
Kisah
Bonifasius ini diambil dari wikipedia. Dari kisah ini dapat diambil beberapa
hikmah. Bonifasius adalah orang yang setia menunggu. Menunggu sudah lazim
dianggap sebagai tindakan yang membosankan. Siapa yang tidak bosan menunggu. Itu
karena yang ditunggu tidak datang-datang. Lain kalau yang ditunggu datang tepat
waktu, menunggu menjadi saat-saat yang indah dan menyenangkan.
Bonifasius
menunggu umatnya untuk menerimakan sakramen. Yang ditunggu belum datang tetapi
tampaknya Bonifasius masih setia menunggu. Yang ditunggu digantikan oleh
sekelompok orang yang menyerang Bonifasisu dan pengikutnya. Menunggu yang
membawa maut.
Menunggu,
bagi Bonifasius, kiranya bukan pekerjaan yang membosankan. Menunggu malah
menjadi saat yang membahagiakan. Bahkan bisa membuat pembaruan. Bonifasius menunggu
saat yang tepat untuk memotong sebuah pohon Ek raksasa yang disembah oleh
sekelompok umat di Hesse (Jerman Barat). Pohon ini diyakini sebagai tempat
bersemayam dewa Thor, dewa guntur dan
perang.
Pohon
Ek ini membuat orang Hess menyembah berhala. Penyembahan berhala menjadi sebuah
kewajiban. Ada ancaman jika tidak menyembah. Dewa marah pada manusia. Bonifasius
mendobrak model penyembahan ini. Ia memotong pohon Ek dan runtuh. Tidak ada hal
luar biasa yang terjadi. Dewa tidak marah. Demikian dikisahkan dalam riwayat
Santo Bonifasius.
Kesetiaan
kiranya menjadi pegangan hidup Bonifasius. Ia setia pada imannya, menyembah
Yesus, bukan menyembah berhala, menyembah pohon. Kesetiaan, baginya, kiranya
menjadi kekuatan untuk membarui kehidupan iman umatnya. Kesetiaan dibutuhkan
oleh orang beriman.
PA,
5/6/13
Gordi
Post a Comment