Halloween party ideas 2015

foto oleh sks_sts
Ada hal yang menarik tiap kali saya bertemu dengan penganut agama lain. Yang paling menonjol adalah ketika bertemu teman-teman Muslim. Sempat ada rasa malu ketika pertama kali berjabatan tangan dengan teman cewek Muslim. Dia hanya membalas dengan menganggukkan kepala sambil mendekatkan tangannya ke dada.

Saya tidak tahu, apa maksudnya dia berbuat demikian. Mungkin dia melihat saya seperti orang asing. Tetapi justru setelahnya kami bisa bercerita dengan akrab. Lama sekali saya tinggal dalam keadaan bingung dengan kebiasaan seperti ini. Beberapa teman cewek Muslim melakukan hal yang sama. Saya merasa tidak enak bila keadaan semacam ini berlangsung lama. Sampai suatu waktu saya meminta izin kepada seorang teman untuk menjelaskan hal ini. Dia mengatakan bahwa memang seperti itulah keadaan biasanya. Maksudnya, teman cewek Muslim tidak boleh atau mungkin tidak diperkenankan untuk berjabatan tangan dengan teman cowok yang bukan muhrimnya.

Dari penjelasan ini, saya bisa memahami perilaku teman-teman saya ini. Tetapi ternyata ini tidak berlaku umum. Ada juga teman cewek Muslim yang menerima jabatan tangan saya ketika bertemu. Semula, saya hanya menganggukkan kepala tetapi ternyata mereka mengizinkan untuk berjabatan tangan. Makin bingung lagi saya. Menurut seorang teman, peraturan ini tidak berlaku mutlak. Sehingga, dia sendiri bisa dan boleh menerima jabatan tangan pria yang dikenalnya baik.

Ini hanya kejutan awal bagi saya dalam menjalin relasi dengan teman-teman berbeda agama. Ada lagi peristiwa yang membuat saya hanya mampu mendengar saja sambil mencoba memahami apa yang ada dalam pikirannya. Seorang teman mengunjungi blog saya dan membaca tulisan di sana. Dia tertarik dengan pengalaman saya. Lalu dia menghubungi saya melalui email yang tertera di sana. Dari situ komunikasi kami lancar. Dia pun bertanya banyak hal. Saya menjelaskan semua yang ia tanyakan. Sebagian tentu saya tidak bisa jawab. Jika saya tidak tahu saya akan mengatakan dengan terus terang, tidak tahu. Daripada saya membuat jawaban baru yang saya karang sendiri alias berbohong, lebih baik mengatakan dengan jujur.

Pada saat yang sama, saya juga bertanya banyak hal tentang agama Islam. Lumayan dapat pengetahuan baru, gratis lagi. Saya memang gemar bertanya kepada teman-teman Muslim yang bisa diajak berdiskusi. Ada banyak yang sampai sekarang masih bertukar informasi dengan saya. Kami menghargai perbedaan yang ada sehingga kami tidak mudah jatuh dalam godaan menuduh tanpa tahu masalah nyatanya seperti apa.

Suatu ketika, saya kaget ketika teman Muslim (2 orang) mengatakan dengan terus terang, Aku Mau Kamu Jadi Muslim. Saya mendengar saja waktu itu karena kebetulan dia sedang bercerita. Lalu, saya bertanya kepadanya, mengapa kamu berkata demikian. Ia menjawab, saya cocok menjadi Muslim. Jawaban singkat ini membuat saya terus mencari kesempatan untuk bertanya lebih lanjut padanya. Apa benar saya cocok jadi Muslim? Saya ini Katolik sejak kecil, kok tiba-tiba cocok jadi Muslim.

Rupanya dia menganggap Muslim sebagai agama yang menawarkan nilai-nilai kebaikan sehingga dia ingin agar saya mengetahui nilai-nilai seperti itu. Saya menyanggah dengan kata-kata yang sopan bahwa saya tidak mesti menjadi Muslim untuk mengetahui nilai-nilai itu. Dia tetap berpegang pada kata-katanya bahwa dia mau agar saya jadi Muslim. Saya hanya mengucapkan terima kasih sambil menjelaskan bahwa, kalau Tuhan menghendaki, suatu saat saya akan menjadi Muslim.

Mungkin dia masih menunggu, kapan kata-kata saya itu menjadi nyata. Buktinya sampai sekarang saya belum menjadi Muslim. Saya hanya merefleksikan bahwa, masih ada umat beragama yang memandang ajaran agamanya sebagai nilai-nilai yang baik, yang pantas ditawarkan kepada orang lain. Agama masih menjadi sumber nilai yang baik bagi hidup manusia.

Tidak salah dia menawarkan nilai itu kepada saya sampai-sampai dia mau supaya saya jadi Muslim. Saya menyambutnya dengan senang hati. Tetapi saya mengharapkan agar dia menghormati keputusan saya jika saya memutuskan untuk tidak menjadi Muslim. Hormat terhadap umat beragama lain menjadi semakin besar jika ada banyak orang yang berpikiran seperti ini. Kami pun sampai sekarang masih menghormati nilai-nilai agama lain.

Saya mengimpikan juga bahwa nilai-nilai Katolik yang baik juga bisa ditawarkan kepada setiap orang. Tawaran ini dilandaskan pada keyakinan bahwa nilai ini baik pada dirinya sendiri. Maka, pantas dibagikan. Persoalan muncul ketika nilai itu ditawarkan dengan cara kekerasan. Di sinilah citra agama menjadi buruk. Agama pada dirinya sendiri baik, yang keliru adalah orang yang menafsirkan nilai agama itu sesuka hatinya. Fundamentalisme boleh jadi berakar dalam cara pandang seperti ini.

Terima kasih untuk teman-teman diskusi saya yang memberikan pemahaman baru tentang relasi antara umat beragama di Indonesia. Semoga dengan tulisan ini semakin banyak orang terbuka pikirannya. Bahwa menawarkan nilai sebuah agama itu baik. Yang tidak baik adalah menawarkan dengan kekerasan atau juga memaksa orang untuk masuk dalam agama kita sendiri.

CPR, 4/5/2012
Gordi Afri

Post a Comment

Powered by Blogger.