Misa
Kamis Putih tahun 2013 cukup unik. Beda dengan tahun sebelumnya waktu saya di
Jakarta. Di Yogyakarta kami merayakannya dengan sederhana. umat yang hadir 3
orang selain kami, 14 orang ditambah 1 pastor.
Karena
sedikit, sebagian besar dari kami menjadi para rasul, saling basuh kaki. Pastor
membasuh kaki saya, saya membasuh kaki seorang anak binaan kami, ketua kelas,
dan dia membasuh kaki teman di sebelahnya. Tiga orang di urutan terakhir adalah
umat. Mereka saling basuh kaki juga.
Saya
tidak memerhatikan khotbah pastor saat misa. Toh, intinya adalah perayaan
perjamuan terakhir antara Yesus dan para murid. Bukannya saya meremehkan
khotbah itu. Tetapi, saya tidak bisa menangkap kata-kata sang pastor. Suaranya tidak
begitu jelas. Ketidakjelasan ini memacu saya untuk memerhatikan sekosentrasi
mungkin. Namun, rupanya gagal. Saya memilih diam dan tidak memerhatikan.
Inilah
uniknya perayaan Kamis Putih 2013 ini.
Setelah
misa, kami membuat perarakan. Mengantar Yesus dalam sakramen mahakudus ke
tabernakel (tempat simpan hosti-tubuh Yesus) yang terletak di kapel kecil, di
lantai 2 rumah kami.
Setelahnya,
setiap kelompok berdoa di sana. Kelompok pertama berdoa setelah misa. Kami yang
lain makan malam. Selanjutnya bergiliran sehingga tidak kosong. Yesus tidak
sendirian dalam kapel itu.
Saya
mendapat giliran terakhir. Pukul 11 malam. Saya berdoa sendiri dalam suasana
hening. Saya meminta satu permohonan pada Yesus. Saya merasa begitu dekat
sehingga saya seolah-olah bicara langsung dengan Yesus.
Pukul
11.30 saya istirahat. Rasa kantuk muncul. Langsung terkapar saat masuk kamar.
PA,
29/3/13
Gordi
Post a Comment