Halloween party ideas 2015

Ternyata kata “filsafat” masih asing bagi orang tertentu. Beberapa teman bahkan berkomentar, baru dengar nama itu. Entah karena kurang baca, kurang dengar, kurang simak berita, atau alasan apa sampai muncul reaksi itu.

Bisa jadi mungkin karena “filsafat” itu kurang disosialisasikan (dimasyarakatkan) sehingga kurang familiar. Namun, beberapa teman juga mengatakan (orang-orang) filsafat itu terlalu mengawang-awang (abstrak). Ini mungkin karena (ilmu) filsafat itu tinggal dalam menara gading, yang mengerti hanya yang belajar filsafat itu sendiri. *Gambar google images

Mendefinisikan “filsafat” itu memang agak rumit. Ketika defiinisi dibuat selalu saja ada yang kurang. Lantas ada komentar, apakah filsafat itu sebatas itu? Dosen saya bahkan pernah membuat mahasiswa/i-nya kaget. Dia memberikan beberapa definisi filsafat dari beberapa filsuf. Anehnya, terakhir dia mengatakan, filsafat itu tak terdefinisikan.

Maksudnya, “filsafat” itu tak bisa dibatasi dalam definisi itu. Masih ada celah yang bisa ditanyakan dari definisi yang ada. Dari uraian sebelumnya saja, ada pertentangan antara para filsuf. Tak jarang pula muncul definisi, filsafat itu merupakan ilmu yang diawali dan diakhiri dengan pertanyaan. Bisa membingungkan bukan?

Saya mencoba memaparkan sebagian kecil dari definisi filsafat. Definisi yang diambil dari beberapa ahli ini tentu saja masih menyisakan pertanyaan. Bagaimana pun definisi sebuah kata, kadang-kadang tidak memenuhi kandungan maksud kata itu. Itulah filsafat. Yang jelas ada guyonan, STF (Sekolah Tinggi Filsafat) itu adalah Sekolah Tanpa Faedah.

Nama ”filsafat” dan ”filsuf” berasal dari kata-kata Yunani philosophia dan philosophos. Berdasarkan bentuk kata, seorang philo-sophos adalah seorang ”pencinta kebijaksanaan”. Ada tradisi kuno yang mengatakan bahwa nama ”filsuf” (philosophos) untuk pertama kalinya dalam sejarah dipergunakan oleh Pythagoras (abad ke-6 SM). Tetapi kesaksian sejarah tentang kehidupan dan aktivitas Pythagoras demikian tercampur dengan legenda-legenda sehingga seringkali kebenaran tidak dapat dibedakan dari reka-rekaan saja. Demikian juga dengan hikayat yang mengisahkan bahwa nama ”Filsuf” ditemukan oleh Pythagoras (Bertens,  Sejarah Filsafat Yunani, 1999:17-18).

Arti philo-sophos yang adalah pencinta kebijaksanaan ini agak lain dari pengertian filsafat atau falsafah menurut kamus ilmiah populer. Dalam kamus ini, filsafat atau falsafah mempunyai pengertian yakni pengetahuan tentang, asas-asas pikiran dan perilaku; ilmu mencari kebenaran dan prinsip-prinsip dengan menggunakan kekuatan akal; pandangan hidup (yang dimiliki oleh setiap orang); ajaran hukum dan prilaku; kata-kata arif yang bersifat didaktis (lih. Widodo (ed), Kamus Ilmiah Populer, 2002:147).

Lain lagi pengertian filsafat menurut kamus umum bahasa indonesia. “Filsafat atau falsafat atau falsafah berarti pengetahuan dan penyelidikan akal budi mengenai sebab-sebab, asas-asas, hukum dan sebagainya daripada segala yang ada dalam alam semesta atau pun mengenai kebenaran dan arti ’adanya’ sesuatu.”( Poerwodarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1987:280).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah pencinta kebijaksanaan, kebijaksanaan akan pengetahuan; asas-asas pikiran dan perilaku; asas-asas hukum; dan pandangan hidup dengan menggunakan kekuatan akal budi (bdk. Huijbers, Theo, Filsafat Hukum, 1991:18).

*Tulisan ini merupakan olahan dari tugas kuliah di STF Driyarkara pada semester ganjil tahun 2008.

Jakarta, 10 Juli 2011
Gordi Afri


google images
Bagi sebagian orang menyebut hantu itu gampang sekali. Tak jarang ketika terjadi sesuatu, dengan gampang terlontar kata-kata “itu hantu”.

Biasanya hantu dikaitkan dengan tempat gelap. Sebagian orang di kampung saya dulu meyakini kalau hantu itu berkeliaran di tempat gelap. Sejak kecil juga, saya dikuasai keyakinan itu. Namun, sampai sekarang saya belum pernah melihat hantu. Seperti apa bentuknya, tidak jelas. Tak jarang bagi orang tertentu, hantu itu tidak ada.

Kelompok ini meyakini demikian karena belum pernah melihat hantu. Hantu tidak termanifestasi dalam bentuk fisik. Kalau demikian, dari mana orang mengatakan itu hantu? Bisa saja hal ini terkait dengan keadaan perasaan seseorang. Perasaan takut ketika berada di tempat gelap memicu seseorang untuk mengatakan itu hantu.

Hantu sampai di sini merupakan nama yang tidak jelas. Nama itu diciptakan begitu saja, tanpa ada wujudnya yang jelas. Hantu pada zaman dulu merupakan nama untuk kekuatan negatif,  semisal setan, jin, dan sebagainya. Bagi orang yang punya kekuatan untuk melihat kekuatan semacam ini, hantu itu ada. Mereka yakin ada hantu. Ini tentu tidak bisa diterima oleh mereka yang tidak bisa melihatnya. Dua kubu berbeda yang tidak bisa disamakan.

Seorang murid bisa menuduh gurunya hantu. Apalagi kalau dia tidak mengenal betul gurunya. Petrus yang sudah lama tinggal dengan gurunya (Yesus) pun belum mengenal betul gurunya itu. Dia bingung ketika guru itu menghampirinya. Lagi-lagi Petrus dikuasai perasaan takut. Takut terbawa arus laut. Perasaan ini yang membuatnya berteriak, “Itu hantu…”.

Bagi orang yang berada dalam kegelapan, teriakan itu hantu mudah saja. Meski tak jelas, mereka bisa berteriak. Jadi tuduhan itu hantu sebanrnya bisa muncul dari situasi kegelapan. Jangan-jangan kalau hati manusia gelap, teriakan itu juga muncul.

Bisa saja demikian. Ketika seseorang tak bisa lagi menerangi yang lain, yang lain akan tetap berada dalam gelap. Maka dia dan mereka tetap gelap. Dari sini bisa muncul teriakan itu hantu. Ketika kita berada dalam situasi terhimpit, di situ pun bisa muncul kegelapan.

Kalau sang guru itu benar-benar hantu, apa yang terjadi? Sang murid tak dikenali lagi. Demikian pun sebaliknya. Namun, sang guru tetap mengenal muridnya. Hanya saja murid lupa dengan gurunya.

Bagi orang yang masih mengenal sesamanya sebagai manusia, keadaan gelap itu akan menjauh. Dari perkenalan yang mendalam itulah lahir terang yang mengusir hantu. Maka, kalau dia benar-benar hantu, sinarilah dengan terang. Kelak teriakan itu akan berbunyi..”Itu saudara/iku…”

Saudara/I itu bukan hantu. Mereka manusia yang dikenal. Mereka mengenal aku. Kita saling kenal. Tak ada lasan untuk bermusuhan. Tak ada alasan untuk menuduh..  “Itu Hantu” meski datang godaan untuk menuduh demikian.

Cempaka Putih, 7 Agustus 2011
Gordi Afri



 


Siapa bilang Indonesia jaya?
Di ibu kotanya saja banyak terlihat penduduk miskin
Banyak pula pengemis jalanan, pengamen jalanan.

Sabar……
Siapa bilang Indonesia tak berdaya?
Pagi ini saya melihat banyak yang bangun pagi-pagi
Ada dua bapak yang sedang berbincang di depan masjid setelah selesai berdoa
Ada pengendara sepeda motor dengan muatan ayam yang siap dijual di pasar
Ada petugas satpam yang menanyakan tanda waktu ke saya
Ada pula teman-teman olahraga pagi

Dari sini saja sudah tahu Indonesia itu masih “hidup”
Dari pagi sudah berdoa
Belum terhitung yang siang, sore, malam
Entah di tempat ibadat atau bukan tempat ibadat
Berdoakan bisa di luar tempat ibadat
Kalau begitu mengapa rebut-ribut soal tempat ibadat yang ditutup
Atau tak dizinkan berdiri?
Kan bisa berdoa tanpa tempat ibadat

He….itu untuk ibadat bersama
Kalau berdoa pribadi bisa dilakukan di mana saja
Oh begitu..
Yah..kalau begitu kita dukung pendirian tempat ibadat
Yang berguna bagi umatnya
Bukan yang mubazir
Entah karena tidak digunakan
Atau karena kebanyakan

Indonesia masih hidup kok
Sejak pagi sudah ada yang berbisnis di pasar
Roda ekonomi mulai berputar
Lalu mengapa Indonesia tetap saja miskin?
Yahhh itu ma Indonesia secara keseluruhan
Masih ada sebagian orang Indonesia yang kaya
Memiliki banyak perusahaan dan pusat bisnis
Jangan salahh….
Mereka masuk nominasi orang terkaya di dunia

Oh begitu….
Tetapi mereka itu bukan kelompok yang bangun pagi-pagi
Dan menjalankan roda perekonomian
Mereka golongan bangsawan
Alias bangun kesiangan
Yang pagi-pagi memutar roda ekonomi adalah kaum kecil
Mereka berjuang demi hidup
Makanya ada pertanyaan..”pagi ini makan apa ya????”

Ya memang Indonesia masih hidup
Pagi-pagi sudah ada yang berolahraga
Tetapi kok prestasi Indonesia di bidang ini tidak memuaskan?
Yah…itu mah…salah urus..
Emang sich susah ngurus Negara besar seperti ini
Kalau untuk olahraga sendiri-sendiri sich bias
Bangun pagi saja sudah bisa olagraga
Nggak sulitkan ngurusnya?
Ya…. tak serumit ngurus PSSI
Tak serumit mengelola PBSI

Ahhh..sekian dulu
Tak penting ngomongin pengurus olahraga
Kan itu tidak selesai dengan ngomong doank
Mesti ada usaha
Makanya mari kita berusaha
Sekian dulu lari-lari paginya…

*Obrolan sebelum fajar terbit sambil lari-lari
** Semua gambar dari google images

Cempaka Putih, 30 Juli 2011
Gordi Afri

Powered by Blogger.