Halloween party ideas 2015

foto ilustrasi oleh Fajrin Rahardjo
Bangsa Indonesia menempatkan 10 November sebagai hari pahlawan. Setiap tahun ada perayaan pada tanggal tersebut. Ada yang berupa perayaan sederhana, ada juga yang meriah. Di balik perayaan itu muncul banyak pembicaraan. Di harian KOMPAS 10/11/2011 dikisahkan tentang rumah tempat lahir Soedirman (ejaan asli). Soedirman adalah pahlawan kemerdekaan. Ia lahir di Purbalingga pada 24/1/1916 dan meninggal diMagelang pada 29/1/1950

Dalam kisah itu, diceritakan bahwa rumah Soedirman yang kini menjadi museum sepi pengunjung. Seorang penjaganya mengatakan, yang rutin datang ke tempat ini adalah para prawira TNI dan sekelompok mahasiswa dari Universitas Jenderal Soedirman, Purbalinga. Karena itu, perawatan terhadap museum ini pun minim.

Saya menduga di balik alasan ini, ada pengurangan dana perawatan. Kalau dana itu bergantung pada pemasukan museum maka alasan ini tepat. Namun, jika pemda ataupempusat mengalokasikan dana khusus maka alsan ini tidak tepat. Perawatan museum juga tidak tergantung pada banyak-tidaknya pengunjung. Museum mesti terawat dengan baik.

Mengunjungi rumah pahlawan seperti ini boleh dibilang sebagai bentuk penghormatan terhadap pahlawan. Ini hanya salah satu bentuk. Ada bentuk lain seperti mengunjungi makamnya, mengenangnya dengan menceritakan kepada generasi penerus, atau juga membuat tulisan tentang pahlawan itu.

Selain kisah ini, ada juga gonjang-ganjing lain seputar hari pahlawan. Ada yang pesimis tentang keberadaan pahlawan di masa kini. Ada yang takut menjadi pahlawan. Ada pula yang kurang berminat membicarakan hal seputar pahlawan di zaman sekarang. Ada yang berkomentar pahlawan hanya ada di zaman dulu sebagai pembela bangsa. Sekarang sudah tidak ada lagi. Apalagi sekarang sangat langka sosok seorang pahlawan. Gonjang-ganjing ini muncul dengan berbagai latar belakangnya.

Pahlawan adalah orang yang berjasa bagi bangsa. Kalau definisi ini dipegang, maka semua orang bias menjadi pahlawan. Semua orang bias berjasa bagi bangsa. Lepas dari besar-kecilnya jasa itu. Ada macam-macam jasa untuk bangsa. Menjadi atlet diSea Games, menjadi duta bangsa di luar negeri untuk mempromosikan wisata Indonesia, menjadi wakil Indonesia dalam debat internasional antara mahasiswa se dunia, menjadi wakil Indonesia dalam perlombaan internasional, menjadi TKI di luar negeri, menjadi dokter, guru, pembersih jalanan, pengusaha yang memajukan rakyat, dan sebagainya. Kalau demikian sudah banyak yang menjadi pahlawan. Dengan demikian menjadi pahlawan itu tidak ditentukan oleh zaman. Dulu, sekarang, dan nanti, kita bisa menjadi pahlwan.

Soal diakui menjadi pahlawan atau tidak itu soal lain. Pengakuan itu hanya bentuk apresiasi. Apreasi memang perlu tapi tanpa apreasi pun pekerjaaan tetap berjalan. Lagi pula pengakuan itu hanya sebuah bentuk pengakuan yang diberikan oleh pemerintah. Masih banyak orang yang memberi pengakuan atas tiap pekerjaan.

Apalagi kalau gelar itu diperoleh dengan mengeluarkan biaya tertentu atau megajukan persyratan yang rumit. Kita berkaca pada guru-guru kita di Indonesia yang dikenal dengan sebutan PAHLAWAN TANPA TANDA JASA. Kita semua adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Namun, kalau ada yang mau menghormati dan mengenang jasa kita dengan member gelar pahlawan kita ucapkan terima kasih. Selamat hari pahlawan.

Cempaka Putih, 11/11/2011
Gordi Afri

Post a Comment

Powered by Blogger.