Seperti
apa rasanya membasuh kaki teman? Adakah rasa jijik? Mengapa saya harus membasuh
kaki teman saya?
Itulah
deretan pertanyaan yang muncul dengan adanya tradisi pembasuhan kaki pada hari
Kamis Putih. Saya bertanya karena heran. Di kampung saya tidak ada tradisi
seperti ini. Kalau pun ada, dan saya kenal sejak SD, itu bukan tradisi adat.
Itu adalah tradisi yang diwariskan oleh Gereja Katolik.
Gereja
Katolik mewarisi tradisi itu karena Yesus-lah yang pertama kali melakukannya.
Ia membasuh kaki murid-murid-Nya. Dalam tradisi Yahudi (tradisi masyarakat
zaman Yesus), upacara pembasuhan kaki ini merupakan bentuk pembersihan diri.
Jangan heran jika tamu dipersilakan untuk membersihkan kakinya sebelum masuk
rumah orang.
Ini
bukan tradisi saya, jadi wajar kalau saya jijik pada awalnya. Memegang telapak
kaki teman, mencucinya dengan air, mengeringkannya dengan lap, lalu menciumnya.
Tak peduli, apakah kaki itu bau atau tidak, bersih atau tidak. Sebetulnya pasti
bersih karena saya baru saja membersihkannya. Jadi, tak ada alasan untuk jijik
menciumnya.
Menurut
ahli tafsir Kitab Suci, pembasuhan kaki, pertama-tama bukan merupakan bentuk pelayanan.
Upacara ini mau menegaskan tentang kehidupan para murid Yesus. Mereka akan
dibawa ke tujuan hidup mereka yakni mengikuti Yesus. Di sana mereka akan hidup
dalam pelayanan yang total. Jadi, dengan pembasuhan ini, Yesus mau mengingatkan
para murid akan jati diri mereka. Mereka akan melayani seperti Yesus. Dengan
itu, mereka akan tahu ke mana tujuan mereka yakni menuju rumah Bapa sebagaimana
Yesus ke sana.
Saya
sempat terharu dengan pembasuhan kaki ini. Rasanya ada penyesalan yang
mendalam. Mengapa? Bukan karena saya telah melakukan dosa besar dan sekarang
diampuni. Tetapi, dalam pembasuhan itu saya diingatkan untuk melihat konfrater
saya sebagai saudara.
Pelukan
erat dari teman, yang dibuat setelah mencium kaki, menjadi tanda bahwa, saya
tidak hidup sendiri. Saya bersalah tetapi orang lain mengampuni. Dia rela
mencium kaki saya, demikian juga saya mencium kaki teman yang lain.
Rasa
jijik hilang seketika. Yang ada hanya persaudaraan yang erat. Beginilah cara
hidup orang Kristiani yang diwariskan Yesus. Kalau mau mengikuti Yesus, kita
mesti rela membasuh dan mencium kaki yang paling kotor sekali pun. Pembasuhan
kaki merupakan simbol tindakan yang begitu berarti.
Mana
ada seorang bos mencium kaki karyawannya? Ini sebuah pengkhianatan, kalau itu
terjadi. Tetapi Yesus memutarbalikkan logika berpikir itu. Dan, memang saya
percaya bahwa dengan pembasuhan kaki, ada suasana baru. Maka, mari kita saling
mencintai dan mengasihi.***
CPR,
6/4/2012
Gordi
Afri
Tulisan sebelumnya:
Post a Comment