Ada
keinginan untuk mengubah hidup. Dari miskin ke sejahtera. Dari sejahtera ke
kaya. Perubahan yang menggairahkan.
Petani
di desa kami mempunyai impian yang sama. Sebagian besar ingin sejahtera. Selama
ini mereka kurang sejahtera. Kalau pun ada beras sebagai penghasil terbesar,
hidup mereka belumlah sejahtera. Mereka tidak bisa hidup hanya dari beras.
Kalau pun nasi selalu ada, kebutuhan lain belum tentu ada.
Mereka
ingin sejahtera. Ada beras dan bisa dijual. Penjualnya diharapkan mau
mengetahui keadaan mereka. Petani mengandalkan beras. Jadi, hargailah jerih
payah mereka. Jangan membeli dengan harga yang tak seimbang dengan usaha
mereka.
Hari
demi hari telah terlewati. Mimpi tinggal mimpi. Sawah mereka pelan-pelan
tegrusur. Mau bangun jalan tol, gedung perkantoran, perumahan, dan lahan
industri. Ada yang cemas berkepanjangan. Sawahnya dikelilingi gedung. Bagaimana
bisa diairi?
Negeri
ini tidak memerhatikan mereka lagi. Daripada dia sendiri saja, lebih baik
sawahnya sekalian dijual. Jadilah lahan sawah itu berubah jadi lahan industri.
Mereka tak memiliki apa-apa lagi. Uang hasil lahan tidak bertahan lama.
Mimpi
mereka tetap ada. Namun, tidak ada lagi pijakan dasar. Mereka kini merana.
Kawasan sawah yang menjadi penopang hidup dikepung perkembangan perekonomian
yang kurang manusiawi. Ya mereka itu tidak dihargai sebagai petani padi. Mereka
dihargai sebagai pemilik lahan yang bisa dibeli dengan harga murah. Sayang
sekali impian petani tidak terwujud. Hidup jadi petani sejahtera memang hanya
dalam mimpi saja.
PA,
13/3/13
Gordi
Post a Comment