Tanggapan Umat Islam Eropa atas Aksi Pembunuhan
Pastor di Prancis
Pembunuhan
Pastor Jacques Hamel pada 26 Juli lalu menyisakan kesedihan mendalam. Kesedihan
itu bukan saja bagi warga Eropa tetapi juga warga dunia lainnya. Bahkan,
kesedihan itu juga melanda umat Muslim di Eropa umumnya dan di Prancis
khususnya.
Pastor Jacques, 86 tahun, dibunuh di Gereja
Paroki Saint-Etienne-du-Rouvray, dekat kota Rouen, Prancis pada 26 Juli lalu. Peristiwa ini menjadi berita hangat di dunia
internasional khususnya di Eropa karena bersamaan dengan rangkaian Hari Kaum
Muda Sedunia (WYD).
Teman-teman muda pun kaget sekaligus
takut mendengar berita ini. Paus Fransiskus yang hadir bersama anak muda dari
seluruh dunia di Krakow, Polandia juga berkomentar. Paus tahu, anak muda ini
juga takut dan dia menyerukan agar mereka tidak perlu takut.
Peristiwa itu memang bukan saja
menimpa Pastor Jacques. Ada juga dua biarawati dan dua umat lainnya yang
terluka. Pembunuhnya diduga terkait dengan anggota ISIS. Satu di antara dua pelaku
juga diduga masih muda, 19 tahun.
Pastor Jacques yang terkenal sebagai
figur yang tenang dan damai ini rupanya menjadi target kedua pelaku. Pastor
Jacques saat itu sedang merayakan Ekaristi di dalam gerejanya. Bersama dia,
hadir beberapa umat lainnya. Dari peristiwa dan tempatnya, pembunuhan ini
memang mengerikan. Membunuh orang saat berdoa dan di tempat yang sakral bagi
umat Katolik.
Bagaimana reaksi orang Eropa atas
peristiwa ini?
Ada banyak reaksi tentunya. Ada yang
mengecam keras aksi ini. Ini kiranya diamini oleh setiap orang. Siapa pun tidak
boleh membunuh sesamanya. Ini sudah menjadi hukum alam dalam kehidupan manusia.
Manusia mempunyai hak untuk hidup di dunia ini. Maka, pembunuhan ini termasuk
pelanggaran atas hak hidup seorang manusia.
Kecaman lainnya juga tertuju pada
latar belakang kedua pelaku. Tuduhan pun langsung kepada komunitas Islam.
Tuduhan ini atas dasar indikasi bahwa kedua pelaku beragama Islam apalagi
terkait dengan ISIS. Dalam hal ini, Islam memang terkait atau selalu dikaitkan
dengan ISIS. Maka, kekerasan yang terkait dengan ISIS pun otomatis menjadi
sorotan bagi komunitas Islam.
Warga Eropa pun kebanyakan setuju
dengan cara pandang seperti ini. Mereka tidak tahu atau tidak mau tahu jika
tidak semua umat Islam terkait dengan ISIS. Tetapi untuk saat ini, agak sulit
tampaknya membalik cara pandang mereka. Mereka akan selalu mengaitkan Islam
dengan ISIS.
Pastor bersama utusan dari umat Muslim di salah satu gereja Katolik di Italia, FOTO: gazzettadiparma.it |
Cara pandang seperti ini juga otomatis
mengubah cara pandang mereka kepada teman-teman Muslim di Eropa. Warga asli
Eropa juga akan mengatakan kedua pelaku memang sama dengan teman-teman Muslim
yang ada di Eropa. Ini tentu saja
pandangan yang memukul-rata alias men-generalisir fakta yang ada.
Nah, bagaimana
tanggapan umat Islam Eropa?
Boleh dibilang umat
Islam Eropa sangat bijak dalam menanggapi situasi ini. Umat Islam di Prancis
yang berperan penting dalam menghadapi isu seperti ini. Mereka berinisiatif untuk
menyerukan kepada semua umat Islam di Eropa agar membuat aksi solidaritas
kepada saudara/i Katolik yang sedang bersedih atas peristiwa ini. Aksi ini dikonkretkan dengan mengunjungi gereja Katolik
dan berpartisipasi dalam perayaan misa pada Minggu, 31 Juli 2016.
Benar saja. Umat Muslim
memang hadir di gereja Katolik pada Minggu ini. Banyak gereja di Prancis dan
Italia menerima umat Muslim bahkan dalam perayaan ekaristi pun. Sontak seperti
ada penampakan baru. Di depan altar, ada Pastor yang memimpin ekaristi dan di
sampingnya ada Imam dari kalangan Muslim.
Aksi ini memang bukan
sekadar asal buat. Umat Muslim di Prancis khususnya di dekat kota Rouen, tempat
Pastor Jacques berkarya, mengenal baik Pastor Jacques. Pastor yang merayakan 50
tahun imamatnya pada 2008 yang lalu dikenal sebagai figur yang tenang dan
damai. Dia juga menyapa semua umat termasuk umat Muslim yang ada di sekitar
gerejanya. Dari sinilah lahir relasi yang baik antara Pastor Jacques dengan
umat Muslim.
Baru kali ini ada aksi
solidaritas seperti ini. Betul-betul menjadi aksi yang baik bagi relasi antara
umat beragama selanjutnya. Rasa solidaritas
ini kiranya muncul pertama-tama di Gereja Katolik di Rouen. Gereja Paroki
Saint-Etienne-du-Rouvray, tempat Pastor Jacques berkarya merupakan bagian dari
Keuskupan Rouen.Di gereja Katedral kesukupan ini diperkirakan hadir 2.000 umat
Katolik beserta 100 umat Islam.
Mereka disambut oleh Mgr Lebrun, Uskup dari Keuskupan Rouen.
Dalam sambutannya dia mengajak umat
Katolik yang hadir untuk menyambut dengan sukacita para sahabat Muslim yang
datang ke gereja.
“Saya atas nama umat Katolik
mengucapkan terima kasih kepada kalian. Kalian menolak aksi kekerasan yang
berujung pada kematian atas nama Allah. Kami juga mendengar dari kalian bahwa,
aksi ini bukanlah aksi seorang yang menganut agama Islam,” demikian sambutan
Uskup Lebrun.
Selain sambutan itu, umat Muslim yang
hadir juga menyerukan slogan yakni cinta untuk semua dan benci untuk tak
seorang pun. Sungguh slogan yang bagus dan akan lebih bagus jika
berhasil diterapkan.
Bagaimana dengan Italia?
Di Italia, umat Muslim juga merespons
permintaan komunitas Islam di Prancis. Di kota Parma, beberapa orang Muslim
hadir dalam perayaan misa hari Minggu di gereja Katedral kota Parma. Dalam
gereja yang megah itu, Ketua Komunitas Islam di Parma Amin Attarki menyampaikan maksud
kedatangan mereka di hadapan umat Katolik yang hadir.
Mereka datang bukan saja untuk saling
kenal tetapi juga untuk membuat aksi solidaritas dan persaudaraan. Amin mengatakan, kami datang supaya kita saling kenal. Lebih dari situ, kami juga hadir
bersama kalian dan turut dalam kesedihan yang disebabkan oleh peristiwa yang
baru saja terjadi di Prancis.
Di Gereja Katedral kota Parma, pastor dan seorang utusan dari komunitas Muslim di Parma, FOTO: gazzettadiprama.it |
Amin juga mengecam
tindakan di Prancis itu. Bagi Amin, menghormati tempat ibadah sama dengan
menghormati manusia yang menganggap tempat ibadah itu sebagai tempat yang
sakral. Maka dalam keterangannya, dia
menambahkan dengan kalimat yang amat indah, tidak respek terhadap tempat
ibadah sama dengan tidak menghormati kemanusiaan.
Umat Muslim yang datang
ke gereja bukan saja di Parma. Mereka juga datang
ke gereja di beberapa kota lainnya di seluruh Italia seperti di Roma, Milan,
Palermo, Napoli, Novara, dan sebagainya. Total seluruh umat Islam di Italia
yang berperan dalam aksi ini berkisar 15.000 orang.
Di kota Novara aksi solidaritas ini
tidak saja berlangsung dalam gereja saat misa. Setelah misa, ada aksi
solidaritas lainnya juga yakni bincang-bincang antara umat yang hadir.
Dalam perbincangan itu, ada wawancara
yang menarik bersama seorang wakil dari salah satu organisasi Islam terbesar di
Italia yakni Coreis (ComunitÃ
Religiosa Islamica) yang berpusat di kota Milano. Abd al-Ghafur Masotti wakil dari Coreis mengatakan bahwa
aksi yang dilakukan oleh kedua pelaku di Prancis bukanlah tindakan seorang
Muslim.
Dia mengatakan, pembunuh Pastor Jacques di Prancis tidak menyerukan seruan Allah adalah belas kasih (Dio è
misericordioso) sebelum melakukan
aksinya. Mungkin dia hanya berseru, Allahu Akbar, Allah yang besar.
Menurut Abd, seruan Allahu Akbar ini bukanlah seruan yang berdasar pada Al-Quran. Dia
juga menolak jika seruan ini dikaitkan dengan seruan seorang Islam. Boleh jadi,
Abd mau mengatakan seruan ini merupakan seruan seorang penjahat yang mau
mengatasnamakan Allah dalam tindakannya.
Abd dalam akhir wawancaranya
menghimbau kepada umat Islam untuk menunjukkan Islam yang sebenarnya. Katanya, kita
umat Muslim tidak perlu mengatakan bahwa Islam itu agama yang benar. Kita cukup
menunjukkan hal-hal mana yang bukan Islam. Islam menurutnya, bukanlah
Islam yang sedang kita bicarakan saat ini yakni islam yang terkait dengan aksi
para teroris.
Abd mengajak umat Islam untuk menunjukkan Islam sesuai yang tertulis
dalam Al-Quran. Di situ tertulis, siapa yang membunuh seorang manusia, dia
membunuh kemanusiaan itu sendiri.
Pastor dan Umat Muslim di salah satu gereja di Italia, FOTO: italy.s5.webdigital.hu |
Apa pun reaksinya, langkah komunitas
Muslim Eropa ini patut diacungi jempol. Komunitas Islam Eropa sudah mampu
menunjukkan bahwa Islam juga mengajarkan umatnya untuk berani meminta maaf dan
berinisiatif untuk berbuat aksi solidarietas dan persaudaraan.
Bagaimana dengan Islam di Indonesia?
Saya tak pantas menilainya. Biarkan umat Islam Indonesia dan seluruh warga
Indonesia sendiri yang menjawabnya.
Sekadar berbagi yang dilihat,
ditonton, didengar, dirasakan, dialami, dibaca, dan direfleksikan.
PRM, 1/8/2016
Gordi
*Dipulikasikan pertama kali di sini
Post a Comment