Halloween party ideas 2015

foto dari theguardian.com
Barack Obama kini terpilih menjadi presiden Amerika Serikat. Ini kali kedua kemenangannya. Di tengah berbagai protes terhada kebijakannya, Obama tetap menjadi pilihan bagi warga Amerika Serikat. 

Saya tertarik melihat kiprah Obama dalam kemenangan keduanya ini. Dalam pidato kemenangannya, dia mengusung semangat kesatuan. Dia mengajak warga untuk bersatu. Obama mengatakan salah satu keistimewaan bangsa Amerika adalah keberagamannya. Maka, dia mengajak warganya untuk bersatu.

Pesan ini mestinya muncul juga di Indonesia yang juga beragam. Kalau kita melihat para pendiri bangsa (termasuk Soekarno-Hatta) ini sudah mendengungkan soal persatuan pada awal berdirinya bangsa ini. Sekarang tampaknya tidak bergema. Semboyan bhineka tunggal ika hanya tinggal nama. Tidak ada relevansi konkret.

Di berbagai belahan daerah di Indonesia, masyarakatnya semakin angkuh, mementingkan kelompoknya sendiri, daerahnya sendiri. Di sana-sini ada warga dari suku lain tetapi hanya ditempelkan atas nama keberagaman. Mereka diterima karena terpaksa kemudian mereka juga akann diusir. Mereka yangd atang ke tempat baru tidak dihargai. Muncul usulan agar kembali ke daerah asal.

Tidak adakah pemimpin Indonesia yang menyerukan persatuan? Ataukah harus kita panggil Obama untuk menyerukan pesan serupa di negeri kita tercinta ini? Toh, Obama juga pernah tinggal di Indonesia. Kita panggil saja dan berpidato sebentar agar rakyat negeri ini mendengar pesan itu.

Banyak pemimpin di sini menyerukan persatuan. Mereka adalah kelompok yang sadar akan keberagaman negeri ini. Negeri ini memang indah dan unik dengan hadirnya keberagaman itu. Di Taman Mini Indonesia Indah Jakarta ada miniatur Indonesia. Konon, seorang teman dari luar negeri sungguh menikmati miniatur ini. Ia pun memuji keberagaman bangsa kita ini. Dari Sabang sampai Merauke.

Tetapi itu hanya miniatur. Ibarat gugusan pulau yang indah. Kalau penghuni pulau itu datang dari keragaman dan bisa hidup dalam keragaman, itu baru namanya indah dan unik. Kalau tidak, keindahan dan keunikan itu hanya dambaan semu.

Pertikaian di berbagai wilayah negeri ini merobek selimut kebersatuan bangsa ini. Jika Obama sebagai pemimpin baru (karena baru saja menang) mampu membangun semangat warga untuk bersatu, kapankah pemimpin bangsa kita bangkit dari tidur kenyamanannya disertai selimut tak peduli keragaman? Kalaupun dia bangkit ada yang hanya sebatas wacana. Setelah itu diam. Tidak ada tindakan konkret. Warga di daerah perbatasan menderita karena bantuan dari pusat tidak menyejahterakan mereka, tetapi tak banyak kaum bangsawan yang peduli.

Muncul segelintir orang yang mau merajut kembali kesatuan ragam itu tetapi tidak didukung sepenuhnya oleh banyak orang. Indonesia namamu indah seperti juga Amerika Serikat tetapi wargamu tidak semerdeka warga Amerika. Kapankah muncul “Obama” di Indonesia? Atau haruskah Obama yang sebenarnya datang lagi dan menyampaikan pidato kesatuan dalam keragaman di negeri ini?

PA, 8/11/12
GA


foto oleh labollatorium
Bangun pagi-pagi sekali
Kunyalakan lampu di kamarku
Mudah saja, tinggal menekan tombol

Lalu terang-benderang muncul

Rasa kantuk hilang seketika
Saya puas tidur
Dan pagi ini bangun dengan semangat baru
Terima kasih untuk sang PEMBERI hidup

Kutatap tembok kamarku
Semuanya terlihat jelas
Dengan cahaya yang terpancar
Dari bola lampu

Cahaya seperti ini adalah keuntungan bagiku
Banyak teman saya yang tak menikmati terang dari cahaya seperti ini
Mereka tetap berada dalam gelap

Tak heran jika mereka bangun
Kala mentari bersinar dan memncarkan cahanya
Cahaya pagi ini sungguh membuka pikiranku
Di kampung-kampung para ibu tak menikmati cahaya seperti ini

Mereka bangun pagi
Berjalan menuju dapur
Menyiapkan sarapan pagi
Dengan pelita berminyak di tangan

Dan di sini juga demikian
Katanya di kota
Tapi tak semua bisa menikmati cahaya seperti ini
Butuh biaya besar untuk mendatangkan cahaya seperti ini di kamar

Banyak yang tak sanggup membayar uang listrik
Banyak yang terpaksa tidur saja di taman
Banyak yang tak menikmati betapa pentingnya listrik
Dan aku, aku menikmati semua ini

Aku ingin berterima kasih pada sang PEMBERI
Yang membuatku bisa menikmati semua ini
Sekali lagi terima kasih

Jauh-jauh sebelumnya
Dahulu kala tepatnya
Para ahli menemukan bola lampu
Beserta jaringan listriknya

Dan sekarang generasi kami tinggal menikmati saja
Sekali lagi
Tak bosan-bosan kulantunkan
Hatur terima kasih yang berlimpah

Prm, 2/3/14
Gordi


Serial Puisi Terima Kasih, 1. Dia Beriku Napas Pagi Ini

Puisi ini dimuat juga di blog kompasiana kolom FIKSI

Sumber gambar di sini
Pagi ini kubangun dengan terharu
Sebab aku masih hidup
Dia masih memberiku napas
Tak ku sangka

Aku pun berterima kasih padanya
Inilah kata yang kuucapkan pertama kali
Kala menyadari hal ini
Sekali lagi terima kasih

Banyak orang yang tak sadar
Mati kaget kala bangun pagi hari
Atau tidur malam lalu tak sadar lagi
Orang lain yang tahu dia tidur selamanya

Tapi aku, aku sadar kala bangun pagi ini
Bahwa aku masih diberi napas
Banyak temanku tak sadar
Bahwa mereka masih diberi napas

Mereka bernapas saat bangun pagi
Tapi sedikit saja yang sadar bahwa dia masih diberi napas
Banyak yang merasa ini hal biasa
Bernapas kok meski disadari

Tetapi bagiku, bernapas mesti disadari
Di balik kesadaran ini
Aku ingin tahu siapa di balik pemberi napas ini
Dan inilah sebabnya AKU BERTERIMA KASIH padanya

Tak ku bayar se sen pun
Tak kukorbankan sedikit tenaga
Tak kukorbankan sedikit waktu
Sedikit pun dari milikku tidak

Dia juga tidak meminta bayaran
Sedikit pun tidak, apalagi banyak
Aku memang hidup dari zat di luar diriku
Dari sang PEmberi

Dia memberiku napas
Aku pun bernapas dan dengan napas ini pula
Aku ingin berterima kasih padanya
Aku juga mengajak yang lainnya untuk berterima kasih

Prm, 1/3/2014
Gordi

* Puisi ini dimuat juga di blog kompasiana kolom FIKSI

Powered by Blogger.