foto dari theguardian.com |
Saya tertarik melihat kiprah Obama
dalam kemenangan keduanya ini. Dalam pidato kemenangannya, dia mengusung
semangat kesatuan. Dia mengajak warga untuk bersatu. Obama mengatakan salah
satu keistimewaan bangsa Amerika adalah keberagamannya. Maka, dia mengajak
warganya untuk bersatu.
Pesan ini mestinya muncul juga di
Indonesia yang juga beragam. Kalau kita melihat para pendiri bangsa (termasuk
Soekarno-Hatta) ini sudah mendengungkan soal persatuan pada awal berdirinya
bangsa ini. Sekarang tampaknya tidak bergema. Semboyan bhineka tunggal ika
hanya tinggal nama. Tidak ada relevansi konkret.
Di berbagai belahan daerah di
Indonesia, masyarakatnya semakin angkuh, mementingkan kelompoknya sendiri,
daerahnya sendiri. Di sana-sini ada warga dari suku lain tetapi hanya
ditempelkan atas nama keberagaman. Mereka diterima karena terpaksa kemudian
mereka juga akann diusir. Mereka yangd atang ke tempat baru tidak dihargai.
Muncul usulan agar kembali ke daerah asal.
Tidak adakah pemimpin Indonesia yang
menyerukan persatuan? Ataukah harus kita panggil Obama untuk menyerukan pesan
serupa di negeri kita tercinta ini? Toh, Obama juga pernah tinggal di
Indonesia. Kita panggil saja dan berpidato sebentar agar rakyat negeri ini mendengar
pesan itu.
Banyak pemimpin di sini menyerukan
persatuan. Mereka adalah kelompok yang sadar akan keberagaman negeri ini.
Negeri ini memang indah dan unik dengan hadirnya keberagaman itu. Di Taman Mini
Indonesia Indah Jakarta ada miniatur Indonesia. Konon, seorang teman dari luar
negeri sungguh menikmati miniatur ini. Ia pun memuji keberagaman bangsa kita
ini. Dari Sabang sampai Merauke.
Tetapi itu hanya miniatur. Ibarat
gugusan pulau yang indah. Kalau penghuni pulau itu datang dari keragaman dan
bisa hidup dalam keragaman, itu baru namanya indah dan unik. Kalau tidak,
keindahan dan keunikan itu hanya dambaan semu.
Pertikaian di berbagai wilayah negeri
ini merobek selimut kebersatuan bangsa ini. Jika Obama sebagai pemimpin baru
(karena baru saja menang) mampu membangun semangat warga untuk bersatu,
kapankah pemimpin bangsa kita bangkit dari tidur kenyamanannya disertai selimut
tak peduli keragaman? Kalaupun dia bangkit ada yang hanya sebatas wacana.
Setelah itu diam. Tidak ada tindakan konkret. Warga di daerah perbatasan
menderita karena bantuan dari pusat tidak menyejahterakan mereka, tetapi tak
banyak kaum bangsawan yang peduli.
Muncul segelintir orang yang mau
merajut kembali kesatuan ragam itu tetapi tidak didukung sepenuhnya oleh banyak
orang. Indonesia namamu indah seperti juga Amerika Serikat tetapi wargamu tidak
semerdeka warga Amerika. Kapankah muncul “Obama” di Indonesia? Atau haruskah
Obama yang sebenarnya datang lagi dan menyampaikan pidato kesatuan dalam
keragaman di negeri ini?
PA, 8/11/12
GA
GA
*Tulisan ini pernah dimuat di blog kompasiana kolomSOSOK pada 8 November 2012
Post a Comment