Orang aneh jika menyetujui judul di atas. Ya mustahil menulis dengan mata. Mata kok dipakai untuk menulis. Orang disable pun tidak ada yang menulis dengan mata.
Tetapi
menghakimi itu tidak elok. Lebih baik menghakimi diri sendiri daripada
menghakimi orang lain. Jadi, sebelum menghakimi orang lain, kita menghakimi
diri sendiri dulu.
Lihatlah
kekurangan dalam diri sebelum melihat kekurangan orang lain. Akan lebih berguna
bagi perkembangan diri kita. Dengan menghakimi diri sendiri, kita menjadi sadar
akan perilaku kita. Dan, kita akan berusaha untuk berubah.
Kalau kita
berubah barulah kita mengubah orang lain. Bukan mengubah tetapi mengajak orang
lain untuk berubah.
Lalu bagaimana
dengan Menulis dengan Mata?
Ini bukanlah hal
yang aneh sekali. Ini hanya berbagi ilmu menulis dari seorang penulis amatir.
Sebab, saya bukan penulis buku, penulis berita, dan sebagainya. Saya hanya
menulis pengalaman.
Berkaitan dengan
ini, saya mengajak Anda sekalian untuk menulis. Menulis dengan MATA. Maksudnya
menulislah setelah Anda melihat.
Anda melihat
indahnya mentari pagi. Tulisalh itu. Anda melihat rintik hujan, tulislah itu.
Anda melihat tetangga Anda dijambret, tulislah itu.
Saya belajar
dari penulis senior yang menulis hal-hal yang mereka lihat. Maka, ilmu saya ini
bukanlah hal yang baru. Ini sudah sejak zaman kuno. Hanya saja saya membagikan
kembali kepada pembaca sekalian. Siapa tahu bermanfaat.
Saya berangkat
dari pengalaman menulis. Saya menulis puisi setelah melihat rintik hujan.
Setelah membaca berita kasus hukum di negeri kita, setelah melihat tetangga
dijambret.
Jadi,
tidak ada alasan untuk tidak mau menulis. Tidak ada alasan untuk bilang tidak
ada ide. Tidak ada alasan untuk tidak bisa menulis. Salam menulis dan salam
bahagia untuk pembaca sekalian.
PA, 20/2/13
Gordi
Post a Comment