Halloween party ideas 2015

foto oleh mmansour
Gara-gara tentara Israel dan tentara Hamas (Palestina) bentrok, kehidupan di Gaza terganggu. Rakyat sipil di sana tidak tenang hidupnya. Padahal semua manusia mendambakan ketenangan hidup. Yang tak kalah menderita adalah anak-anak. Sejak kecil mereka mengalami situasi tidak nyaman seperti ini. 

Akan jadi apa mereka nantinya? Anak-anak adalah generasi masa depan bangsa. Jika mereka menderita, masa depan bangsa juga akan merosot. Merekalah penerus kehidupan bangsa. Tetapi jika sejak kecil mereka tidak mengalami situasi nyaman, bagaimana mereka memperjuangkan kenyamanan itu ke depannya?

Zaman sekarang memang serba tidak nyaman. Di rumah tidak nyaman, di kantor tidak nyaman, di jalan tidak nyaman, di tempat kerja tidak nyaman. Ya…inilah yang dialami saudari/a kita di Gaza. Pemimpin silih berganti namun nasib mereka di jalur Gaza serba ketidakpastian. Hari ini tenang besok tidak tenang lagi. Siang tenang malam ribut lagi.

Apakah ini tidak akan beakhir? Hanya Tuhan yang tahu. Kalau perseteruan antara Israel dan Hamas saja susah dihentikan maka nasib rakyat Gaza tidak tentu. Merekalah yang paling menderita. Mereka selalu mendengar bunyi pesawat tempur, roket, bom meledak. Juga menyaksikan bangunan runtuh, api berkobar, mayat manusia, daging manusia tersayat, darah manusia mengalir. Sampai kapan ini ada? Hanya Tuhan yang tahu.

PA, 23/11/12
GA

*Artikel ini pernah dimuat di blog kompasianakolom LUAR NEGERI pada 23 November 2012

foto oleh tsts90
Istilah perang di zaman modern ini bukanlah hal baru. Amerika, Inggris, Perancis, Israel, Palestina, beberapa negara di Afrika, beberapa negara di Asia sering dikaitkan dengan perang. Memang di negara-negara inilah terjadi peang. Juga, negara-negara inilah yang terlibat perang. 

Rasa-rasanya perang tidak akan berakhir. Ada yang mengatakan perang merupakan awal dari perdamaian. Tetapi kok sampai sekarang tidak ada perdamaian itu. Di Indonesia saja terjadi perang sana-sini. Konflik terjadi di berbagai daerah. Itu juga masuk kategori perang. Ada yang mengatakan selagi senjata masih diproduksi perang tidak akan berakhir. Jiak demikian, perang akan tetap ada.

Elok nian jika perdamaain tercapai setelah berperang. Perang Eropa dan perang Pasifik memang diakhiri dengan perdamaian. Tetapi, sebelum itu terjadi sudah banyak yang jadi korban. Nyawa manusia banyak yang lenyap begitu saja termakan senjata pemusnah, senjata api, senjata modern.

Padahal tanpa perang pun perdamaian tetap ada. Asal saja ada kesepakatan antara kelompok yang salah paham. Situasi ini memang mengandaikan kelompok ini belum berperang. Tetapi jika sudah berperang agak sulit untuk berdamai. Damai pun bisa datang setelah korban berjatuhan. Damai datang terlambat. Damai juga bisa hanya formalitas di atas kertas. Anak cucu nanti masih akan melanjutkan warisan perang itu.

Lestarikan budaya damai tidak mudah. Apalagi jika damai bukan menjadi budaya. Pada dasarnya memang damai itu merupakan budaya. Sebab, manusia lahir di dunia yang aman, dilengkapi hasil bumi yang melimpah dmei kebutuhan manusia. Hanya saja manusia salah emmanfaatkan semua ini.

Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia serakah. Manusia menghabiskan smeua kekayaan alam bumi. Lantas, manusia juga yang akan menderita. Manusia merebut tanah, lahan perminyakan, lahan hasil bumi, dan sebagainya. Dari sini juga muncul perang berkepanjangan. Israel dan Palestina juga merebut wilayah yang diklaim sebagai tanah leluhur. Lantas, tak boleh dipindahtangankan.

Namun, nasib orang berbeda. Ada yang lahir di bumi yang damai, ada juga yang lahir di bumi yang sedang bergejolak. Anak-anak Israel dan Palestina yang lahir pada zaman ini adalah anak-anak yang lahir di bumi konfli. Bumi peperangan. Mereka tidak menikmati bumi yang damai.

Kita berharap Israel dan Palestina menghentikan aksi perang. Biarlah anak-anak Israel dan Palestina menikmati kedamaian di bumi ini.

PA, 22/11/2012
GA


gambar dari bisnis.news.viva.co.id
Paris. Inilah nama yang tersohor di kota budaya dan pendidikan negeri ini. Mendengar nama ini pembaca pasti membayangkan Eropa dan Perancis yah.. Saya tidak menghakimi itu. Tetapi perlu diberitakan bahwa ‘Paris’ yang saya maksud adalah tempat yang ada di negeri kita ini. 

Paris adalah singkatan dari Parang Tritis. Nama sebuah kawasan wisata di Yogyakarta. Paris merupakan nama sebuah pantai di daerah Selatan Yogyakarta yang selalu ramai dikunjungi orang.

Saya dan teman-teman mengunjungi daerah ini pada Kamis, 15/11/2012. Kami berangkat pagi dengan 2 mobil dan 1 sepeda motor. Saya sendiri yang membawa sepeda motor. Iring-iringan dalam perjalanan cukup ramai. Jalanan ke paris memang sedang ramai. Apalagi mulai siang hingga sore hari. Beruntung karena kami berangkatnya pagi, pukul 8.30. belum terlalu ramai. Saya melajukan sepeda motor saya sekencang mungkin.

Di sana kami mandi-mandi di pantai. Suasana pantai cukup ramai. Pemandangan indah di pagi itu. Kami menyewa satu payung seharga Rp. 25000 untuk tempat berteduh. Di tempat teduh itu ada tikar yang digelar dengan ukuran lebih kurang 2x2 meter. Kami menambah 2 tikar lagi sehingga tempatnya agak luas.

Di sini kami duduk-duduk sambil beristirahat setelah capek bermain di air laut. Pukul 12.30 kami makan. Kami menyewa sebuah warung beserta kamar mandinya. Di warung ini kami membeli minuman es kelapa muda dan beberapa minuman ringan. Kami juga menggunakan kamar mandi untuk cuci muka setelah kotor terkena pasir.

Pukul 15.30 kami pulang. Perjalanan pulang cukup ramai karena banyak pengunjung yang juga ikut pulang. Saya menyalib semua mobil karena kecepatan sepeda motor lebih tinggi dari mobil. Namun di jalan bebas hambatan alias ring road di kotaYogyakarta sepeda motor kalah. Di sini mobil melewati jalur khusus. Demikian juga sepeda motor. Untuk sepeda motor tidak terlalu cepat karena banyak sepeda motor yang jalannya pelan entah karena membawa beban berat atau karena hati-hati.

Menurut beberapa teman rekreasi hari ini cukup ramai. Beda dnegan rekreasi ke Borobudur dan Sendangsono bulan lau. Saat itu kami capek dalam perjalanan. Beda dengan ini. Yah....semua tempat memang mempunyai keunikan.

Terima kasih untuk Sang Kuasa yang memungkinkan kami menggunakan hair ini untuk melalangbuana sejenak ke Paris-nya kota Yogyakarta. Sampai jumpa di lain kesempatan. Terima kasih.

PA, 16/11/2012
Gordi Afri


Malam Minggu yang lalu saya berkunjung ke Seminari Mertoyudan, Magelang, Jawa Tengah. Ini sekolah untuk para calon imam Katolik. Namanya Seminari. Berasal dari bahasa Latin yang artinya kira-kira tempat persemaian. Memang siswa di sini adalah mereka yang mau menjadi bibit-semai. Mereka dibina khusus untuk menjadi pemimpin dalam Gereja Katolik.

Saya berangkat bersama sahabat saya. Kami berangkat malam dari Yogyakarta. Kami menginap karena esok paginya mau mengikuti misa pagi di seminari.

Di sana saya bertemu teman saya. Dia tinggal di sini untuk mendampingi siswa-siswa yang ada di situ. Dia menjadi tukang semai.

Saya gembira bertemu dengannya. Mula-mula tidak ada pemberitahuan dan kabar angin. Saya hanya tahu dia ada di sana. Begitu kami tiba, bertemu penerima tamu, saya memberitahukan kepadanya untuk memanggil teman saya. Teman saya datang dan menemui saya.

Malam itu kami berbagi cerita. Suka duka sebagai pendidik. Saya hanya mendengar kemudian sedikit memberi respons. Pertanyaan dari saya cukup banyak. Ini karena saya mau mengetahui banyak hal dari sekolah ini.

Cerita demi cerita diungkapkan. Lama-lama kami bukan saja memberi tahu soal sekolah ini. Tetapi juga menjelaskan orang-orang yang ada di sekolah ini. Dari sini mengalirlah banyak cerita lagi. Saya senang bertemu teman ini. Dia ramah. Dia mau menemani kami dan mengantar kami keliling kompleks sekolah ini. Saya jadi tahu pergulatannya.

Terakhir, dia mengatakan kepada saya, terima kasih atas kunjungannya. Saya jadi semangat lagi menjadi pendidik. Saya jadi ada tenaga baru untuk melanjutkan petualangan. Kami memang saling mendukung sebagai pendidik yang memberi seluruh tenaga untuk anak didik. Kami mau jadi teman seperjalanan.

Ungkapan senang bertemu dan senang atas kunjungan Anda menjadi kata-kata yang saya pegang. Ternyata kedatangan saya membawa kegembiraan bagi teman saya. Andai setiap hari saya membahagiakan orang-orang di sekitarku bukankah lebih banyak kegembiraan yang ditaburkan di dunia ini? Andai semua anak didik kami ditulari kegembiraan ini bukankah kami menabur lebih banyak benih kegembiraan?

Selamat bergembira kawan. Selamat membagi inspirasi baru. Salam persaudaraan.

PA, 14/11/12
Gordi Afri

Hasrat untuk tahu itu besar sekali. Rasanya belum lengkap jika saya belum tahu. Apakah smeuanya harus saya tahu? Selagi ada peluang saya akan mencarinya.

FOTO


Saya baru saja pulang dari luar kota. Pergi semalam dan kembali siang tadi. Saya beristirahat selama 1 jam lalu makan siang. Kemudian rekreasi sebentar lalu membuka internet. Saya membuka email dan facebook. Di email tidak ada pesan baru. Di facebook ada pesan baru dan pemberitahuan lainnya. Wah rasanya saya harus tahu siapa saja yang mengirim pesan itu. Apa saja isi pemberitahuan itu.

Rasa ingin tahu ini begitu besar. Saya pikir mungkin ini efek internet dan dunia maya. Jangan-jangan sudah kecanduan. Boleh tahu asal jangan sampai menjadi candu. Rasa ingin tahu yang begitu besar ini mengarah pada kecanduan. Saya memang sering membuka facebook dan email.

Jika ini mengarah pada kecanduan saya akan mengarahkannya pada hal-hal yang baik. Mengecek email dan facebook juga baik. Tapi tentu tidak mesti setiap saat. Alangkah baiknya jika rasa ingin tahu ini diarahkan pada kegiatan membaca buku. Ini efeknya jauh lebih positif ketimbang dunia maya yang serba banyak pilihan.

Saya akan melakukan ini dalam beberapa hari ke depan. Semoga tidak lagi mengarah pada candu dunia maya yang menyesatkan.

PA, 11/11/12
GA


Malam ini malam minggu. Para cewek dan cowok muda biasanya suka malam minggu. Suka karena mereka bertemu. Mereka pun menunggu malam minggu. Belum lengkap jika malam minggu gak diisi dengan sesuatu yang woao…

Nah ini pesannya untuk kalian. Pesan ini saya dapat dari teman facebook saya. Katanya…salam sukses yah tuk teman-teman yang mau malam mingguan. Pesan lanjutannya demikian. Jangan bawa anak orang terlalu lama nanti kapok kalian sama bapaknya.

Benar juga yah…malam minggu kadang-kadang dijadikan malam untuk membawa anak orang keliling kota. Kalau suka sama suka mau apa lagi. Suka jalan-jalan maksudnya. Jadinya berdua pada malam minggu sambil jalan-jalan.

Hati-hatilah sebab bisa saja saat kalian jalan-jalan terjadi sesuatu. Ban motor atau mobil gembos. Kalian dirampok di tengah jalan. Motor atau mobil kalian dicuri orang saat kalian berduaan. Anda diminta menyerahkan handphone dan kartu kredit dan kartu ATM. Anda juga mungkin menyerahkan kalung dan cincin berharga anda.

Jadi, berhati-hatilah jika anda berduaan sama teman Anda pada malam ini. Benar pesan teman saya..jangan lama-lama. Lebih cepat lebih baik seperti slogan Pak Kalla.

PA, 10/11/12
GA

*Tulisan ini pernah dimuat di blogkompasiana kolom URBAN pada 10 November 2012


Saya suka tanggal, bulan, dan tahun ini. Ini padanan yang cantik. Nomor cantik, kata penggemar nomor handphone. Nomor cantik juga kata pemain kupon putih. Apakah bagi saya juga itu merupakan nomor cantik?
Tentu saja. Tetapi cantik dalam arti apa. Saya memang melihat padanan itu cantik. Bukan dibuat-buat juga. Tetapi, kebetulan yang tak disangkal lagi.

Tadi malam saya dapat kabar dari rumah. Kabar buruk. Nenek saya meninggal. Saya sedih mendengarnya. Adik-adik saya mengabarkan hal itu. Dengan dua adik, saya berkomunikasi cukup lama. Kami mengenang jasa sang nenk. Dengan dua paman saya juga, saya berkomunikasi. Meski hanya sebentar dengan mereka. Mereka memang sibuk mengurus hal ini. Tetapi ekduanya tetap membalas pesan singkat saya. Satunya dibalas pagi ini dan satu lagi balas langsung tadi malam.

Nenek bagi saya adalah figur penyayang. Dialah yang memberi kasih sayang seperti ibu saya memberi kasih sayang. Saya sempat mengenang dan bercerita dengan adik saya. Dulu, waktu saya dan kakak masih kecil, sering mengunjungi nenek dan kakek. Nenek biasanya menyimpan telur ayam. Ketika kami, cucu-cucunya datang, dia mengeluarkan telur ayam itu dan merebusnya. Dia sendiri yang membagi-bagikan kepada kami para cucunya.
Ini yang saya ingat dari nenek ini. Dan, akan saya ingat terus.

Tadi malam, saya sempat menetes air mata ketika berkomunikasi dengan adik saya. Adik saya belum lama ini bertemu nenek. Kebetulan dia libur dan kembali ke rumah. Ia mengunjungi nenek yang waktu itu sempat sakit. Mereka berbincang-bincang sebentar. Dia juga punya kenangan indah dengan sang nenek.

Saya sendiri sudah lama tidak bertemu dia. Waktu liburan 2 tahun lalu, saya tidak sempat bertemu nenek. Meski demikian, saya selalu ingat dia. Nenek dalam benak saya tidak terlupakan justru karena kasih sayang yang ia berikan waktu kami kecil.

Semalam, saya menangis mengingat nenek. Dia kini meninggalkan kami, anak-anak dan cucu-cucunya.

Kami sedih mengingatmu nek
Kami tidak bisa menemukan figur seperti engkau
Kami kini hanya mengenang jasamu Tanganmu begitu halus dan damai bagi kami Engkau mendidik kami dengan penuh kasih sayang
Engkau mengajari kami hidup bersama dalam suasana persaudaraan
Engkau juga mengajari kami apa artinya berbagi
Darimu kami belajar banyak hal
Nek, dari sana engkau melihat kami
Doakan kami nek dari seberang sana Bimbinglah langkah kami anak-anak dan cucu-cucumu
Ingatkan kami untuk selalu mendoakanmu.

Keluarga kami dirundung duka yang beruntun. Tahun lalu dalam suasana Natal sang kakek pergi untuk selamanya. Dia meninggal persisi malam Natal. Saya waktu itu sedih. Tetapi tetap merayakan misa Natal bersama teman-teman dalam suasana bahagia. Bukan senang.

Dengan kepergian nenek ini, kini kami sebagai cucu tidak ada lagi figur yang bisa bermanja-manja. Kini saya hanya punya Om dan Tanta. Selain keluarga saya sendiri tentunya. Tetapi ada suasana lain nantinya jika berkunjung ke rumah nenek. Dulu, ada kakek dan nenek yang menyambut dengan suasana ceria dan kasih sayang. Kami dulu disambut di pintu masuk. Nenek dan kakek mencium kami satu per satu. Yang kecil bahkan digendong. Sekali gendong 1 sampai 2 cucu. Lalu bergantian.

Kini yang menyambut kami hanya Om dan Mama kecil saya. Tetapi tak apa-apa asal kami bisa berkumpul dalam satu keluarga yang penuh kasih sayang. Dengan Om ini juga saya sampaikan pesan semalam. Saya harap Om membaca pesan saya itu di hadapan nenek. Sebab, hanya itu kata-kata terakhir saya. Saya tak bisa berbuat apa-apa—kecuali berdoa dan berharap—dan tak punya apa-apa untuk diberikan pada nenek.

Kepergian nenek membawaku membayang dan mengingat semua keluarga yang sudah pergi meninggalkan kami. Ada kakek. Ada kakak yang amat dekat dengan saya. Ada juga Tanta yang juga amat dekat dengan saya dan juga dengan bapak. Ada kakek dan nenek dari keluarga bapak yang selalu kami doakan. Mengingat mereka semua ini saya hanya bisa berdoa. Saya tidak sempat hadir dalam hari-hari terakhir dan pada waktu pemakaman mereka semua ini tetapi saya mendoakan mereka.

Saya yakin mereka semua berbahagia bersama Bapa di surga. Akhirnya selamat jalan nek, doa kami menyertaimu. Doakan kami dari seberang sana. Berilah kami anak-anak dan cucumu kebahagiaan dalam hidup. Selamat jalan nenek. Dari cucumu tercinta dan atas nama para cucumu.
Gordi Afri

PA, 10/11/12
GA


Melahap 400-an Halaman dalam 1 Minggu


Ada apa ini judul tulisan pake jumlah halaman? Sengaja ditulis demikian. Memang isi tulisan ini membicarakan tentang halaman buku. Buku apakah yang dimasudkan itu?

Begini ceritanya. Saya ini kan rajin membaca. Membaca koran, majalah, dan buku. Saya juga sering mendapat cerita motivasi dari orang lain tentang menariknya kegiatan membaca. Memang saya selalu tertarik untuk membaca. Tema apa pun asal diulas dengan menarik saya akan membacanya.

Beberapa hari belakangan saya sedang membaca buku Perang Eropa jilid 2 dan 3. Buku PE jilid 1 sudah saya baca di Jakarta. Di Yogya ini saya melanjutkan membaca PE 2 dan 3 juga Perang Pasifik. Semuanya ditulis oleh PK Ojong, salah satu pendiri Kompas-Gramedia.

Dengan gaya jurnalistiknya, Ojong menulis dengan menarik. Ceritanya menarik untuk dibaca bersambung. Lantas jumlah 400-an halaman pun selesai dalam 1 minggu. Di Jakarta saya pernah membaca 1 hari sebanyak 200 halaman. Tetapi leher saya jadi sakit sedikit. Gara-gara menunduk terlalu lama. Dari situlah bermula saya tertarik membaca buku PE ini. Tetapi kemudian saya membuat ukuran sendiri. Membaca maksimal 100 halaman sehari. Kadang-kadang kurang seidikit. Saya menargetkan minimal kalau sibuk 50-an halaman sehari.

Buku PE jilid 1 dan 2 saya selesaikan masing-masing 1 minggu. Mulai kemarin saya membaca buku Perang Pasifik. Mudah-mudahan selesai dalam 1 minggu. Mengingat bukunya juga harus segera dikembalikan. Beginilah model membaca buku pinjaman dari orang lain atau dari perpustakaan. Jangka waktu peminjamannya terbatas.

Demikian sedikit sharing saya selama membaca buku Perang Eropa beberapa hari belakangan. Semoga ini menjadi isnpirasi bagi pembaca semuanya untuk giat membaca. Selamat membaca.
----------------------
PA, 7/11/12
GA


Perang eropa menjadi sebuah ajang menguji kekuatan senjata antara Sekutu (Amerika-Inggris) dan Jerman. Sekutu masih dilengkapi dnegan beberapa negara sahabat lainnya seperti Polandia. Sedangkan Jerman berharap pada Italia. 

Adu kekuatan senjata tak terhindarkan dalam perang Eropa ini. Yang uniknya adalah bagaimana kinerja para perancang dan ahli senjata memacu penemuan baru. Mereka ini memikirkan bagaimana menciptakan senjata model baru yang mampu menangkis atau menaklukkan senjata lawan.

Perkembangan teknologi senjata saat itu amat pesat. Ada senjata yang khusus menghalau senjata lawan. Ada yang menangkis serangan dari udara. Pokoknya macam-macam.

Boleh jadi tanpa perang teknologi senjata tidak maju. Senjata memang digunakan untuk perang. Tanpa perang senjata hanya menjadi hiasan belaka. Tetapi tahukah kita bahwa senjata yang diciptakan itu membunuh sejumlah besar manusia? Untuk apa menciptakan senjata jika manusia justru bernafsu untuk membunuh sesamanya?

Inilah salah dan kurang bijaksananya manusia modern. Menciptakan barang canggih yang justru memakan nyawa manusia. Di mana moral manusia beraksi? Aksi bobrok dalam peperangan hanya ambisi sesaat yang menanam penderitaan berkepanjangan di muka bumi ini.

Ini obrolan sambil membaca buku PERANG EROPA jilid II dan III­ karangan PK Ojong.

PA, 4/11/12
GA

foto dari mycamerajournal.wordpress.com

Gambar kamu gak ada yah....

Demikian komentar seorang teman saat melihat album foto di facebook saya. Di situ ada puluhan foto. Foto-foto itu saya potret. Hasil potret itulah yang saya jadikan beberapa album. Di salah satu album sama sekali tidak ada gambar/foto saya. Benar saja pertanyaan teman saya ini. Rupanya dia jeli sekali memeriksa gambar itu satu per satu. 

Memang beginilah situasinya jika menjadi fotografer. Dulu di Jakarta saya mengagumi fotografer karena karya mereka. Sekarang saya menajdi fotografer amatir. Kini saya tahu satu hal unik sang fotografer adalah kurangnya publikasi gambar dirinya. Wong dia yang ambil foto?

Lihat saja fotografer-jurnalis. Jarang muncul gambar muka mereka di koran. Tetapi karya mereka selalu emngagumi pembaca.

Fotografer itu mirip Yohanes Pembaptis. Dia ini membiarkan Yesus semakin besar dan dia semakin kecil. Fotografer membiarkan karya mereka muncul dan menjauhkan potret diri mereka. Foto karya mereka dikagumi orang padahal dirinya belum tentu kagum pada fotografer. Tetapi yahhh beginilah prinsip kerja sang fotografer.

PA, 1/11/12
Gordi Afri
Powered by Blogger.