Kaum abal-abal. Siapakah kaum abal-abal? Arswendo,
penulis novel ini mengangkat kehidupan kaum abal-abal. Boleh jadi mereka bukan
siapa-siapa tetapi di tangan Arswendo, kehidupan mereka menjadi cerita menarik.
Kaum abal-abal menurut Arswendo adalah kaum miskin,
tak berdaya, tukang ribut, susah diatur (hlm. 1). Novel ini mengisahkan
kehidupan mereka ini. Kalau dibahasakan secara umum mereka ini adalah kaum
lemah. Mereka lemah dari segi sosial. Tidak punya modal untuk bertahan dalam
kehidupan sosial. Mereka ini tidak berpendidikan atau berpendidikan rendah. Tak
jarang mereka ditipu atau dipaksa mengaku palsu. Justru karena lemah mereka
gampang diperdaya oleh oknum tertentu.
Inilah yang dikisahkan penulis novel ini. Bahasa yang
digunakan Arswendo mudah dipahami. Seperti dalam novel lainnya, bahasa Arswendo
menarik dan mengalir. Uraiannya detail. Kekuatannya pada segi mendeskripsikan
kehidupan kaum abal-abal. Pembaca dibawa masuk dalam seluk-beluk kehidupan
mereka. Ada
yang jadi tukang preman jalanan, tukang rampok, tukang hajar orang, dan
kriminal lainnya. Ulah mereka kadang-kadang meresahkan warga. Petugas keamanan
kadang-kadang enggan menghentikan aksi mereka karena kekuatan tak sebanding.
Atau juga tidak berefek jera.
Kehidupan yang antah-berantah ini menjadi cerminan
keseharian kaum abal-abal. Bagaimana pun kehidupan mesti berujung pada satu
titik. Bagi mereka titik itu adalah penjara atau rumah tahanan. Ini tentu bukan
pilihan mereka. Tetapi, titik itu mau tidak mau mesti diterima. Kaum abal-abal
rentan dijadikan oknum palsu oleh kaum yang kuat. Mereka dipaksa mengaku palsu
demi menyelamatkan kaum kuat yang melakukan tindakan kriminal.
Di penjara mereka masih melanjutkan aksi mereka.
Memang tidak seterang-terang sewaktu di dunia luar. Di penjara mereka beraksi
sesuai situasi dan kondisi. Mereka memeras anggota baru atau juga kaum berduit.
Tawuran pun tak terhindarkan.
Selain itu novel yang ditulis oleh penyair, wartawan,
novelis, kolumnis ini mengisahkan kehidupan napi (narapidana) beserta istri dan
anak-anak mereka di dunia luar. Istri mereka kadang-kadang menjenguk sang
suami, ada juga yang tidak dijenguk sama sekali.
Arswendo yang beberapa kali mendapat penghargaan
dalam dan luar negeri juga mengulas keseharian petugas penjara. Ada kongkalingkong antara
napi, penitera, jaksa, hakim, dan polisi. Tentu semuanya diulas dalam gaya bahasa novel yang
menarik.
Novel ini bisa dibaca oleh siapa saja untuk
mengetahui seluk beluk kehidupan dalam dunia tahanan/penjara. Kehidupan narapidana
sebelum dan sewaktu menjadi tahanan. Juga, relasi antara polisi, hakim, jaksa,
petugas penjara, dan narapidana. Semuanya dirangkai dalam ulasan yang menarik,
bernas, dan mengalir.
Judul buku: Abal-abal(Sebuah
Novel)
Pengarang: Arswendo Atmowiloto
Penerbit: Pustaka Utama Grafiti, Jakarta
Tahun terbit:1994
CPR, 7/7/2012
Gordi Afri
Post a Comment