Halloween party ideas 2015

Berbagi dan peduli. Dua kata yang mudah diucapkan tetapi sulit dilakukan. Berbagi sebenarnya mudah asal sudah menjadi kebiasaan. Demikian juga dengan peduli. Namun, kalau tidak dibiaskan hal itu menjadi sulit.

Berbagi dan peduli menjadi ajakan untuk anak-anak dan semua umat yang hadir dalam perayaan ekaristi Minggu ini di Gerejaa Katolik, Kota Baru, Yogyakarta. Anak-anak diajak untuk berbagi dan peduli.

Banyak hal yang menjadi tempat latihan untuk berbagi. Datanglah ke perempatan jalan yang ada lampu lalu lintasnya. Di situ akan ditemukan banyak pengemis, pengamen, dan orang cacat. Pedulikah kita dengan mereka? Maukah kita berbagi sedikit dari yang kita punya?

Kadang-kadang sulit mengeluarkan seribu rupiah untuk mereka. Kadang-kadang muncul nada benci ketika melihat mereka dengan seenaknya saja meminta-minta dan berusaha. Ini tanda bahwa berbagi dan peduli tidak mudah. Butuh kepekaan dari dalam hati. Mesti juga dilatih sejak kecil.

Anak-anak tadi membawakan sebuah visualisasi-drama tentang peduli dan berbagi. Si A hanya mempunyai 3 ribuan uang di sakunya. Dia pun merasa kurang puas karena tidak cukup untuk uang jajan. Temannya meyakinkan dia bahwa uang itu cukup sebab Si A juga membawa bekal dari rumah. Akhirnya Si A pun menyadarinya. Lalu, mereka bertemu dengan seorang pengemis. Si A pun mau memberi lembar 3 ribuan itu kepada pengemis.

Dengan drama ini anak-anak yang hadir diajak dan dilatih untuk mau berbagi dan peduli. Hal kecil yang mudah dilakukan jiak dibiasakan. Di negara ini tindakan berbagi dan peduli masih menjadi barang langka. Di pedesaan boleh jadi kedua hal ini mudah ditemukan.

Tetapi di kota, amat jarang. Setiap orang pada umumnya mau nyaman dengan kepunyaannya dan enggan berbagi. Kalau virus berbagi dan peduli-boleh jadi-ada relasi yang dekat antara yang berpunya dan tidak berpunya.
Selamat hari Minggu.

PA, 4/11/12
GA

*Tulisan ini pernah dimuat di blog kompasiana kolomSOSBUD pada 04 November 

Post a Comment

Powered by Blogger.