Terkesan dengan Kiprah Ibu Teresa di Kalkuta (1)
Baru saja menonton film kisah hidup Ibu Teresa dari Kalkuta. Saya pernah membaca kisah hidup orang suci ini. Pernah juga menonton film tentangnya. Tetapi saya tidak ingat judul film itu.
Baru saja saya menemukan satu
kaset/film lagi tentang Teresa. Saya menonton salah satunya. Belum selesai. Tetapi
bagian pertama ini cukup berkesan.
Salah satu adegan yang terkesan
adalah ketika seorang bapak mengtakan, Aku
haus...aku haus...aku haus sambil membuka telapak tangan sebagai tanda
bermohon. Dia meminta itu pada Teresa yang sedang melintas di kawasan kumuh
itu.
Teresa memberi uang logam. Sayangnya seorang
anak kecil langsung meungut uang itu. Bapak itu hanya bisa melihat tindakan
anak kecil itu. Tampaknya ia tak berdaya merebut uang itu.
Teriakan aku haus itu adalah teriakan
permohonan. Dalam permohonan itu ada harapan. Berharap menjadi tanda orang yang
mau berubah. Bapak itu mau berubah dari kehausan ke kepuasan dahaga. Kehausan sebagai
lambang penderitaan. Dan kepuasan dahaga sebagai lambang kekenyangan atau
kecukupan.
Di negeri ini banyak orang melarat. Bukan
miskin. Kalau miskin masih bisa berusaha. Tetapi kalau melarat, amat susah
berusaha selain mengharapkan bantuan orang lain. Orang melarat mempunyai
harapan yang kuat akan datangnya bantuan.
Sayangnya banyak orang berpunya yang
cuek dengan harapan orang melarat. Orang berpunya akdang-kadang tak mau peduli.
Saya kadang-kadang bingung membantu orang melarat. Mau beri uang, aku tak
punya. Mau dekati, ada rasa enggan karena merasa diri tak memberi apa-apa. Saya
pernah mencoba mendekat. Memebri apa yang bisa saya beri. Setelah diamati,
ternyata, mereka juga butuh didengarkan. Tidak melulu mengharapkan uang.
Dari cerita ada harapan baru. Anak-anak
kecil mulai datang, berkumpul, mendengar cerita. Dalam cerita diselipkan nilai
kemanusiaan, rasa iba, perjuangan, kerja keras, dan sebagainya.
Ini juga yang dibuat Ibu Teresa dari
Kalkuta. Saya terkesan dengan bagian pertama dari film ini. Besok baru
melanjutkan film berikutnya. Terima kasih Ibu Teresa untuk inspirasimu. (bersambung)***
PA, 21/3/13
Gordi
Cerita yang menarik....
ReplyDelete