Halloween party ideas 2015
Showing posts with label MY DIARY. Show all posts

 BERJUANG MELAWAN KEBOSANAN

 


Pagi tadi, entah karena apa, saya tinggalkan semua gadget. Tidak ada niat membaca sebenarnya, tapi saya mengambil buku dan masuk ruang baca. Saya tahu, apa pun yang terjadi, di sana pasti nyaman untuk membaca.

 

Dua pekan lebih saya tidak membaca. Menulis pun hanya renungan harian saja. Diary yang biasanya tiap hari saya sentuh belum saya sentuh juga. Tapi kemarin, sambil memperbaiki blogspot, saya mencoba posting tulisan yang sudah ada.

 

Membaca adalah saat-saat intim bersama diri sendiri. Saya merasakan betapa membaca itu perlu diusahakan. Ada perjuangan besar untuk memaksakan diri membaca. Kadang-kadang targetnya tercapai, kadang juga tidak. Tapi, kemarin, dari 1 jam yang ditargetkan, saya malah bertahan selama 1,5 jam. Sampai berhenti sebelum makan siang.

 

Ada perjuangan besar di balik keasyikkan membaca ini. Sekali mata terpusat pada bacaan, tanpa memikirkan yang lain, pasti kegiatan membaca menjadi sesuatu yang menyenangkan. Untuk segala sesuatu rupanya harus ada paksaan. Dalam bahasa motivator, paksaan itu adalah perjuangan mendapatkan semangat baru.

 

Hidup rupanya harus disertai perjuangan. Santo Paulus saja berjuang untuk memahami apa yang terjadi dalam dirinya. Dia yang sebelumnya penjahat kini bisa berbalik jadi pewarta. Tapi, perubahan ini bukanlah mudah. Ia harus mengalami kebutaan lalu harus menemui Ananias yang menunjuk jalan padanya.

 

Proses menemukan jalan ini yang kadang tak mudah dalam hidup kita. Kita cenderung berhenti sebelum menemukan jalan yang ditunjukkan itu. Kita tahu kita sedang dalam labirin hidup, tapi kita tidak sabar, mengikuti ritme yang ada untuk berjuang menemukan jalan keluar.

 

Saya bersyukur, setelah mandek selama 2 minggu, Tuhan menunjuk jalan itu. Dengan membaca pun, saya menemukan kembali semangat hidup. Sebenarnya tanpa membaca pun, hidupku tetap berjalan seperti biasa. Tapi, apalah artinya hidup dalam rutinitas tanpa pemaknaan? Membaca adalah proses memberi makna pada hidup harian. 

 

Semangat membaca ini bisa saja hanya menjadi satu sisi dari kehidupan saja. Tapi yang saya rasakan, begitu selesai membaca, saya juga punya semangat untuk menulis. Menuliskan apa yang saya alami. Maka, mengarungi film hidup harian, membawa saya pada sang pemberi hidup. Dialah, Tuhan kita, yang tidak saja menunjukkan jalan, tapi memberi semangat agar kita sampai pada tujuan hidup itu. (25/1/24)

 BELAJAR DARI KUKU KERBAU 


Semasa anak-anak, saya suka ikut ayah ke kebun dan ke ladang. Pagi-pagi sekali, ayah bangun. Meskipun tidak tertulis, ia mempunyai kebiasaan yang jadi aturan. Yakni ke ladang dulu baru ke sekolah. Ayah adalah seorang guru sekolah dasar. Namun, ia juga adalah petani yang handal.

 

Sebagai petani, ayah mempunyai kebun kopi, vanili, cengkeh, dan juga ladang sawah. Dalam perjalanan ke sawah inilah, saya selalu melihat jejak kuku kerbau. Kerbau yang berat itu akan menancapkan jejak kukunya di tanah liat yang kami lalui. Jejak itu abadi sampai ada kerbau berikutnya yang lewat dan menghapus jejak yang ada.

 

Jejak seperti itulah yang ingin saya bagikan dalam diary ini. Tahun 2024 menjadi penanda diary ini. Tentunya akan berbeda dengan bentuk tulisan sebelumnya. Ini semacam jejak diary yang tak akan terhapus. Artikelnya akan berupa tulisan pendek nan inspiratif. Hanya jejak kegiatan harian saja. (24/1/24)

 AYAH PERGI TANPA IBU



Hanya anak-anak yang menemani kepergian sang ayah. Entah ibu sempat datang, yang jelas di hari kematian ayahnya, hanya ketiga anaknya yang menemani.

 

Keluarga ini tinggal di Pontianak dan sang ayah meninggal di Jakarta. Dua anak tinggal bersama bapak dan ibu sedangkan anak pertama sudah bekerja dan tinggal di Jakarta. Tapi, di hari kematian ayah ini, ketiga-tiganya ada di Jakarta.

 

Saya memberkati jenazah bapak ini di RS Citpo Mangunkusumo. Saat tiba di ruang tunggu, saya melihat anak pertama di ruangan itu. Bersama keluarga yang menjemput saya, kami bersalaman dan menyampaikan turut berdukacita kepadanya. Mereka sedang bersedih tapi harus tegar. Demikianlah anak kedua yang laki-laki itu sibuk mengurus kepulangan jenazah sang ayah.

 

Sungguh berat perjuangan anak-anak ini ke depannya. Tapi, syukurlah sang ibu seorang PNS. Karena itu, kepulangan jenazah ke Pontianak pun dipermudah oleh fasilitas pemerintah. Setelah pemberkatan malam ini, jenazah akan diberangkatkan besok pagi.

 

Saya berdoa, semoga jiwa bapak ini beristirahat dalam damai. Anak-anak dan istri yang ditinggalkan juga boleh tegar dan menerima kematian ini dengan penuh iman, harapan, dan kasih. Semoga dosa-dosa almarhum diampuni, sehingga pergi dalam keadaan bersih, seperti saat ia hadir di dunia ini. 

 

Saat diantar pulang, saya bertanya pada teman istri bapak ini. Katanya, sang istri tidak datang karena memang dia tidak terlalu mencintai sang suami. Lebih-lebih beberapa tahun terakhir.

 

Saya mengerti sekarang. Tapi, saya juga salut dengan teman-teman sang istri. Persahabatan mereka sudah lama, sejak SMA. Dan sampai sekarang masih terjalin kuat. Sampai-sampai masalah keluarga seperti ini pun mereka saling tahu. Mereka tahu keadaannya seperti ini, dan mereka tetap membantu, terutama membantu anak-anak sang teman ini.

 

Semoga meskipun suami sudah pergi, sang istri tetap bisa menjadi ibu yang baik bagi anak-anaknya. Salut untuk anak-anak. Yang meskipun orang tua ‘tidak bersatu’, mereka tetap berjuang sampai akhir untuk mencintai ayah mereka. (28/12/23)

Powered by Blogger.