Indonesia, foto oleh FabSom |
Antara Indonesia dan Filipina. Dua negara
asia dan berdekatan. Keduanya punya ciri khas. Banyak. Tapi yang menonjol—katakanlah
yang mudah diingat—hanya satu. Yakni, Indonesia mayoritas Muslim dan Filipina
mayoritas Katolik. Keduanya juga sama-sama punya banyak tenaga kerja yang
dikirim ke luar negeri. Gara-gara tenaga kerja inilah saya hampir menjadi orang
Filipina.
Di Italia ada banyak orang Filipina. Menjadi
tenaga kerja. Di kota Parma, kota kecil di regio Emilia-Romagna juga ada orang
Filipina. Banyak. Di kota Parma saja ada satu gereja khusus untuk orang
Filipina. Belum hitung dengan mereka yang menyebar di gereja lainnya.
Kemarin, Senin 27 Januari 2014, saya
mengurus kartu identitas untuk bidang kesehatan di kantor Sanitasi. Saya pergi
bersama 3 teman. Di ruang tunggu ada orang Filipina menyapa saya. Saya tidak
mendengar dengan baik apa yang dia katakan. Tapi dari bahasa tubuhnya saya tahu
maksudnya. Lalu dia mendekat ke tempat kami duduk. Dia bertanya dalam bahasa Tagalog
yang tidak saya mengerti. Saya mencoba mendengar kalau-kalau dia bicara dalam
bahasa Inggris. Rupanya tidak. Atau dalam bahasa Italia. Rupanya juga tidak. Jadi,
dia bicara dalam bahasa Tagalog. Dan, saya tidak mengerti.
Saya pun membalas dalam bahasa Italia
sambil mengeryitkan dahi pertanda tak paham. Io sono Indonesiano, saya orang Indonesia. “A…..” Katanya sambil memberikan
tangannya.
“Piacere (nice to meet you), senang
bertemu Anda” sambungnya. Lalu kami berkenalan dan mulai berkomunikasi
dalam bahasa Italia. Tak lama kemudian dia masuk ke pos bagian dalam di mana
ada pelayanan untuk pembuatan kartu identitas ini. Dan kami mulai saling tanya.
Katedral di Manila, foto oleh Levi Bautista |
Hem…ini kesekian kalinya saya dikira
orang Filipina. Mungkin karena muka saya mirip orang Filipina. Tetapi memang
nyatanya antara orang Indonesia dan Filipina ada kesamaan wajah. Di Bandung,
suatu waktu saya melihat seorang pastor dari Filipina. Saya kira dia orang
Flores karena rambutnya kriting. Rupanya dia orang Filipina.
Di Parma juga saat menghadiri pesta
kelompok Filipina, saya juga dikira orang FIlipina seperti mereka. Padahal bukan.
Saya jawab ketika mereka dalam bahasa Italia. Kemudian bahasa Inggris. Namun saat
mereka berbicara dalam bahasa Tagalog saya mulai bingung. Mereka juga bingung. Dan
kami sama-sama tahu identitas kami.
Di jalan saat bersepeda di kota Parma
juga demikian. Kami saling sapa. Tapi tetap saya tahu kalau mereka orang
Filipina dan bukan Indonesia. Mereka kira saya orang Filipina padahal bukan. Bahkan
beberapa kali dengan kelompok pelajar China di Parma, saya juga dikira orang
China. Padahal mata saya beda dengan mereka. Tapi beginilah kala orang Asia (Timur)
tinggal di Eropa (Barat). Semua yang dari Timur dikira berasal dari satu tempat
saja. Tidak beda kala kita di Indonesia melihat bule-turis. Semua dikira dari
Inggris atau Amerika kala mereka berbicara dalam bahasa Inggris. Padahal bukan.
Mereka juga berasal dari negara yang berbeda.
Pengalaman unik di Parma. Baca juga pengalaman lainnya di sini
Parma, 28 Januari 2014
Gordi
Post a Comment