Halloween party ideas 2015

FOTO, thefwa.com
Lihat-lihat rupanya bisa jadi sumber ide untuk menulis. Melihat memang bukan tugas berat. Cukup sederhana. Tidak butuh alat bantu. Asal punya mata terang. Kalau mata rusak pun bisa dibantu dengan kaca mata atau lensa mata. Melihat-lihat yang mudah itu rupanya bisa jadi bahan tulisan. Tulisan ini pun demikian. Lahir dari melihat-lihat. Tulisan ini memang tidak dimaksudkan untuk membahas hal yang sulit. Cukup membahas yang ringan saja. Toh melihat-lihat juga hanya tindakan sederhana dan cukup ringan.

Tulisan yang ringan ini bisa saja dibuat jadi rumit. Atau yang populer ini bisa jadi karya ilmiah. Bisa saja. Tapi, kali ini cukup yang ringan saja. Maklum, melihat-lihatnya juga tadi hanya melihat yang ringan-ringan. Dengan melihat-lihat saja sudah jadi dua paragraf. Apalagi kalau mau bahas apa yang dilihat. Berapa yang dilihat. Bagaimana Anda melihatnya. Tapi ya, tak usah panjang lebar. Pertanyaan ini memang bisa membuat tulisan jadi lebih panjang. Dan, ada saatnya jika membahas menjadi lebih panjang.

Melihat-lihat sejatinya adalah sebuah relasi. Antara dia dan aku. Antara aku dan objek yang saya lihat. Atau, antara aku dan kamu. Atau, antara aku dan foto, gambar, tulisan, koran, buku. Dalam melihat-lihat itulah ada relasi. Relasi yang tak mesti saling bereaksi. Relasi antara dua manusia memang tampak seperti bereaksi (timbal-balik). Maksudnya, relasi antara penanya dan penjawab. Tapi, relasi di sini, tidak mesti seperti itu. Katakanlah relasi pasif. Seperti saya yang melihat-lihat tulisan di kompasiana, di sini relasinya pasif. Saya hanya mengklik, membaca, atau bahkan melihat judulnya, lalu selesai. Tidak ada reaksi timbal balik. Sampai di sini tulisan jadi tiga paragraf. Saya mau tutup sampai paragraf terakhir. Paragraf penutup. Sesuai janji saya untuk membuat tulisan ringan.

Jadi, kalau mau menulis cukup melihat-lihat saja dulu. Untuk menulis, tidak ada kata terlambat atau keluhan ‘tidak ada ide’. Hal ini kiranya sudah dibahas oleh penulis hebat dan senior di mana pun. Di Indonesia bahkan di kompasiana, soal ini sudah dibahas berkali-kali. Jadi, jangan bilang ‘tidak ada ide’. Buat saja tulisan yang idenya dari ‘tidak ada ide’ itu. Sebab ‘tidak ada ide’ bisa jadi dasar sebuah tulisan. ‘Tidak ada ide’ juga adalah ide. Ide yang bisa jadi tulisan. Cukup bertanya mengapa tidak ada ide? Itu sudah jadi ide utama. Tinggal dikembangkan. Demikian dengan rentetan tulisan lainnya.

PRM, 22/5/15
Gordi

Post a Comment

Powered by Blogger.