SAAT BAYI YESUS DIARAK
Misa Natal kali ini agak berbeda bagi saya. Selalu ada hal baru yang
dilihat di tempat yang baru. Selama 4 tahun di Italy, ada saja hal menarik yang
ada. Natal dalam dingin dan bersalju.
Hal baru itu juga ada di
Manila-Filipina tahun ini. Boleh jadi bukan kebetulan, saya datang awal
Desember. Sehingga, akhir bulan bisa ikut Natal a la Filipina. Natal ini
sungguh sesuatu yang baru. Beda dengan 4 tahun sebelumnya. Semuanya memang beda
banget dengan tradisi di Indonesia.
Saya ikut misa Malam Natal
pada pukul 7. Misa ini jadi unik karena dalam bahasa Tagalog. Saya tidak
mengerti tetapi berusaha mengerti melalui panduan teks misa.
Umat membludak di dalam dan
luar gereja. Saya sengaja datang 45 menit sebelum misa untuk melihat suasana
gereja. Umat rupanya antusias dengan datang lebih awal. Tadi pagi sebenarnya
rasa antusias lebih tepat. Mereka menyelesaikan Misa Ayam Berkokok selama 9
hari. Saatnya untuk mengatakan ahh Tuhan,
kami sudah tiba.
Antusias itu rupanya dibawa
sampai malam ini juga. Setelah perarakan masuk yang meriah serta pengantar dari
Pastor, gereja digelapkan. Sekelompok remaja dan OMK menyiapkan drama singkat.
Dalam drama itu diceritakan kisah kelahiran Yesus. Mulai dari perjalanan Yosep
dan Maria ke Betlehem. Mereka bingung mau menerima Yesus di rumah siapa.
Dalam kebingungan, mereka
malah berjumpa sejumlah anak muda yang sedang berpesta. Minum-minuman dan
berjoget ria. Tidak beda dengan mereka, ada juga sekelompok keluarga yang
menolak kehadiran mereka. Saat melihat Yosep dan Maria dalam keadaan bingung,
mereka mengatakan tidak bisa menampung mereka di rumah.
Boleh disimpulkan: tidak
ada tempat untuk Yosep dan Maria. Adegan selingan selanjutnya berupa dialog 5
remaja tentang arti Natal dan seberapa pentingnya. Tampak bahwa Natal membawa
kegembiraan sekaligus tidak ada apa-apanya bagi mereka. Ada yang antusias, ada
yang tidak.
Setelah dikuatkan dalam
mimpi, Yosep dan Maria akhirnya menemukan tempat yang pas. Yesus dilahirkan di
kandang ternak. Dalam kesederhanaan itulah Yesus datang ke dunia, di hadapan
para gembala yang tidak paham dengan kedatangan-Nya.
Yesus kemudian
diperkenalkan pada mereka oleh sang Malaikat. Dan seperti para gembala itu,
kami juga diperkenankan melihat bayi Yesus itu. Barisan para putra altar,
rombongan Diakon dan Pastor serta pemuda yang berperan sebagai Yosep dan Maria
membawa bayi Yesus berarak di dalam gereja. Umat di setiap kelompok tempat
duduk pun melihatnya. Bahkan ada yang terharu serta ingin menyentuh bayi Yesus
itu. Bagi mereka, bayi itu adalah Allah yang dekat dengan mereka. Mereka pun
ingin menyentuh-Nya.
Setelahnya, perayaan
ekaristi dilanjutkan. Sungguh sesuatu yang baru bagi saya. Drama itu kiranya
ingin menarik para remaja dan OMK untuk ambil bagian dalam perayaan Natal.
Natal dengan demikian menjadi sesuatu yang berarti bagi mereka. Kiranya bayi
Yesus juga berbicara pada mereka. Adegan mereka tidak sekadar bersuara dan
bergerak tetapi juga masuk dalam jiwa mereka.
Natal yang pas memang mesti
menyentuh semua orang. Melihat orang muda dan remaja ini, saya teringat dengan Italia. Dari hati, ingin melihat mereka di gereja, apa daya, tidak banyak anak
remaja dan anak mudanya. Andai saja Natal di sana diwarnai drama seperti
ini, misa Malam Natal akan lebih hikmat lagi.
Semoga suatu saat, para
remaja dan OMK ini hadir di Italia.
Salam damai Natal bagi para
pembaca
Quezon City, 26/12/17
Gordi SX
Post a Comment