Sumber gambar di sini |
Jika kita perhatikan, malaikat Gabriel
di sini berperan sebagai perantara Allah dan manusia. Dalam beberapa tradisi
dan keyakinan, definisi ini diakui. Perantara di sini erat kaitan dengan
pembawa kabar. Lewat malaikatlah Allah menyampaikan pesan kepada manusia.
Tentang malaikat, ada banyak
pertanyaan tentang identitasnya. Kalau dia perantara, seperti apakah wujudnya?
Dia bukan Allah dan bukan manusia. Lalu? Malaikat memang tidak masuk dalam
kategori keduanya. Boleh dibilang malaikat itu unik. Keunikannya tampak dalam
perannya. Sebagai pembawa kabar dari Allah, ia tentu berhubungan dengan Allah.
Ia berkomunikasi dengan Allah. Kemudian, ketika bertemu manusia, ia
berkomunikasi dengan bahasa manusia. Sampai di sini, kita bisa mengerti bahwa
malaikat mengerti dua bahasa sekaligus, bahasa manusia dan bahasa Allah.
Lalu seperti apakah malaikat itu?
Untuk memahaminya mesti perlu sumber bacaan banyak. Saya sendiri hanya
membayangkan malaikat seperti interprestasi atas tulisan dalam Kitab Suci.
Selain itu, buku Jostein Gaarder, bisa membantu kita memahami malaikat. Buku
itu memang bukan buku ilmiah. Saya kira malaikat di luar kategori ilmu
pengetahuan yang menekankan metode ilmiah. Oleh karena itu, seperti Jostein
Gaarder, kita hanya membayangkan jasa, tanpa tahu dengan jelas seperti apakah
malaikat itu.
Dalam buku ini, dipaparkan dialog
manusia, Cecilia, dan malaikat Ariel. Dialog mereka seperti dialog
antar-manusia. Bedanya, dialog itu terjadi pada malam hari, saat manusia
tertidur. Dikisahkan bahwa, Cecilia sedang sakit. Dia selalu pamit kepada
keluarganya untuk tidur. Keluarganya merelakan dia tidur. Saat itulah malaikat
datang melalui celah-celah kecil di jendela, dan bertemu lalu berdialog dengan
Cecilia.
Setahu saya, dalam buku ini dialog
itu tidak pernah terjadi siang hari. Ketika mentari hampir naik, mereka
berpisah. Dalam perbincangan itu, malaikat dan Cecilia membicarakan banyak hal
termasuk alam raya ini. Juga membicarakan perbedaan manusia dan malaikat. Kalau
manusia terdiri atas daging, malaikat tidak. Itulah sebabnya malaikat tidak
mengenal tua-muda dalam hal fisik.
Ada perbedaan cara berpikir manusia
dan malaikat. Manusia bisa lupa akan sesuatu sehingga membutuhkan waktu dan
usaha untuk mengingatnya. Tidak demikian dengan malaikat yang meski lupa akan
sesuatu, sesuatu itu akan datang dengan sendirinya. “Tapi, cara kami berpikir memang
tak sama dengan manusia. Kami tak perlu ‘menimbang-nimbang’ untuk menemukan
jawaban. Semua yang kami tahu dan semua yang bisa kami tahu, tampak di hadapan
kesadaran kami secara serentak. Tuhan mengizinkan kami memahami sekeping amat
kecil dari rahasia akbar-Nya, tetapi tidak semuanya. Jadi, kami harus diam
tentang segala sesuatu yang tidak kami pahami.” (hlm. 137) Pengetahuan manusa
bisa bertambah dan berkurang, sedangkan pengetahuan malaikat tetap saja.
Jostein Gaarder, penulis Dunia Sophi dan beberapa buku lainnya, berhasil membuat dialog yang menarik untuk
dibaca. Dialog yang tidak sekadar dialog tetapi mempunyai pesan agar pembaca
bisa memahmi perihal malaikat. Sebagai novel, buku ini bisa mengembangkan
imajinasi pembaca. Sedangkan sebagai buku bacaan lain, buku ini bisa menambah
wawasan untuk memahami malaikat. Meskipun pada akhirnya, kita manusia tidak
memahami malaikat secara keseluruhan. Yang
jelas, malaikat berjasa untuk manusia yakni menyampaikan pesan Allah.
CPR,
30/12/2011
Gordi Afri
Penulis: Jostein Gaarder
Judul: Cecilia & Malaikat Ariel, Kisah Indah
Dialog Surga dan Bumi,
Penerbit: Mizan, Bandung
Tahun terbit: 2008.
Post a Comment