Sumber gambar di sini
Masih ingat dalam benak kita, sejak masa adven kemarin hingga perayaan Natal, kisah kelahiran Yesus Kristus. Dalam Injil diceritakan bahwa peristiwa itu dimulai ketika malaikat Gabriel bertemu gadis Galilea, Maria. Maria kelak akan menjadi Ibu Yesus. Malaikat itu membawa kabar yang mengejutkan, “Salam hai engkau yang terberkati, engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki….” Demikian kutipan teks ucapan malaikat Gabriel.
Jika kita perhatikan, malaikat Gabriel di sini berperan sebagai perantara Allah dan manusia. Dalam beberapa tradisi dan keyakinan, definisi ini diakui. Perantara di sini erat kaitan dengan pembawa kabar. Lewat malaikatlah Allah menyampaikan pesan kepada manusia.
Tentang malaikat, ada banyak pertanyaan tentang identitasnya. Kalau dia perantara, seperti apakah wujudnya? Dia bukan Allah dan bukan manusia. Lalu? Malaikat memang tidak masuk dalam kategori keduanya. Boleh dibilang malaikat itu unik. Keunikannya tampak dalam perannya. Sebagai pembawa kabar dari Allah, ia tentu berhubungan dengan Allah. Ia berkomunikasi dengan Allah. Kemudian, ketika bertemu manusia, ia berkomunikasi dengan bahasa manusia. Sampai di sini, kita bisa mengerti bahwa malaikat mengerti dua bahasa sekaligus, bahasa manusia dan bahasa Allah.
Lalu seperti apakah malaikat itu? Untuk memahaminya mesti perlu sumber bacaan banyak. Saya sendiri hanya membayangkan malaikat seperti interprestasi atas tulisan dalam Kitab Suci. Selain itu, buku Jostein Gaarder, bisa membantu kita memahami malaikat. Buku itu memang bukan buku ilmiah. Saya kira malaikat di luar kategori ilmu pengetahuan yang menekankan metode ilmiah. Oleh karena itu, seperti Jostein Gaarder, kita hanya membayangkan jasa, tanpa tahu dengan jelas seperti apakah malaikat itu.
Dalam buku ini, dipaparkan dialog manusia, Cecilia, dan malaikat Ariel. Dialog mereka seperti dialog antar-manusia. Bedanya, dialog itu terjadi pada malam hari, saat manusia tertidur. Dikisahkan bahwa, Cecilia sedang sakit. Dia selalu pamit kepada keluarganya untuk tidur. Keluarganya merelakan dia tidur. Saat itulah malaikat datang melalui celah-celah kecil di jendela, dan bertemu lalu berdialog dengan Cecilia.
Setahu saya, dalam buku ini dialog itu tidak pernah terjadi siang hari. Ketika mentari hampir naik, mereka berpisah. Dalam perbincangan itu, malaikat dan Cecilia membicarakan banyak hal termasuk alam raya ini. Juga membicarakan perbedaan manusia dan malaikat. Kalau manusia terdiri atas daging, malaikat tidak. Itulah sebabnya malaikat tidak mengenal tua-muda dalam hal fisik.
Ada perbedaan cara berpikir manusia dan malaikat. Manusia bisa lupa akan sesuatu sehingga membutuhkan waktu dan usaha untuk mengingatnya. Tidak demikian dengan malaikat yang meski lupa akan sesuatu, sesuatu itu akan datang dengan sendirinya. “Tapi, cara kami berpikir memang tak sama dengan manusia. Kami tak perlu ‘menimbang-nimbang’ untuk menemukan jawaban. Semua yang kami tahu dan semua yang bisa kami tahu, tampak di hadapan kesadaran kami secara serentak. Tuhan mengizinkan kami memahami sekeping amat kecil dari rahasia akbar-Nya, tetapi tidak semuanya. Jadi, kami harus diam tentang segala sesuatu yang tidak kami pahami.” (hlm. 137) Pengetahuan manusa bisa bertambah dan berkurang, sedangkan pengetahuan malaikat tetap saja.
  Jostein Gaarder, penulis Dunia Sophi dan beberapa buku  lainnya,  berhasil membuat dialog yang menarik untuk dibaca.  Dialog yang tidak sekadar dialog tetapi mempunyai pesan agar pembaca bisa memahmi perihal malaikat. Sebagai novel, buku ini bisa mengembangkan imajinasi pembaca. Sedangkan sebagai buku bacaan lain, buku ini bisa menambah wawasan untuk memahami malaikat. Meskipun pada akhirnya, kita manusia tidak memahami malaikat secara keseluruhan.  Yang jelas, malaikat berjasa untuk manusia yakni menyampaikan pesan Allah.
CPR, 30/12/2011
Gordi Afri
 Penulis: Jostein Gaarder
Judul: Cecilia & Malaikat Ariel, Kisah Indah Dialog Surga dan Bumi,  
Penerbit: Mizan, Bandung
Tahun terbit: 2008.