Ada kekhasan tersendiri di hari kedua
tri-hari suci. Jumat Agung, Jalan Salib, dan Cium salib. Seperti apakah
kekhasan itu?
Jumat Agung merupakan hari kedua dari
Tri-Hari Suci dalam kalender liturgi Gereja Katolik dan beberapa Gereja Kristen
Protestan. Gereja Kristen itu kan banyak, jadi tidak bisa disamakan atau
dipukul-rata. Mereka berdiri sendiri di bawah bendera Gereja Kristen. Beda
dengan Gereja Katolik yang satu. Memang ada juga ritus Barat yang dikenal
sebagai Gereja Katolik Roma dan ritus Timur yang dikenal sebagai Gereja Katolik
Ortodoks. Tetapi perbedaan ritus ini tidak memisahkan gereja Katolik.
Jumat Agung menjadi hari berkabung,
katakanlah demikian bagi Gereja Katolik. Mengapa? Berkabung kan pertanda ada
sesuatu yang menyedihkan. Memang, pada hari Jumat ini Yesus wafat di salib.
Sebelum wafat, Yesus menderita, disiksa, dipukul, dicaci-maki, disuruh memikul
salib berat, dan siksaan lainnya. Inilah penderitaan-Nya. Oleh karena itu,
Jumat Agung menjadi hari untuk memperingati Sengsara dan Wafatnya Tuhan Yesus.
Pada hari Jumat Agung dikenangkan pula
jalan salib Yesus. Ada drama siksaan untuk menggambarkan penderitaan Yesus
dahulu. Makanya, di beberapa gereja ada visualisasi jalan salib. Ada yang berperan
sebagai Yesus, serdadu, Maria, para murid, dan tokoh-tokoh lainnya. Ada pula gereja
yang hanya dengan membaca ulang rumusan jalan salib yang telah disusun.
Semuanya bertujuan untuk mengenangkan sengsara dan wafat Tuhan Yesus.
Nah, pada sore harinya ada upacara
penghormatan salib. Ini bahasa baku dari cium salib. Memang yang terjadi pada
Jumat sore adalah umat mencium salib Yesus. Salib yang bukan hanya berupa kayu
palang tetapi ada corpus daging,
Tubuh Yesus. Inilah bedanya salib orang Kristen dan Katolik. Tentu ada alasan
teologis bagi umat Kristen sehingga salib mereka hanya berupa palang kayu,
tanpa tubuh Yesus.
Penghormatan salib merupakan tindakan
untuk memusatkan perhatian pada salib sebagai sumber kebahagiaan. Salib kok
sumber kebahagiaan? Tidak diterima akal manusia. Memang demikianlah kesan
awalnya. Namun salib menjadi sumber kebahagiaan karena dari salib itulah Yesus
berseru kepada Bapa-Nya. Seruan antara Anak dan Bapa-Nya. Kelak, Yesus tidak
hanya berhenti di salib. Dia juga akan bangkit. Maka, salib menjadi sumber
kebahagiaan. *Semua gambar dari google
Demikianlah kiranya kaitan antara
Jumat Agung, Jalan Salib, dan Cium Salib. Semoga dengan menghayati ibadat Jumat
Agung dan Penghormatan Salib, kita menjadi semakin dekat dengan Yesus.***
CPR, 8/4/2012
Gordi AfriBaca juga: Tradisi Tuguran pada Hari Kamis Putih
Post a Comment