ANDA TIDAK NAJIS
ANDA TIDAK NAJIS
Rabu PEKAN BIASA V; 1Raj 10: 1-10; Mrk 7: 14-23
Tuduhan najis kepada yang lain kerapkali muncul di tengah pembicaraan di masyarakat kita. Ujaran ‘nasjis lu’ kerapkali muncul begitu mudah. Sebegitu suci kah Anda sampai sebegitu pantasnya Anda menuduh orang lain?
Hari ini, bila kita mendengar ujaran itu lagi, kita hendaknya mendengarkan refren Mazmur Tanggapan, “Mulut Orang Benar Menuturkan Hikmat”. Hikmat itu berasal dari hati, dan keluar melalui ujaran mulut. Maka, apakah yang mengisi hati kita? Mungkinkah ujaran kenajisan itu juga berasal dari hati orang yang mengucapkannya? Jika kita mengucapkan itu, camkanlah itu.
Saat meneliti hati raja bijak, Ratu Syeba mengeluarkan isi hatinya. Di depan Salomo, ia melihat kebijaksanaan itu. Tapi, ia terpana kala mengetahui isi hati Salomo yang sebenarnya. Salomo yang tampak bijaksana itu, rupanya hatinya berisikan kemewahan. Ia tidak menolak kala Ratu Syeba memberikan perhiasan yang mewah padanya. Rupanya, yang tampil di luar itu belum tentu mencerminkan yang di dalam.
Yang di dalam itu adalah hati. Yesus mengajak kita untuk memiliki hati yang murni. Karena dari kemurnian hati, keluar kebijaksanaan. Tindakan tanpa kebijaksanaan sama dengan orang yang menuduh najis pada yang lain. Ia tampak sebagai guru moral yang berwibawa, tapi sesungguhnya ia hanya penjaga moral rendahan.
Tuhan Yesus, bantulah kami yang suka bergosip tentang orang lain. Kami selalu menemukan cara untuk memojokkan yang lain dan meninggikan diri kami. Ya Yesus, pelan-pelan kami disadarkan bahwa bukan orang lain, tapi diri kamilah sesungguhnya yang harus berubah. Kami bergosip karena kami tak mampu menerima-Mu, sang mahabijaksana yang mengajarkan kebijaksanaan pada kami.