Halloween party ideas 2015

foto oleh Larry Crause clickclicque
Melihat salju bukanlah hal baru bagi saya. Tapi, melihat salju secara langsung adalah hal baru bagi saya. Selasa, 28 Januari 2014, saya melihat salju. Turun salju untuk pertama kalinya di tahun ini. Sebelumnya diprediksikan akan turun salju tapi nyatanya baru hari ini. Saya yang masuk penduduk baru di Parma-Itali pun menunggu-nunggu saat ini.

Saya tidak begitu kagum pada mulanya. Toh saya sudah melihatnya di foto. Bukan hal baru. Saya tidak terlalu menanggapi dengan serius pertanyaan teman-teman yang seolah-olah menganggap saya baru pertama kali melihat salju. Tapi kemarin setelah beberapa jam Parma diguyur salju, saya jadi kagum. Semuanya jadi putih berkilau.

Pada mulanya saya mengambil beberapa foto. Tetapi belum putih semuanya karena pada permulaan. Saya menjepret salju yang turun dari langit seperti hujan. Di tanah atau atap rumah atau kap mobil belum ada. Selang berapa jam kemudian atap rumah jadi putih. Jalan aspal jadi putih.

foto oleh Mark Griffith
Benar kata guru saya beberapa waktu lalu, “Kota jadi indah jika turun salju.” Putih berkilau. Terang benderang. Sayang sekali bahwa saya tidak mengambil foto untuk pemandangan kedua ini. Kami sedang ada pelajaran. Tidak ada kesempatan untuk menjepret. Saya pikir pemandangan ini bertahan lama. Rupanya jam 1 siang hujan turun. Salju yang putih pun pelan-pelan jadi air, mencair. Dan jam 2 lewat sedikit ada matahari. Lenyap sudah salju putih ini.

Inilah pengalaman pertama melihat langsung salju. Saya siap menjepret jika besok ada salju lagi. Saya kira teman-temanku di Indonesia menunggu foto salju. Salam salju.

Parma, 29/1/2014

Indonesia, foto oleh FabSom
Antara Indonesia dan Filipina. Dua negara asia dan berdekatan. Keduanya punya ciri khas. Banyak. Tapi yang menonjol—katakanlah yang mudah diingat—hanya satu. Yakni, Indonesia mayoritas Muslim dan Filipina mayoritas Katolik. Keduanya juga sama-sama punya banyak tenaga kerja yang dikirim ke luar negeri. Gara-gara tenaga kerja inilah saya hampir menjadi orang Filipina.

Di Italia ada banyak orang Filipina. Menjadi tenaga kerja. Di kota Parma, kota kecil di regio Emilia-Romagna juga ada orang Filipina. Banyak. Di kota Parma saja ada satu gereja khusus untuk orang Filipina. Belum hitung dengan mereka yang menyebar di gereja lainnya.

Kemarin, Senin 27 Januari 2014, saya mengurus kartu identitas untuk bidang kesehatan di kantor Sanitasi. Saya pergi bersama 3 teman. Di ruang tunggu ada orang Filipina menyapa saya. Saya tidak mendengar dengan baik apa yang dia katakan. Tapi dari bahasa tubuhnya saya tahu maksudnya. Lalu dia mendekat ke tempat kami duduk. Dia bertanya dalam bahasa Tagalog yang tidak saya mengerti. Saya mencoba mendengar kalau-kalau dia bicara dalam bahasa Inggris. Rupanya tidak. Atau dalam bahasa Italia. Rupanya juga tidak. Jadi, dia bicara dalam bahasa Tagalog. Dan, saya tidak mengerti.

Saya pun membalas dalam bahasa Italia sambil mengeryitkan dahi pertanda tak paham. Io sono Indonesiano, saya orang Indonesia. “A…..” Katanya sambil memberikan tangannya.
“Piacere (nice to meet you), senang bertemu Anda” sambungnya. Lalu kami berkenalan dan mulai berkomunikasi dalam bahasa Italia. Tak lama kemudian dia masuk ke pos bagian dalam di mana ada pelayanan untuk pembuatan kartu identitas ini. Dan kami mulai saling tanya.

Katedral di Manila, foto oleh Levi Bautista
Hem…ini kesekian kalinya saya dikira orang Filipina. Mungkin karena muka saya mirip orang Filipina. Tetapi memang nyatanya antara orang Indonesia dan Filipina ada kesamaan wajah. Di Bandung, suatu waktu saya melihat seorang pastor dari Filipina. Saya kira dia orang Flores karena rambutnya kriting. Rupanya dia orang Filipina.

Di Parma juga saat menghadiri pesta kelompok Filipina, saya juga dikira orang FIlipina seperti mereka. Padahal bukan. Saya jawab ketika mereka dalam bahasa Italia. Kemudian bahasa Inggris. Namun saat mereka berbicara dalam bahasa Tagalog saya mulai bingung. Mereka juga bingung. Dan kami sama-sama tahu identitas kami.

Di jalan saat bersepeda di kota Parma juga demikian. Kami saling sapa. Tapi tetap saya tahu kalau mereka orang Filipina dan bukan Indonesia. Mereka kira saya orang Filipina padahal bukan. Bahkan beberapa kali dengan kelompok pelajar China di Parma, saya juga dikira orang China. Padahal mata saya beda dengan mereka. Tapi beginilah kala orang Asia (Timur) tinggal di Eropa (Barat). Semua yang dari Timur dikira berasal dari satu tempat saja. Tidak beda kala kita di Indonesia melihat bule-turis. Semua dikira dari Inggris atau Amerika kala mereka berbicara dalam bahasa Inggris. Padahal bukan. Mereka juga berasal dari negara yang berbeda.

Pengalaman unik di Parma. Baca juga pengalaman lainnya di sini

Parma, 28 Januari 2014

Gordi

Foto, dokumen pribadi
Tulisan ini dibuat saat saya sedang pusing. Entah mengapa malam ini tidak ada semangat belajar. Biasanya belajar malam hari. Tentu juga siang dan sore hari. Tapi hari ini semuanya jadi baru. Entah mengapa.

Memang sore ini saya mencoba untuk berkreatif. Mengubah alamat blog saya sampai saya merasa pas. Pekerjaan ini mulai kemarin siang, malam, tadi siang, juga sore hari. Saya membuat 2 blog masing-masing berbahasa Italia dan Inggris. Tapi saya merasa kurang puas dengan alamatnya. Saya mencoba untuk membuat alamat yang ada nama saya di dalamnya.

Dan akhirnya sore ini saya menemukan alamat yang pas. Semoga ini bertahan lama dan tidak akan berubah seperti alamat 2 blog saya sebelumnya, gordyafri.blogspot.com dan gordyafri2011.blogspot.com. Saya merilis blog baru dengan nama hampir sama dengan ini. Satunya gordyafri-indonesian.blogspot.com untuk yang berbahasa Inggris dan gordyafri-indonesiano.blogspot.com untuk yang berbahasa Itali.

Gara-gara mencari nama ini, saya mengubah alamat blog saya dari kemarin hingga hari ini. Memang ini bentuk kerja yang kreatif. Hanya saja makan banyak waktu. Saya tidak mau buang-buang waktu. Tetapi saat ini saya sedang tidak ada semangat untuk belajar. Itulah sebabnya saya ingin menulis dalam bahasa Indonesia saja. Saya tahu, saya sebenarnya masih ada utang untuk menulis dalam bahasa Italia dan Inggris. Tetapi saat sedang tidak ada semangat seperti ini saya alihkan rasa ini pada kegiatan menulis.

Semoga tulisan ini tidak mengganggu pembaca. Apa pun yang terjadi saya menulis ini saat saya tidak ada semangat untuk belajar. Boleh jadi ini menjadi pelajaran bagi pembaca juga. Jangan biarkan situasi yang menegangkan (tidak ada semangat belajar) ini berlalu begitu saja. Saya pun ingin mengisinya dengan belajar menulis.

Saya tadinya mencoba membaca koran dalam bahasa Italia. Tetapi toh tidak mempan. Tetap taka da niat. Mencoba membaca artikel berbahasa Inggris tetap taka da semangat. Mencoba menghibur diri dengan belajar menyanyi lagu Italia toh tetap tak mempan. Boleh jadi memang otak sedang blank. Saya pun lari ke ruang komputer dan menulis ini. Terima kasih untuk pembaca yang membaca tulisan ini.

Salam dari Parma-Italy
Gordi

DIEDIT: Selasa, 30 Juni 2015

Blog lama http://gordyafri.blogspot.com/ sudah kembali seperti semula dan kedua blog dalam bahasa Inggris dan Italia di atas sudah dihapus, gantinya silakan simak di sini untuk bahasa Inggris dan di sini untuk bahasa Italia Terima kasih untuk pembaca sekalian
Powered by Blogger.