Paus Fransiskus, Pembawa Harapan ke Benua Afrika
Foto Paus Fransiskus di Nairobi bersama Presiden Kenya Uhuru Kenyatta dan Margarte, Ibu negara. FOTO: republica dan AFP |
Benua Afrika kali ini mendapat
perhatian khusus dari Paus Fransiskus. Hari ini, Rabu 25 November, Paus memulai
kunjungannya ke tiga negara yakni Kenya, Uganda, dan Republik Afrika Tengah.
Perjalanan internasional ke-11 ini menjadi bersejarah bukan saja karena pertama
kali ke Afrika tetapi melihat situasi dunia saat ini. Di Eropa, situasi belum
aman setelah beberapa peristiwa mengenaskan di Paris dan juga peristiwa lain di
berbagai kota di jantung Eropa. Di Timur Tengah masih terjadi persaingan hangat
antara Turki dan Rusia. Tak heran jika kunjungan Paus ini mendapat banyak komentar.
Dalam wawancara dan berita di
media Italia, ada yang mengusulkan kepada Paus supaya batalkan saja kunjungan ini,
jangan tinggalkan Eropa sebelum situasi benar-benar aman. Yang lain mengatakan,
mengapa
Paus meninggalkan Vatikan pada pembukaan tahun Yubilium Kerahiman Ilahi ini (L’apertura
dell’anno della misericordia)? Bukankah lebih baik jika Paus membuka Pintu Suci
(La Porta Santa) di Vatikan dan Roma?
Komentar seperti ini wajar.
Bukti bahwa masyarakat Italia dan Eropa menaruh perhatian besar pada Paus
Fransiskus. Mereka tidak ingin agar kunjungan ini membawa risiko besar pada
keamanan Paus Fransiskus. Paus Fransiskus—seperti pendahulunya Paus Benediktus
dan Paus Yohanes Paulus II—tentu tidak langsung mengiyakan komentar seperti
ini. Dia tahu, mana yang penting dan mendesak saat ini. Paus kiranya meniru
sikap Yesus, mencari domba yang hilang
yang belum dijamah oleh sang gembala. Maka, kunjungan Paus ini bertujuan
untuk berada lebih dekat dengan rakyat Afrika.
Pelayan Injil
Kunjungan selama 6 hari ini
memang bertujuan untuk membawa Injil kepada masyarakat Afrika. Paus Fransiskus
mengatakan saya datang sebagai pelayan
Injil. Injil mesti diwartakan kepada mereka yang belum menerimanya, belum
mengenalnya, bahkan pada mereka yang belum mendengarnya.
Kiranya tepat sekali kunjungan
Paus kali ini mengingat situasi Afrika saat ini. Peperangan, kemiskinan,
penyakit AIDS, perdagangan manusia, perbudakan, dan berbagai masalah sosial
lainnya. Masyarakat Afrika membutuhkan seseorang yang bisa membuat mereka
nyaman tinggal di negeri mereka. Kalau tidak, mereka akan mencari tempat aman.
Jangan heran jika Eropa menjadi tujuan akhir petualangan mereka dari Afrika.
Untuk mereka yang bersikukuh menetap di negerinya, situasi seperti ini kadang
menyulitkan. Dan, dalam keadaan sulit ini hanya satu yang mereka butuhkan yakni
harapan. Dan Paus Fransiskus adalah pembawa harapan itu sendiri. Beberapa kali
dia menyebut frase Pembawa Harapan
dalam beberapa hari terakhir dalam homili atau audiensi di Roma dan Vatikan.
Saksi perdamaian
Selain tema harapan, Paus
Fransiskus juga ingin mengajak rakyat Afrika untuk menjadi saksi perdamaian. Banyak martir di Afrika
terutama para misionaris asing dan juga dari warga lokal. Akhir-akhir ini
misalnya di Burundi, Kongo, dan beberapa negara lainnya. Rencananya, Paus akan
berbicara tentang tema perdamaian ini saat membuka Pintu Suci di Gereja Katedral
Bangui, Republik Afrika Tengah pada Minggu 29 November mendatang.
Tema ini kiranya penting di
tengah situasi perang di Afrika. Perdamaian tercapai jika ada damai di antara
mereka warga senegara, sedaerah, dan juga warga dari berbagai agama. Itulah
sebabnya pada hari terakhir, Senin 30 November, Paus akan masuk Masjid utama di
kota Bangui. Di sini, Paus menegaskan dirinya sebagai peziarah damai (pellegrino di pace).
Jadwal Kunjungan
Kunjungan ke 3 negara selama 6 hari. Rencananya Paus akan menetap di setiap
negara selama lebih kurang 2 hari.
Kenya: Kamis dan Jumat
Tiba sore hari (Rabu) di
Kenya. Menetap di sana dari Kamis sampai Jumat. Hari Kamis Paus akan berbicara
di kantor perwakilan PBB di Nairobi tentang tema pemeliharaan ciptaan. Hari
Jumat Paus mengunjungi kaum miskin di barak pengunsi di kota Bangui.
Uganda: Sabtu
Di Uganda Paus menetap hanya 1 hari dengan jadwal kunjungan yang padat. Pertama, Paus mempersembahkan
misa di Basilika (Santuario) di
wilayah Namugongo. Basilika ini didedikasikan untuk para martir Uganda.
Kedua, Paus akan mengunjungi
penghuni di Rumah Caritas di Nalukongo.
Republik Afrika Tengah: Minggu
dan Senin
Di sini, Paus akan membuka
Pintu Suci secara simbolis di Gereja Katedral di kota Bangui pada hari Minggu.
Hari berikutnya, Senin, Paus
akan bertemu para pemimpin agama Islam dan akan masuk di Masjid utama di kota
Bangui.
Demikianlah jadwal kunjungan
Paus ini. Informasi jadwal kunjungan disunting dari harian Avvenire, Italia.
**File tulisan ini pernah dikirim ke situs sesawi Jakarta tetapi tidak ditindaklanjuti. Penulis berhak memublikasikannya di blog ini.
Post a Comment