Dingin. Inilah kesan saya saat ini. Italy
sedang dalam peralihan musim. Waktu saya datang akhir Agustus lalu, suhunya
panas. Di Roma saja, baru jam 10 pagi sudah panas. Dan rupanya paling panas pada jam
2-4 sore. Matahari terbenam pada pukul 8 malam. Jadi, jam 9 malam, terang masih ada.
Dan kini setelah di Parma, saya mulai
merasa dingin. Sejak minggu lalu (8 September) sudah terasa dingin. Kebetulan kami
buat pertemuan di luar kota. Dan saya merasa dingin di situ. Rupanya, sedang
beralih ke musim dingin. Teman-teman saya yang sudah lama tinggal di Italy,
sudah biasa dengan suhu ini. Saya memakai jaket sedang mereka belum. Padahal sebelumnya
panas sekali. Dan, tanggal 15 September yang lalu, hujan turun di Parma. Apakah
ini pertanda suhu makin dingin?
Kata teman-teman saya, YA. Mereka bilang,
musim dingin berlangsung hingga April. Sekarang masih musim panas. Alias dinginnya
belum terasa. Tetapi bagi saya, ini sudah dingin. Boleh jadi karena saya datang
dari daerah panas.
Dingin itu memang terasa sekali. Masuk
kamar, dingin. Padahal di luar masih siang, ada matahari. Apalagi kalau malam. Dinginnya
minta ampun. Boleh jadi karena kamar saya di tempat tinggi. Ya, rumah kami
bermodel apartemen. Bertingkat. Saya tinggal di tingkat paling atas, tingkat 5.
Di atas itu ada atap. Tinggi sekali. Dan dingin sekali. Teman-teman bilang,
tingkat 5 itu paling dingin nanti. Kalau pun ada pemanas ruangan, suhunya tidak
terlalu hangat. Alias tetap dingin.
Wala-wala tambah parah. Saya sudah
menyiapkan pakaian ala kadarnya untuk musim dingin. Memang jendela dan pintu
kamar tertutup rapat saat malam hari. Dan selimut tebal berlapis cukup membantu
saya untuk menghangatkan badan. Dan memang saya merasa hangat pada malam hari. Tetapi,
begitu bangun pagi, suhunya dinsin sekali. Ingin sekali tetap tinggal dalam
selimut. Tetapi, saya harus beraktivitas. Bangun dan rapikan tempat tidur. Lalu,
mandi. Dan airnya hangat. Tetapi menunggu air hangat, badan terasa dingin
kembali.
Memang ruang ini dingin sekali tetapi
hati saya panas untuk belajar bahasa Italy dan budayanya. Kelak, jika sudah
mengerti, saya akan menulis dalam bahasa Italy. Dingin boleh saja asal saya
tetap bisa menghangatkan badan dan ruang saya. Biarkan Tuhan menghangatkan jiwa
dan raga saya.
Parma, 17 September 2013
Gordi
Post a Comment