Halloween party ideas 2015

iustrasi, di sini
Sekarang, zaman berubah. Dulu—konon kata dongeng—banyak orang bisa diam. Tidak banyak yang ribut. Sekarang banyak ribut. Sekadar ribut ada. Yang ribut mempersoalkan sesuatu ada. Perkembangan teknologi membuat manusia tidak bisa diam. Sehari, 24 jam, bisa ribut. Bicara di telepon, hp, internet, dan sebagainya. Masihkah manusia berjuang untuk diam?

Sebelum menjawab pertanyaan ini, baik kalau dijawab pertanyaan nakal sebelumnya, untuk apa diam? Bukankah manusia juga termasuk makhluk komunikasi? Maksudnya manusia membutuhkan yang lain dan berarti harus berkomunikasi dengan yang lain. Jadi manusia tidak perlu diam?

Tentu tidak. Manusia tetap membutuhkan diam. Ada saatnya manusia mesti diam. Dalam diam ada banyak yang dialami. Persoalan hidup kadang-kadang bisa diselesaikan dalam diam. Kalau sebuah masalah dibicarakan terus menerus tidak ada solusi. Sebaiknya ada jeda antara bicara dan diam. Saat diam itu digunakan untuk memikirkan solusi. Dalam hal ini diam itu mutlak perlu.

Manusia zaman ini perlu memperjuangkan waktu diam itu. Apalagi dengan teknologi yang ada, manusia tergoda untuk selalu berkomunikasi. Saat diamnya kapan? Kadang-kadang saat makan pun sambil terima telepon. Saat tidur juga kadang-kadang harus mengangkat telepon dan menjawab pesan singkat. Kapan saat menikmati tidur dalam diam, tanpa diganggu?

Sesekali boleh diganggu. Tetapi, kalau terus menerus seperti itu, dan tidak pernah diam lagi, kurang bagus. Manusia tentu bisa memaksa tenaganya bekerja 24 jam. Tetapi, fisik juga butuh diam, sekadar istirahat, atau bahkan diam untuk mengisi tenaga baru.

Jadi, diam itu tetap perlu. Dalam diam ada seribu jawaban atas persoalan yang dihadapi. Asal jangan diam sepanjang hari. Kecuali kalau memang butuh waktu diam selama seminggu untuk sekadar retret, putus hubungan dengan dunia luar. Ini wajib dan perlu diam.

PA, 19/2/13

Gordi

Post a Comment

Powered by Blogger.