foto ilustrasi dari internet |
Saya
ingin mengabadikan salah satu hari bersejarah dalam hidup saya. Bukan mau pamer
diri tetapi mau melihat unsur perubahan di dalamnya. Perubahan seberapapun
kecil, tak mesti yang luar biasa, tetap memberi sumbangan dalam sejarah hidup
kita.
Pada
Selasa, 24 apil 2012 yang lalu, saya mengalami peristiwa bersejarah dalam hidup
saya. Hari ini menjadi salah satu puncak perjuangan intelektual saya. Dua dosen
menguji saya mengenai tugas akhir yang saya buat yakni skripsi. Saya menyusun
skripsi itu dalam tahun terakhir kuliah, dalam 2 semester. Saya ingin
menjadikan waktu 2 semester ini sebagai bagian dari sejarah hidup saya. Saya
menyusun skripsi sampai pada pertanggungjawabannya nanti termasuk perbaikan
setelah diuji.
Masa-masa
ini saya maknai sebagai momen intelektual. Maksudnya segala daya intelektual
dikerahkan untuk menyelesaikan tugas ini. Ada tantangan yang berarti namun
tetap dilampaui. Jatuh bangun dalam semangat mengerjakan bab per bab. Godaan
untuk mengabaiakan membaca buku sumber dalam sehari. Godaan untuk mendahulukan
tugas lain yang sesuai minat saya ketimbang skripsi. Ini semua adalah momen
perjuangan intelektual.
Ini
menjadi sejarah karena dengan melewati ini kemampuan saya diasah. Kemampuan
mengelola waktu. Kemampuan mengasah pikiran agar tetap fokus dalam satu
permasalahan yang belum terselesaikan. Kemampuan untuk mengadakan upaya diplomatis
melalui dialog dengan nara sumber sekunder seperti teman/dosen yang ahli dalam
bidang yang saya geluti. Dari upaya ini kemampuan saya dalam berelasi (dengan
rendah hati) dengan sesama semakin teruji.
Selain
itu ada juga kepekaan yang amat sensitif. Kepekaan akan tugas yang
diprioritaskan. Kepekaan akan permohonan bantuan teman. Dalam menyelesaikan
tugas ini, saya melibatkan teman-teman. Ini perjuangan bersama-pribadi. Maksudnya,
perjuangan ini dilaksanakan bersama teman-teman dan juga para dosen pembimbing.
Meski yang bertanggung jawab penuh adalah saya sendiri. Ibarat menahkodai kapal
laut. Teman-teman adalah kru ABK (anak buah kapal) dan sang kapten adalah saya
sendiri. Kapal berjalan dalam kerja sama kru dan sang kapten.
Hari
ini juga menjadi hari sejarah karena berhadapan dengan dua dosen dalam satu
pertemuan. Biasanya satu lawan satu, bukan untuk bertanding tetapi untuk
berbincang-bincang. Sejak semester satu kami sudah dibiasakan berhadapan muka dengan
dosen dalam ujian semester. Ini modal untuk berani tampil bicara empat mata
dengan dosen. Kali ini agak lain. Ada dosen yang mesti dihadapi. Meski kami
saling kenal dan sering berjumpa dalam pertemuan kuliah, saya masih merasa agak
canggung berhadapan dengan mereka dalam pertemuan ini.
Tetapi
saya berprinsip, mereka juga manusia mengapa mesti ditakuti. Mereka tidak
membunuh saya. mereka juga membahas tugas yang saya buat, yang saya susun, jadi
saya yang lebih tahu tentang topik yang dibahas. Dengan modal ini saya berani
berhadapan dengan mereka. Dengan modal ini saya berani mempresentasikan selama
15 menit di hadapan mereka. Setelah itu, saya siap menjawab pertanyaan mereka. Tentu
tidak semuanya bisa dijawab dengan benar. Tetapi yang lebih penting adalah saya
menjawab dan mempertanggungjawabkan tugas akhir saya ini.
Ini
bagian dari sejarah hidup saya. bagian yang tidak saya lupakan. Entahlah
mungkin saya tidak mengalami lagi keadaan seperti ini. Kalau saya belajar lagi ke
tingkat selanjutnya pasti mengalami juga. Tetapi kalau tidak, tidak apa-apa,
toh dalam sejarah hidup saya, bagian ini sudah saya alami. Saya tidak akan
melupakan bagian sejarah ini.
Jangan melupakan
sejarah hidup Anda. Dengan mengenal sejarah, Anda menjadi tahu perkembangan
hidup Anda. Dengan tahu perkembanga,n Anda bisa membuat evaluasi atas hidup
Anda.***
CPR,
31/5/2012
Gordi
Afri
Post a Comment