gambar dari enmerit.net |
Padre Corda adalah
artis kapela di Wisma Xaverian Yogyakarta. Sebagai artis, dia tahu tugasnya.
Dia menjaga agar kapela itu tetap indah. Keindahan ini pun dia ciptakan dengan
menambahkan berbagai jenis bunga. Bunga-bunga tersebut dia
datangkan dari taman komunitas atau dibeli di luar. Selain bunga hidup, di
kapel memang sudah ada bunga abadi, bunga mati, bunga hias. Bunga jenis ini
tidak akan diganggu gugat selain dibersihkan saja. Kami semua bertugas untuk
membersihkan ini.
Padre Corda memerhatikan keberadaan bunga
hidup. Bunga yang setiap hari dia
siram dengan air, yang dia buang bagian yang tidak hidup lagi. Padre
Corda—seperti bunga-bunga hidup ini—ingin membuat suasana di kapel tetap hidup.
Seperti bunga yang menampakkan keindahannya dan memberi keharumannya, kami pun
menikmati keindahan kapel ini.
Bunga hidup ini juga mengingatkan kami akan
relasi kehidupan dengan Dia, sang pemberi hidup. Bunga-bunga hidup itu adalah
lambang kehadiran-Nya. Dia yang hidup di antara kami. Dan, Padre Corda justru memerhatikan kehidupan
relasional antara kami yang hidup dengan Dia, sang sumber hidup.
Kehidupan
manusia sebenarnya disimbolkan dengan bunga-bunga hidup di kapel itu. Kehidupan
itu tidak saja dihidupi tetapi juga mesti menjadikannya sebagai seni.
Seni hidup. Bagai bunga yang menciptakan keindahan, kehidupan kita juga
mestinya menciptakan keindahan. Keseniaan tidak ada batasnya. Keseniaan menjadi
ruang kreasi yang tak akan pernah habis. Demikianlah kehidupan yang diwarnai dengan
seni, tidak akan pernah selesai. Maka, mesti Padre Corda pergi
meninggalkan kami semua, kehidupan yang penuh seni itu, tetap dilanjutkan.
Padre Corda sudah meninggalkan keindahan
itu di kapel. Tugas kami selanjutnya adalah melanjutkan merawat keindahan itu. Artis kapel itu boleh pergi tetapi tentu saja ada
artis-artis baru yang muncul. Bagai bunga hidup yang pada suatu hari akan layu
dan mati, artis pun demikian. Tetapi nilai keindahan yang diciptakan sang artis
tidak akan pernah mati. Keindahan itu tetap muncul setiap saat, setiap
kali kita menciptakan kreasi baru.
Selamat jalan Padre
Corda. Kaulah artis kami di surga.
Dari rumah Bapa, engkau membuat hidup kami menjadi indah. Hidup yang mesti
kadang berhadapan dengan kesusahan, kau tetap mengirimkan kebahagiaan bagi
kami. Dengan demikian, kau mengirimkan kekuatan kala kami lemah lesu. Kehidupan
kami boleh saja pasang surut, tetapi keindahan yang kau wariskan tak akan ada
batasnya. Keindahan itu tetap ada dan diperbarui setiap saat, seperti engkau
memperbarui bunga-bunga yang layu di kapel setiap pagi dan sore. (bersambung)
PRM, 20/2/15
Gordi
Post a Comment