foto oleh Antok Hermawan |
Hari Sabtu, 27/4/2012, saya dan beberapa teman
singgah di salah satu tempat pengisian bahan bakar berminyak (pombensin) di
daerah Sukabumi. Sementara teman saya mengisi solar, saya mampir di toilet.
Toiletnya bersih dan wangi. Di depan pintu, ada kotak derma, bertuliskan Rp.
1000, 00. Saya tahu ini artinya bahwa kita membayar sejumlah itu jika
menggunakan toilet itu. Uniknya, di situ tidak ada penjaga. Pengguna diberi
kebebasan untuk bertindak jujur. Bisa saja tidak membayar sesuai harga yang tertera, toh tidak ada yang
lihat. Tetapi,
model (tanpa penjaga) seperti ini justru mendidik orang untuk bertindak lebih
dewasa.
Alangkah terkejutnya saya, ketika melihat sepuntung rokok tergeletak di
saluran pembuangan air. Batang rokok itu masih panjang. Kira-kira ¼ bagiannya
sudah diisap. Betapa cerobohnya orang ini. Boleh jadi dia tidak sadar membuang
puntung itu. Tetapi, kebersihan toilet terganggu, kenyamanan pengguna toilet
juga demikian. Ulah perokok ini merugikan banyak orang. Kalau saja dia sadar
dan tahu dampaknya, dia akan membuang puntung rokok itu di tempat sampah.
Saya pikir-pikir, ternyata menjadi perokok itu bisa sombong juga. Dia
bisa saja membuang puntung di mana dia mau. Kalau diperhatikan, di
tempat-tempat umum, banyak puntung rokok dibuang begitu saja. Di terminal,
stasiun, pasar, dan sebagainya. Benar kata-kata dalam lagu lama, bagaikan
rokok, kau isap lalu kau buang. Memang untuk membuang puntung itu mudah sekali.
Banyak perokok aktif mempunyai kecenderungan untuk membuang puntung rokoknya di
sembarang tempat.
Merokok memang justru banyak ruginya. Bukan hanya perokok pasif-yang
setiap saat mengisap asap yang keluar dari mulut dan hidung perokok
aktif-mengalami kerugian. Pengguna toilet-seperti kasus yang saya temui di
atas-juga mengalami kerugian. Tak beda jauh dengan itu, merokok juga mengisap
kekayaan. Tak terhitung uang yang dibuang begitu saja demi asap yang diisap lalu
dibuang itu. Bahkan ada juga yang
menggunakan argumen demi gengsi untuk membeli asap itu. Tak macho, tak gengsi,
kalau tidak merokok. Apa memang demikian? Bagaimana dengan binaragawan dan
olahragawan yang macho tetapi dilarang merokok??
Hati-hati, merokok bisa memupuk sifat sombong.
CPR, 28/4/2012
Gordi Afri
*Dimuat di blogkompasiana pada 1/5/12
Post a Comment