foto oleh Matt Dearden-Indo Pilot |
Sinabung, namamu kini ramai
dibicarakan. Sinabung dan korban yang mati. Sinabung dan letusan. Sinabung dan
suhu panas. Sinabung dan awan panas. Sinabung dan korban yang selamat. Sinabung
dan kru penolong. Sinabung dan tokoh politik. Sinabung dan aparat pemerintah. Sinabung
dan kru pemandu pengungsi.
Bukan itu saja. Sinabung juga masuk
di koran lokal, nasional, dan internasional. Juga di TV lokal, nasional, dan
internasional. Di internet pun ramai, dalam berbagai bahasa. Sinabung jadi
sorotan mata para penikmat berita.
Menyebut Sinabung berarti menyebut
Sumatera, menyebut Indonesia, Asia. Nama Sinabung melambung, nama Indonesia
juga demikian. Tak lupa nama Jakarta, ibu kota negara, yang ditulis dengan
berbagai bahasa. Jangan heran jika Jakarta pun kadang-kadang tidak ditulis
sesuai aslinya.
Tetapi itu tidak penting. Toh yang
jadi pusat perhatian adalah Sinabung. Sinabung bukan saja terkait dengan letusan.
Tetapi, Sinabung juga dikaitkan dengan tahun politik, 2014, di Indonesia. Ramai
bicara politik, ramai juga bicara SInabung. Melebur dalam satu paket. Yang datang
menolong juga datang membawa pengaruh politik.
Namun di mata internasional, Sinabung
tetap dikaitkan dengan alam, manusiawi, dan sosial. Lihatlah warga Jepang
dengan monitor TV-nya memberitakan secara langsung dari Sinabung. Warga Jepang
pun tahu bagaimana situasi terbaru di SInabung. Jepang bukan Indonesia tetapi
Jepang memerhatikan Indonesia.
Sinabung, masihkah kamu dikaitkan
dengan politik? Harapannya, tidak. Sinabung sekarang mesti dikaitkan dengan Alam, Manusiawi, dan Sosial.
Bagaimana cara bersahabat dengan alam? Itu yang mestinya dikembangkan
oleh Indoensia. Ini penting untuk masa depan Indonesia.
Bagaimana cara menyelamatkan manusia secepat dan seakurat mungkin. Mengerahkan
bukan saja tenaga manusia tetapi juga teknologi. Teknologi ini yang mestinya
dikembangkan Indonesia.
Bagaimana cara melihat sesama sebagai
makhluk sosial dan bukan sebagai
ladang politik. Membantu atau memberi bantuan tanpa melihat status sosial,
agama, suku, dan sebagainya. Ini yang mestinya ditanam di benak warga.
Sinabung namamu dikenang. Sinabung,
marilah kita hidup bersama. Bersahabat sebagai sesama ciptaan.
Prm, 3/2/2014
Gordi
*Tulisan ini diambil dari tulisan saya di blog kompasiana
Post a Comment