ilustrasi dari cbeckdkeeeebkddk.blogspot.com |
Berarti iman, betapa pun digambarkan
kecil, mempunyai daya yang besar. Iman yang bahasa lainnya adalah keyakinan. Yakin
akan apa yang diimani. Yakin total dengan apa yang dipercayai. Maka, modal iman
adalah kepercayaan. Saya beriman jika saya percaya. Saya beriman jika saya
yakin total akan apa yang saya imani.
Tetapi benarkan iman itu ada dalam
kenyatannya? Maksudnya, bagaimana jika iman itu diwujudnyatakan dalam kondisi
real? Benarkah jika saya punya iman seukuran biji sesawi bisa memindahkan
gunung? Benarkah saya bisa? Benarkah kenyatannya demikian?
Tentu ini menjadi perkara rumit. Sebab,
sulit membuat alat buktinya. Saya percaya total pun tetap tak bisa dibuktikan. Saya
juga tidak yakin, apakah kepercayaan saya itu total atau hanya
setengah-setengah. Sebab, kepercayaan juga bisa menjadi situasional. Jika itu
menguntungkan saya percaya. Jika tidak saya abaikan.
Tetapi Sabda itu perlu diwartakan agar
saya percaya pada kekuatan di luar diri saya. Saya percaya atau menaruh harapan
pada Dia yang punya kuasa. Sabda serupa bisa ditemukan dalam rumusan lain dalam
buku Kitab Suci. Sabda ini termasuk Sabda Paradoksal. Sabda yang melampaui
pemikiran. Seperti mengubah batu menjadi roti. Ini termasuk kenyataan yang luar
biasa. Kalau menjadi nyata. Jika tidak, sabda ini hanya obrolan saja.
Maka, Sabda ini bukanlah bicara kenyataan.
Tetapi bicara soal iman. Iman yang berarti percaya. Percaya pada apa yang
diimani. Saya mengimani Yesus maka saya percaya pada Yesus. Menaruh harapan
pada-Nya. (Tulisan Sebelumnya)
Jakarta, 8/7/13
Gordi
Post a Comment