FIFA masuk, Indonesia tidak bisa berbuat banyak lagi. FIFA masuk bukan tanpa alasan. Ini wewenang mereka sebagai induk. Jika mereka memberi waktu untuk berbenah tetapi tidak ada hasil, lebih baik kita berbenah diri dulu. Kita mau tidak mau menerima keputusan dari atasan.

PA, 19/12/12
Gordi

*Pernah dimuat di blog kompasiana pada 19/12/12

Post a Comment

Powered by Blogger.