Halloween party ideas 2015
Showing posts with label TIPS MENULIS. Show all posts


Orang aneh jika menyetujui judul di atas. Ya mustahil menulis dengan mata. Mata kok dipakai untuk menulis. Orang disable pun tidak ada yang menulis dengan mata.

Tetapi menghakimi itu tidak elok. Lebih baik menghakimi diri sendiri daripada menghakimi orang lain. Jadi, sebelum menghakimi orang lain, kita menghakimi diri sendiri dulu.

Lihatlah kekurangan dalam diri sebelum melihat kekurangan orang lain. Akan lebih berguna bagi perkembangan diri kita. Dengan menghakimi diri sendiri, kita menjadi sadar akan perilaku kita. Dan, kita akan berusaha untuk berubah.

Kalau kita berubah barulah kita mengubah orang lain. Bukan mengubah tetapi mengajak orang lain untuk berubah.

Lalu bagaimana dengan Menulis dengan Mata?

Ini bukanlah hal yang aneh sekali. Ini hanya berbagi ilmu menulis dari seorang penulis amatir. Sebab, saya bukan penulis buku, penulis berita, dan sebagainya. Saya hanya menulis pengalaman.

Berkaitan dengan ini, saya mengajak Anda sekalian untuk menulis. Menulis dengan MATA. Maksudnya menulislah setelah Anda melihat.

Anda melihat indahnya mentari pagi. Tulisalh itu. Anda melihat rintik hujan, tulislah itu. Anda melihat tetangga Anda dijambret, tulislah itu.

Saya belajar dari penulis senior yang menulis hal-hal yang mereka lihat. Maka, ilmu saya ini bukanlah hal yang baru. Ini sudah sejak zaman kuno. Hanya saja saya membagikan kembali kepada pembaca sekalian. Siapa tahu bermanfaat.

Saya berangkat dari pengalaman menulis. Saya menulis puisi setelah melihat rintik hujan. Setelah membaca berita kasus hukum di negeri kita, setelah melihat tetangga dijambret.

Jadi, tidak ada alasan untuk tidak mau menulis. Tidak ada alasan untuk bilang tidak ada ide. Tidak ada alasan untuk tidak bisa menulis. Salam menulis dan salam bahagia untuk pembaca sekalian.

PA, 20/2/13

Gordi

Ada banyak impian yang belum terwujud. Ya namanya saja impian. Hanya bermimpi. Hanya dalam imajinasi. Belum jadi nyata.

Unik memang. Ketika hidup, manusia boleh banyak bermimpi. Mimpi apa saja bisa. Mimpi sekaligus khayalan. Keduanya bergerak di dunia melayang-layang. Ada sebagaian dari dunia layang-layang itu yang jadi kisah nyata.

Saya tertarik untuk merenungkan impian saya di kompasiana ini. Impiannya adalah menulis pendek tetapi isinya padat. Saya mencoba selama ini tetapi bagi saya belum puas. Tulisan saya masih panjang dan isinya pendek.

Saya ingin meniru penulis yang tulisannya pendek, ringan, mudah dibaca, tetapi padat isi. Inilah impian saya yang masih terus diusahakan untuk jadi nyata.

Kalau ada teman-teman kompasianaer yang punya tips, tolong dibagikan. Kelak, saya akan menulis pendek tetapi padat isi. Saya ingin menjadi pribadi yang seperti itu. Mudah-mudahan impian ini terwujud. Saya nantinya bangga bisa menulis pendek, khas saya, ringan, mudah dibaca, dan padat isi.

Saya gabung di kompasiana ini, salah satu tujuannya adalah menjadi penulis yang saya impikan. Sambil terus belajar menulis, saya juga belajar menulis pendek. Hanya saja, saya belum puas, dengan tulisan saya yang kadang-kadang panjang dan belum padat isinya.

PA, 4/3/13

Gordi

Saya bangga punya teman. Teman seperti apa yah. Ya teman seperti di kompasiana ini. Benar kata Mbak Indri dan beberapa rekan kompasioner. Banyak tulis supaya banyak teman. Dan, saya sudah banyak teman di kompasiana ini. Masih akan bertambah.

Teman yang bukan sekadar teman. Teman yang menginspirasi saya dalam menulis. Komentar-komentar mereka kadang-kadang menggelitik untuk membuat tulisan. Beberapa kali saya menulis dan masuk kolom inspiratif. Idenya bukan dari saya. Tetapi dari beberapa teman yang kerap berkomentar.

Saya bangga punya teman seperti ini. Teman yang tidak sekadar membaca tetapi memberi komentar. Juga memberi nilai. Entah menarik/bermanfaat/aktual/inspiratif sesuai kategori di kompasiana. Saya betul-betul bangga.

Tanpa mereka saya tidak bisa menulis inspiratif. Ini sumbangsih besar yang patut dikembangkan. Tak bosannya saya menyanjung teman seperti ini. Sebab, saya suka berteman. Banyak teman banyak variasi. Dia ini lucu, ini serius, ini rapi, ini acak-acakan, ini pemerhati lingkungan, ini pemerhati teknologi, pemerhati internet, pemerhati etika, dan sebagainya.

Banyak teman banyak tahu. Benar kata Cak Bas, asal bisa dan mau baca, jadi tahu pikiran dan perasaan orang lain. Terima kasih sebanyak-banyaknya untuk teman-teman kompasioner. Kalian adalah inspirasi saya.

PA, 2/3/13

Gordi

Tulisan hari ini telat. Biasanya pagi-pagi sudah ada satu. Hari ini, hampir tengah hari baru muncul tulisan. Tidak apa-apa. Namanya menulis karena suka.

Seorang sahabat bertanya pada saya melalui komentar tulisan saya kemarin. Katanya, kenapa jadi suka menulis? Wah ini pertanyaan sulit bagi saya. Sulit tuk dijawab. Kalau dicari-cari jawabannya mungkin bisa. Tetapi ini pertanyaan serius. Jadi, jawabannya juga harus serius.

Mengapa saya suka menulis? Kalau ditebak, karena hobi, ya. Tetapi menilik sejarahnya saya tidak hobi menulis. Waktu SMA memilih jurusan IPA yang banyak bergulat dengan angka, justru ingin menghindar dari jurusan BAHASA yang bergulat dengan kata.

Saya paling benci menulis waktu itu. Sekarang saya malah benar-benar cinta menulis. Tugas majalah dinding pun tidak pernah saya buat. Saya tidak pandai menulis. Tidak hobi juga. Karena kalau hobi, pasti saya berusaha melewati rintangan menulis.

Sekarang saya mau jawab jujur. Saya suka menulis karena saya menemukan kegembiraan dalam menulis. Gembira karena tulisan saya dibaca. Gembira karena saya bisa mengungkapkan perasaan saya. Gembira karena pembaca merasa tersentuh. Gembira karena tulisan saya dihargai.

Masih banyak kegembiraan lainnya. Rasa gembira inilah yang membuat saya suka menulis. Entah mengapa, saya selalu ingin menulis setiap hari. Bahkan, saya mencoba membuat target. Bulan kemarin, saya menulis hampir setiap hari. Selalu ada topik untuk ditulis.

Jadi, saya suka menulis karena saya menemukan kegembiraan dalam menulis. Itu saja jawaban saya saat ini. Mungkin esok lusa ada jawaban tambahan. Mungkin juga hanya itu.

Untuk sahabat saya ini, terima kasih untuk pertanyaannya. Membuat saya berpikir, mengapa yahhh saya suka menulis.

PA, 2/3/13

Gordi

Tangan ini gatal lagi. Bukan karena penyakit. Tetapi, mau ngetik. Buat tulisan.

Entah mengapa kok jadi gak nyaman membaca. Membaca tulisan teman. Rasanya saya juga harus nulis. Biar kita saling baca.

Mereka bisa, saya juga bisa. Kita berbagi. Tangan ini kecanduan mengetik. Semoga saya bisa menulis tuk berbagi kebaikan.

Kalau tidak, percuma saja. Tangan ini gatal karena mau berbagi kebaikan. Ini idealnya. Aktualisasinya belum tentu. Tetapi saya berpegang pada idealisme itu.

Tangan gatal, mata juga gatal. Gatalnya mata karena mau membaca tulisan teman. Namun, baca 3-4 tulisan saja sudah gatal. Gatal mau membaca tulisan sendiri juga.

Ini persaingan. Mereka tulis, saya juga tulis. Tulis menulis demi mencerahkan sesama.

Ini tanda-tanda saya senang menulis. Padahal dulu paling benci menulis. Namun, situasi berubah. Zaman berkembang. Saya pun berubah jadi suka menulis.

Tangan gatal. Bukan penyakit. Tetapi semangat. Salam semangat.

PA, 1/3/13
Gordi



KEKASIH YANG SUDAH LAMA KANGEN 

FOTO: www.summit-esl.com

Sudah lama gak baca Koran. Dua mingguan. Karena hobi membaca Koran, saya merasa ini sebuah kemunduran. Mundur dari rutinitas membaca.

Membaca Koran bagi saya menjadi sebuah kebutuhan. Seperti makanan dan minuman. Tetapi, karena situasi, jauh dari kota, saya pun rela tidak menyalurkan hobi membaca. Pun tidak memaksa untuk membaca Koran. Wong korannya tidak ada.

Jalan keluarnya saya membaca apa saja. Ada Koran jadul dan majalah bekas. Asal baca. Isinya gak peduli. Daripada tidak membaca sama sekali. Untunglah ada intrnet juga jadi bisa baca-baca apa yang ada di internet. Meski lebih suka baca yang manual.

Rupanya asyik juga. Mencoba hal baru. Intinya tetap membaca. Tetapi bukan baca Koran. Hari ini baru mulai lagi akrab dengan Koran. Pelan-pelan kembali ke rutinitas. Meski sudah lama akrab, rasanya seperti baru belajar membaca lagi. Mungkin otak sudah menjauh dari kebiasaan membaca Koran.

Membaca memang seprtinya harus terus mnerus. Jangan ditinggalkan dalam waktu lama tanpa membaca. Biar otak tetap segar. Semoga ke depannya saya selalu membaca.

Ini iseng-iseng menulis. Karena tidak ada ide untuk menulis. Mungkin juga karena lama tidak menulis. Jadinya seperti ini. Baru mulai belajar menulis lagi. Akhirnya seperti kekasih yang sudah lama kangen dan ingin bertemu. Ada rasa kikuk dan kaku. Salam selamat beraktivitas.

CPR, 18/5/2013

Gordi



gambar dari sousukmawanlone.blogspot.com
Saya sebenarnya sama sekali tidak berdunia maya ketika keluar rumah. Saya punya laptop di ruang kerja di Yogyakarta, saat ini. Tetapi itu bukan milik saya. Ketika pada Rabu, 10-13 April 2013, saya ada di Makasar, saya tidak membawa laptop. Dengan demikian saya tidak berdunia maya seperti ketika di Jogja.

Namun, ternyata fakta berbicara lain. Di Makasar saya bisa pakai laptop. Adik saya, Rifan, berbaik hati. Dia merelakan laptop beserta modem internetnya saya pakai. Saya pun berterima kasih padanya. Sungguh di luar dugaanku.

Saya iseng-iseng saja bertanya apakah ada warnet dekat sini. Dia jawab, tidak. Tetapi dia memberi solusi. Jika mau, pakailah laptop saya ini, katanya. Wah saya sebagai kakak tidak menolak. Saya berterima kasih padanya.

Dengan laptopnya, saya bisa berdunia maya. Menulis beberapa artikel. Termasuk artikel ini (yang kedua). Di kompasiana saya tulis beberapa artikel. Pokoknya laptopnya ini sungguh bermanfaat. Terima kasih untuk adikku, Rifan, yang berbaik hati. Indahnya persaudaraan antara adik dan kakak.

Tulisan ini dibuat dari kamar tidur di Seminari Petrus Claver, Mariso, Makassar. Salam persaudaraan.

Makassar, 21.30 WITA

Gordi Afri

MENTOR MENULIS

FOTO: sharekliping.blogspot.com

Saya menulis karena ada yang melatih. Itulah yang saya yakini selama ini. Saya bisa menulis di beberapa blog pribadi dan di kompasiana karena ada yang melatih. Latihannya pun berlangsung secara tidak langsung. Jarak jauh. Seperti pembaca dan penulis.

Saya belajar dari tulisan-tulisan para penulis dan wartawan. Salah satunya adalah wartawan senior KOMPAS, Abun Sanda. Tulisannya selalu saya cerna setiap Senin di halaman 17. Tulisannya ringan, berisi, dan menarik.

Hari ini, saya membaca berita mengejutkan tentang pengisi rubrik analisis ekonomi ini. Dia meninggal dunia pada Kamis, 4/4/13. Saya membaca beritanya di KOMPAS, hlm 1 dan 17. Abun sanda Kini Berada dalam Kerahiman Tuhan, begitu judul berita yang ditulis oleh rekan Abun, berinisial PPG di halaman 1.

FOTO: buku.kompas.com


Saya terkejut dan merasa kehilangan. Saya dan Abun Sanda sudah seperti pembaca dan penulis yang punya relasi. Padahal saya mengenalnya lewat tulisan saja. Tulisannya memang menarik bagi saya. Gara-gara tulisannya di kompas ekonomi itu, saya tertarik membaca rubrik analisis di halaman pertama kompas ekonomi itu.

Bermula dari situ, saya terus menunggu tulisannya di KOMPAS. Beberapa tulisan lain juga muncul di rubrik profil pemimpin perusahaan di halaman 20. Ini juga dituturkan PPG dalam tulisan hari ini.

Selain itu, saya juga pernah membaca tulisan putra Makasar kelahiran 9/11/1961 ini di majalah BASIS. Kalau saya tidak salah, tentang penulis novel. Di situ Abun menulis berdasarkan pengalamannya sebagai penyuka dan pembaca novel zaman dulu. saya lupa judul novel dan cerita novel seperti diceritakan dalam BASIS itu.

FOTO: buku.kompas.com


Saya suka membaca tulisannya. Darinya saya belajar menulis ringan dan runut serta menarik. Meski saya belum berhasil menulis seperti dia, saya puas setiap kali membaca tulisannya. Selamat jalan Antonius Abun Sanda. Semoga kedua anak yang ditinggalkan, Yasser Abraham (15) dan Yeremina Abraham Sanda (11) tetap tegar menghadapi kondisi ini.

PA, 5/4/13

Gordi


PHOTO: www.youtube.com

Siapa yang tak ingin menulis dalam sepi? Hampir pasti semua orang mau. Sebab dalam sepi kita bisa menulis dengan tenang. Tak ada yang mengganggu.

Saya ingin menulis dalam sepi. Agar tak ada yang ganggu, kelak, tulisan saya bagus dan bisa bermanfaat bagi pembaca. Menulis dalam sepi tidak berarti tidak ada yang mengganggu.

Menulis dalam sepi juga berarti pikiran kita sepi. Sepi dari kegiatan berpikir akan banyak hal. Sebab, jika pikiran bekerja memikirkan banyak hal, boleh jadi tak ada yang dituliskan tuntas.

Rasa-rasanya hari ini bisa dipraktikkan menulis dalam sepi. Sebab, hari ini hari raya Nyepi. Meski di sana-sini di Indonesia lalu lalang orang berkativitas. Di Pulau Dewata, penuh sunyi, hening, damai.

Menulislah dalam sepi agar tulisan itu bermanfaat bagi pembaca. Sepi dalam arti sepi pikiran. Tidak banyak memikirkan berapa jumlah pembaca, masuk HL, masuk TA, masuk ter dan sebagainya. Menulislah agar bisa bermanfaat bagi pembaca. Itu saja.

PA, 12/3/13
Gordi





foto oleh EdYourdon
Menulis setiap hari. Bisakah? Bisa. Tentu saja. banyak kompasioner melakukan itu. Bahkan sehari bisa menulis lebih dari satu. Inspirasi menulis muncul di mana saja. ada yang alngsung menuliskannya ada pula yang menunggu saat istirahat.

Saya juga ingin emnulis setiap hari. Membayangkannya sulit. BAgaimana itu terjadi? Jika membayangkannya terus menerus impian itu tidak terwujud. Tetapi kalau mulai melakukannya pasti bisa. Bisa menulis setiap hari. Usahanya panjang dan pasti akan membawa hasil.

Sekarang sedang dicoba. Membuat satu tulisan setiap hari. Kalau bisa nanti bahkan lebih dari satu. Ini impian. Kata orang impian itu abstrak. memang tetapi impian itu bisa jadi nyata. Jangan tinggal dalam dunia impian tetapi bermimpi itu indah.

Asal ada impian. Impian menjadi awal dari usaha. Meskipun impian juga muncul saat berusaha. belum selesai satu usaha muncul impian macam-macam. Tak apa-apa bermimpi itu tidak salah. Kelak suatu saat saya bisa menulis setiap hari.

PA, 13/9/2012
Gordi Afri

Hai...para pembaca sekalian, saya mohon maaf karena bulan Desember ini hanya ada 1 tulisan. Kalau kalian memperhatikan, biasanya saya membuat 4 tulisan. Praktisnya sekali seminggu. Namun, bulan ini tidak. Ada beberapa kendala, pertama saya terlalu sibuk pada bulan Desember ini. Alasan ini mungkin agak aneh. Toh, namanya penulis biasanya sesibuk apa pun selalu ada waktu untuk membuat tulisan. Entahlah, ada juga alasan lain yakni saya membuat tulisan untuk blog yang lain. Ada beberapa tulisan saya di situ. Kalau pembaca mau, silakan klik di sini, ada 2 tulisan tentang Natal tahun ini. Sisi Lain di Balik Perayaan Natal 2011 dan Beragam Versi Ucapan Selamat Natal tahun 2011

Sambil menunggu waktu pergantian tahun, saya berkomitmen untuk kembali ke kebiasaan semula, membuat tulisan setiap bulannya di blog ini. Apa pun kesibukannya, 4 tulisan mesti jadi. Tak lupa saya mengucapkan, Selamat Natal dan Tahun Baru untuk pembaca sekalian.

CPR, 29/12/2011
Gordi Afri


Powered by Blogger.