Halloween party ideas 2015
Showing posts with label KOMPASIANA 2. Show all posts


ilustrasi dari kompas.com, postingan kompasiana
Kemajuan suatu bangsa tidak lepas dari perkembangan ilmu pengetahuan. Negara-negara maju di Eropa, Amerika, dan Asia menitikberatkan perhatiannya pada ilmu pengetahuan. Dari sini mereka berkembang ke bidang lainnya. Dari pengetahuanlah, Amerika belajar membuat teknologi canggih. Bangsa-bangsa besar di Eropa seperti Jerman, Italia, Prancis, dan sebagainya, maju karena ilmu pengetahuan. Di Asia ada Jepang, Cina, Korea, Taiwan, Tailand sudah masuk kategori maju. Ilmu pengetahuan-tentu dengan ditopang bidang lain seperti ekonomi, budaya, dan sosial-politik-menjadi tonggak utama dan pertama kemajuan sebuah bangsa.

Tak bisa tidak, bangsa maju manapun harus melewati tahap ini. Jepang sudah melewati tahap ini. Itulah sebabnya Jepang menjadi salah satu bangsa maju di Asia bahkan di dunia, bersaing dengan bangsa maju lainnya di Eropa dan Amerika. Jepang memang tidak main-main dengan pengetahuan. Dalam bidang Filsafat, Jepang sudah menunjukkan buktinya. Filsuf-filsuf Jepang sudah membuktikan bahwa mereka bisa membangun dan mengembangkan ilmu Filsafat khas Jepang. Itulah sebabnya, sahabat saya yang bekerja di Jepang mengatakan, “Jepang belajar filsafat di Eropa, lalu membangun sistem filsafatnya sendiri khas Jepang.”

Kemajuan Jepang rupanya tidak lepas dari kemajuan bangsa lain seperti Eropa. Jepang-dalam hal ini-pandai belajar dari negara lain. Jepang tahu bangsa Eropa sudah maju karena ilmu pengetahuannya, dia pun ingin belajar dari Eropa. Bagi Jepang, ilmu pengetahuan tidak jatuh begitu saja dari langit. Ilmu pengetahuan mesti dicari, dipelajari, dikembangkan. Tidak ada hal baru di atas bumi ini. Semuanya sudah dipelajari, ditelusuri. Maka, kalau mau mendapatkan yang baru, selidikilah seluk-beluk yang sudah ada. Demikian juga dengan perkembangan ilmu pengetahuan.

Jepang menyelidiki perkembangan ilmu pengetahuan ini di Eropa. Jepang tahu betul, Eropa adalah gudang ilmu pengetahuan. Maka, Jepang mengirim para mahasiswanya ke Eropa. Di Eropa mereka belajar apa saja. Ilmu pengetahuan umum, budaya, sosial, politik, filsafat, teknologi dan cabang lainnya. Para mahasiswa ini belajar dan bertemu para ilmuwan Eropa. Dari para ilmuwan ini, mereka belajar banyak hal. Mereka ingin menjadikan ilmu pengetahuan ini kelak menjadi milik orang Jepang. Mereka rupanya punya keyakinan kuat bahwa Jepang juga bisa seperti Eropa. Jepang memang terbelakang dibanding Eropa tetapi mereka yakin bisa mengejar Eropa. Mereka mencari cara agar mimpi ini tercapai.

Sambil belajar, mereka menemukan caranya. Mereka belajar di Eropa tapi mereka kembali ke Jepang. Di Jepanglah mereka mengembangkan ilmu pengetahuannya. Dalam bidang Filsafat misalnya, mereka belajar dari filsuf-filsuf Eropa seperti Kierkegaard (1813-1855), Heideger (1889-1976), Buber (1878-1975). Mereka belajar karya-karya filsuf Yunani Kuno seperti Sokrates (469-399 SM), Plato (427-347 SM), Aristoteles (384-322 SM), dan sebagainya.

Untuk mencapai perkembangan ilmu-ilmu modern, rupanya harus belajar dari ilmu-ilmu yang sudah ada sebelumnya. Jepang menerapkan hal ini dalam bidang kesehatan. Mereka mengirim tenaga kesehatan untuk belajar di Eropa lalu kembali ke Jepang dan mengembangkan pengetahuannya. Belajar kesehatan bagi orang Jepang tidak berhenti pada gelar dokter atau perawat. Belajar bagi mereka adalah pekerjaan seumur hidup.

Kata sahabat saya lagi, “Ilmuwan Jepang belajar kedokteran di Jerman, lalu kembali ke Jepang. Di sana mereka mengembangkan ilmu kedokteran dan menemukan jenis-jenis obat khas Jepang.” Ini menarik untuk ditiru. Demikian juga dengan ilmu lain seperti Filsaafat. “Orang Jepang belajar Filsafat di Eropa lalu kembali Jepang dan menemukan Filsafat khas Jepang.” Maka lahirlah nama besar seperti Nishida Kirarò (1870-1945), Tanabe Hajime (1885-1962), dan Nishitani Keiji (1900-1990). Ini hanya beberapa saja. Masih banyak ilmuwan lainnya. Mereka inilah yang berjasa membangun sistem Filsafat khas Jepang.
Mereka belajar dari Eropa, menerjemahkan karya-karya penting dari Eropa lalu mereka membangun sistem filsafatnya sendiri. Begini rupanya Jepang membangun dan mengembangkan ilmu pengetahuannya.

Bagaimana dengan Indonesia?
Indonesia kiranya perlu menengok sejarah. Soekarno sudah mengirim putra-putra terbaiknya untuk belajar di Eropa dan Amerika. Soekarno rupanya tidak kalah pandai dengan Jepang. Boleh jadi sebelum Jepang, dia sudah menemukan cara ini. Atau juga mungkin sama-sama pandai. Maklum, Soekarno belajar Filsafat dan ilmu pengetahuan lain di Eropa. Sayang, kecerdasan Soekarno tidak didukung oleh anak-anak bangsa. Ilmu pengetahuan dalam hal ini lagi-lagi dikhianati politik. Politiklah yang membuat putra-putra terbaik Indonesia tidak bisa mengembangkan ilmu pengetahuannya di negara ini. Mereka berjaya di luar negeri sementara Indonesia sendiri terus terbelenggu dengan kemajuannya yang tinggal di tempat.

Terkenang sebuah seminar di STF Driyarkara beberapa tahun lalu. Pembicaranya adalah putra Indonesia sendiri yang bekerja di kota Manchester, Inggris. Dia lebih nyaman bekerja di universitas terkemuka di Inggris ketimbang di Indonesia karena karya-karyanya tidak bisa dikembangkan di Indonesia. Bahasa kasarnya, bangsanya sendiri tidak mendukung karya-karyanya. Kiranya dia tidak sendiri. Banyak ilmuwan Indonesia yang bekerja dan mengajar sampai namanya terkenal di luar negeri termasuk di Jepang dan Eropa. Indonesia rupanya tidak kalah dari Jepang. Indonesia tinggal selangkah lagi. Namun, langkah itu masih sulit jika situasi politik, sosial, ekonomi tidak kunjung kondusif. Kapan Indonesia bisa membangun dan mengembangkan ilmu pengetahuannya? Saat Indonesia sudah bebas dari belenggu politik, sosial, dan ekonomi yang menghambat perkembangan ilmu pengetahuan. Waktunya belum ditentukan. Jepang sudah menemukan saat-saat terindahnya di abad XIX dan XX. Ayo..Indonesia juga bisa. Majulah anak bangsa, rebut kemajuan dari tangan-tangan pembelenggu.

Salam cinta Indonesia.

PRM, 6/3/2015
Gordi

gambar dari postingan di kompasiana
Pelajaran Geografi itu penting. Tak sia-sia jika diajarkan di SMP dan SMA. Pelajaran itu akan dibawa terus sepanjang hidup. Hingga masa tua pun, pelajaran itu tetap berharga. Itulah sebabnya pelajaran Geografi menjadi salah satu mata pelajaran yang penting. Mata pelajaran yang kiranya sengaja diperkenalkan sejak SMP. 

Pelajaran Geografi tidak seperti pelajaran lainnya seperti Matematika dan Fisika yang kesannya masuk kategori rumit. Pelajaran Geografi masuk kategori ringan. Meski demikian, pelajaran Geografi berkaitan erat dengan Matematika dan Fisika. Salah satu kaitannya adalah masalah gempa bumi. Cabang ini dipelajari dalam Geografi SMP kalau tidak diubah pada kurikulum yang sekarang. Pertanyaan yang muncul adalah di mana letak gempa. Berapa kekuatan gempa. Sebera jauh getaran gempa.

Untuk pertanyaan seperti ini, Geografi membutuhkan jawaban Matematika dan Fisika. Maka, Geografi memang tidak lepas dari Matematika dan Fisika. Meski, kesannya bukan pelajaran rumit, sebaiknya Geografi jangan dianggap enteng. Geografi sebagai salah satu cabang ilmu tetap relevan dan harus dipelajari dengan baik. Mempelajari Geografi seperti mempelajari kerangka besar dari sebuah benda. Geografi akan menyusuri keliling benda itu hingga mempunyai bentuk geografis. Dengan demikian, mempelajari Geografi Indonesia berarti mempelajari kerangka besar tentang Indonesia. Kerangka tentang kepulauan Indonesia dari Sabang sampai Merauke.

Tahun 2012 yang lalu, saya mengunjungi teman saya yang tinggal di Kepulauan Mentawai. Mentawai masuk provinsi Sumatera Barat. Mentawai dengan beberapa pulau besar dan kecilnya masuk dalam satu kabupaten. Kabupaten Kepulauan Mentawai. Mereka yang mempelajari Geografi akan dengan mudah mengetahui letak dan posisi kepulauan ini. Mudahnya seperti mereka yang dengan cepat menunjukkan posisinya pada peta negara Republik Indonesia. Tapi kalau tidak memahami dengan baik Geografi, akan sulit mencarinya di peta Indonesia. Saya terbantu dengan pelajaran Geografi sejak SMP untuk menemukan letak kepulauan ini. Logikanya, masuk dari wilayah Sumatera Barat. Temukan kota Padang dan sekitarnya. Lalu, masuk ke kepulauannya. Ada Nias dan Kepulauan Mentawai. Di situlah kerumitannya diperkecil. Pada akhirnya, dengan mudah menemukan Kepulauan ini.

Saya berkunjung ke dua dari tiga pulau besarnya. Dengan kapal laut selama 6 jam dari Padang, kami mendarat di Pulau Siberut. Tinggal di sana selama 2 hari. Lalu, dengan kapal lagi, kami ke Pulau Sikabaluan. Di sana tinggal 3 hari, lalu kembali ke Siberut. Satu lagi pulau yang tidak kami kunjungi yakni Pulau Sipora. Ada pulau-pulau kecil lainnya yang tentu tidak saya hafal namanya. Bahkan, masyarakat setempat pun enggan menyebutkan semuanya. Bagi mereka, yang utama adalah ketiga pulau besar ini. Mereka bisa berkeliling ke tiga pulau ini dengan kapal pemerintah.

Di Sikabaluan, saya berincang-bincang dengan anak-anak SMP dan SMA yang tinggal di asrama. Demikian juga dengan anak-anak di Siberut. Sebagai orang ‘asing’ pertanyaan yang muncul pertama adalah, Anda dari mana. Lalu, mengapa Anda ada di sini. Saya menggoda mereka dengan pertanyaan di mana letak NTT? Sebagian besar dari mereka tidak bisa menjawabnya. Berarti, pengetahuan mereka tentang Geografi masih kurang bahkan boleh dibilang minim. Pertanyaan yang sulit ini rupanya bisa dijawab oleh seorang anak SMP. Anak ini rupanya berasal dari keluarga perantau dari luar Mentawai. Merantau rupanya bisa membantu siswa mempelajari Geografi.
Kesulitan mempelajari Geografi seperti ini bukan saja masalah anak-anak SMP dan SMA di Kepulauan Mentawai. Kiranya ini merupakan kesulitan anak-anak di seluruh Indonesia. Indonesia memang-secara Geografi-amat rumit dipelajari. Apalagi dari segi budaya, bahasa, dan sosial-politik. Namun, apa pun tantangannya, orang Indonesia mesti tahu konteks geografis bangsanya sendiri. Dan, ini harus diketahui sejak SMP, saat Geografi diperkenalkan. Malah lebih bagus jika jauh sebelumnya yakni sejak SD.

Anak-anak di Mentawai rupanya tidak jauh berbeda dengan anak-anak SMA di Makasar. Akhir Mei tahun 2012, saya berpetualang ke Makasar. Saya mampir ke tempat teman yang mengajar di salah satu SMA di Makasar. Di situ, saya bertemu anak-anak SMA. Kami berbagi cerita. Saya membagikan pengalaman saya selama tinggal di Jogja dan Jakarta. Lalu, saya menceritakan pengalaman berkunjung ke Padang dan Mentawai. Reaksi mereka sebelum saya melanjutkan cerita adalah bertanya, di mana letak Kepulauan Mentawai?

Rupanya, pertanyaan Geografi seperti ini ada di mana-mana. Bertanya berarti ingin mencari jawaban. Dan, anak-anak ini sedang mencari jawaban. Jawaban yang sebenarnya sudah mereka temukan dalam buku pelajaran Geografi SMP dan SMA. Namun, mereka masih dalam pencarian juga.

Mempelajari Geografi rupanya rumit terutama Geografi Indonesia. Namun, Geografi Indonesia yang sulit itu rupanya memudahkan orang Indonesia mempelajari peta Geografi dunia. Kesulitan ini memang bukan saja dialami anak-anak Mentawai dan Makasar. Boleh jadi juga menjadi kesulitan anak-anak remaja di seluruh dunia. Anak-anak zaman sekarang memang dengan mudah mencari ilmu di internet. Dengan komputer, laptop, bahkan dengan telepon gengam, mereka dalam sekejab mencari jawaban di google. Namun, Geografi sendiri mesti dipelajari jauh-jauh hari, sejak mereka belum menggunakan telepon genggam, belum menggunakan komputer berjaring internet.

Liburan bulan Juni dan Juli tahun 2014 yang lalu, saya habiskan di beberapa kota kecil di bagian Selatan Italia. Di sana, saya juga bertemu banyak orang muda dan kaum remaja. Kami berbincang-bincang karena baru bertemu pertama kali. Dari perbincangan inilah, saya juga berhadapan dengan pertanyaan Geografi.

Dari mana asal Anda? Dari Indonesia. Indonesia di mana yahhh? Di Afrika, Amerika Latin atau Asia. Sulit menebak. Bahkan, ada yang menebak di Afrika. Ini salah besar. Ada juga yang menebak dari Amerika Latin karena kulit saya yang cokelat ini mirip dengan kulit orang Amerika Latin. Saya coba membantu mereka dengan mengarah pada jawaban yang benar. Filipina di mana yah?? Dengan mudah mereka jawab di Asia. Indonesia dekat dengan Filipina juga dekat dengan Australia. Kalau Australia mereka tahu. Maklum, sebagian besar dari mereka sudah bepergian ke luar negeri termasuk Australia. Di sana rupanya banyak orang Italia.

Baik anak-anak Italia maupun anak-anak Indonesia rupanya tidak mudah mempelajari Geografi. Bisa dimaklumi untuk anak-anak Italia. Sebagian dari mereka, tidak mempelajari Geografi di sekolah secara rinci seperti Geografi yang masuk dalam kurikulum di Indonesia. Meski demikian, anak-anak Italia biasanya mencari sendiri pelajaran ini. Ada yang mempelajarinya karena keluarga mereka sering berlibur ke luar negeri. Mau tak mau, mereka juga dibiasakan untuk belajar Geografi. Paling tidak letak negara dan tempat-tempat yang mereka kunjungi.

Anak-anak Indonesia juga semestinya lebih hebat dari anak-anak Italia. Mereka punya kesempatan khusus untuk mempelajarinya di sekolah. Terbantu lagi jika mereka juga diberi kesempatan untuk belajar di luar kota dan pulaunya sendiri. Mahasiswa dari Mentawai yang belajar di Malang, misalnya, mempunyai pengetahuan Geografi yang jauh lebih bagus dari mereka yang belajar di Padang. Di Padang boleh jadi mereka hanya mengenal teman-teman sesama Sumatera Barat atau sesama Sumatera. Sementara di Malang, bertemu dengan teman-teman dari seluruh nusantara. Ya, mudahkan belajar Geografi?

Geografi tidaklah sesulit yang dibayangkan. Bisa jauh lebih mudah. Salah satu kuncinya ya, belajar dengan baik sejak SMP dan SMA. Saat itulah pelajaran Geografi menjadi darah daging dalam diri siswa. Geografi bukanlah ilmu yang sekali dipelajari lalu selesai. Geografi adalah ilmu yang terus diperbarui. Kalau ada kabupaten atau provinsi baru, Geografi juga turut berkembang. Geografi amat penting untuk Indonesia dengan kepulauannya yang luas dan besar, dan juga dengan masalah alamnya yang rumit. Geogologi yang bisa mempelajari perkiraan gempa rupanya juga masuk cabang Geografi. Tak mungkin belajar Geologi tanpa tahu Geografi. Jadi, mari kita belajar Geografi dengan baik.

Salam cinta Geografi.

PRM, 2/3/2015
Gordi



Gambar dari m.okezone.com
Telingaku panas mendengar semua ini. Mereka bertanya dan terus bertanya. Mengapa temanku ditembak mati. Katanya mendengar berita Indonesia menembak mati para tahanan. Kujawab sesuai yang kutahu informasinya. Mereka selayaknya dihukum mati. Wong sudah ditahan bertahun-tahun.

Tak puas rupanya. Jawaban memang kadang tidak memuaskan. Puas menurutku menjawabnya demikian. Bangsanya bukan bangsa Indonesia. Bangsanya berbudaya tulis dan argumen. Kadang aku harus salut dengan ketajaman berpikirnya. Makanya, muncul lagi suaranya. Mengapa, mengapa, dan mengapa temanku di tembak mati.

Aku menjawab dengan argumenku. Argumen yang kuat. Logika berpikir yang tepat dan benar. Wong saya belajar logika 6 bulan kok. Satu mata kuliah. Jawabanku memang tepat dan benar. Sayang, kandas di pertanyaan soal HAM. Bolehkah membunuh sesama manusia? Aku berpegang pada pendapatku. Tidak!

Tapi???? Tapi ya, wong mereka sudah ditembak mati. Yang sudah mati tidak dapat dihidupkan kembali. Kata mantan dosenku lewat opini-nya di koran KOMPAS, hukuman mati, setelah pelakunya ditembak mati, tidak bisa diganggu gugat lagi. Hukuman mati memang seperti itu meski boleh jadi keputusannya keliru. Dan jelas ada keliru. Tidak ada keputusan hukum yang benar total.

Telingaku panas mendengar rentetan pertanyaan itu. Lebih panas lagi mendengar kasus penangkapan wakil KPK oleh POLRI. Muncul sendiri bayangan kasus mirip beberapa tahun lalu. Cicak vs Buaya.

Negeri ini mau jadi apa? Ketika semuanya berkuasa taka da lagi yang mau dikuasai. Hatiku hanya berharap semua pada akhirnya pulih. Aku mencintaimu Indonesia. Negeri besar dan banyak orang pintarnya. Hatiku berharap pada mereka yang bisa mengendalikan negeri ini pada jalan yang benar.

PRM, 25/1/2015
Gordi

gambar dari forum.detik.com
Tulisan ini hanya numpang lewat. Tengok kompasiana dan ketemu banyak berita. Salah satu berita menarik adalah tentang para gadis. Ya, tentang gadis. Kebetulan ketemu beberapa berita. Topik pembicaraannya hanya satu yaitu tentang gadis. Mata lelaki langsung terciut mengkliknya karena tertarik dengan judul. 
Ada kata gadis. Gadis memang menarik. Berita sudah muncul. Mata langsung tertuju pada gadis charger itu. Badannya dipenuhi perabot charger. Katanya, dari situ bisa dicharger beberapa telepon gengam. Ini toh manfaatnya perabot itu. Bukan gadisnya yang men-charger telepon gengam.
Tengok berita sudah selesai. Dengan gambar saja sudah bisa tahu isinya. Tapi, biar tambah puas, baca juga beritanya. Ya, itu-itu juga, informasinya masih membahas tentang perabot charger.
Gadis ini memang untuk menarik perhatian. Meski tidak menjamin perabot tersebut bisa laris. Gadis ya gadis. Perabot ya perabot. Ya inilah pintarnya penjual. Menjual perabot dengan menarik perhatian. Cara menarik perhatian ya menyuruh gadis cantik menjualnya. Untunglah gadisnya tidak dijual. Kalau gadisnya sekalian dijual tambah heboh juga.
Pintarnya penjual menjual jualannya. Gadis cantik pun ikut terlibat. Gadis memang menarik. Jual mobil mewah pun, gadis juga terlibat. Pembeli juga tidak kalah. Maksud hati tidak membeli tetapi karena ada gadis cantik, pura-pura berlagak pembeli. Biar tak kalah pamor jadilah pembeli mobil. Tapi, ada juga pembeli yang memang maksudnya membeli mobil. Datang membeli sekalian melihat gadis cantik karena memang sudah ada di samping mobil.
Untunglah di sini aku tidak menemukannya. Pembeli di sini membeli karena membutuhkan. Butuh mobil ya beli mobil. Demikian juga penjual. Penjual mobil ya penjual tok. Tidak menjual yang lain. Tidak memakai yang lain untuk dijual. Jual aslinya bukan embel-embelnya.
Gadis itu tentu dapat uang dari hasil pamerannya. Laku banyak bayarnya banyak. Demikian bunyi berita di situ. Demikian sebaliknya. Gadis itu tampak tidak punya pekerjaan tetap. Bekerja jika ada promosi penjualan. Ini juga pekerjaan namanya. Tapi, pekerjaan yang banyak tergantungnya. Tergantung promosi penjualan. Tergantung seni menjual. Tergantung gaya menarik perhatian. Tergantung pembeli. Tergantung jenis produk.
Gadis memang cantik dan menarik perhatian. Tanpa menjadi gadis charger pun gadis tetap cantik. Ya namanya cari duit, kecantikan pun dijual. Tak salah. Toh, dunia post modern. Dunia kontemporer, kata para ahli. Bebas semau gue. Tapi jangan bebas keterlauan sampai melukai yang lain yah. Jangan sampai terjasi seperti “Charli Hebdo”.

foto ilustrasi oleh maquillage
Tahun baru belum tiba tetapi huru-hara sudah mulai. Tahun ini belum berakhir tetapi pembicaraan sudah menyangkut tahun baru. 

Banyak ucapan selamat tahun baru. Tetapi sangat sedikit yang mengucapkan selamat akhir tahun. Apakah ini pertanda manusia mau lompat?

Pagi ini saya menelepon seorang sahabat. Di akhir pembicaraan dia mengucapkan, Selamat Akhir Tahun Ya….. Saya kagum mendengar ucapan itu. Saya diam sejenak sebelum mengucapkan terima kasih dan sampai jumpa.

Tahun ini belum berakhir, jangan buru-buru memasuki tahun baru. Alam sudah mengatur perubahannya. Kita menunggu saja. Tahun baru itu akan datang.

Oleh karena itu, jangan menyebut Selamat Tahun Baru. Sebutlah dan ucaplah Selamat Akhir Tahun. Sebab, tahun ini belum berakhir dan tahun baru belum datang. Besok atau minimal jam 00.01 nanti malam ucapan Selamat Tahun Baru boleh dikumandangkan.

Selamat Akhir Tahun…

PA, 31/12/12
Gordi

*Pernah dimuat di blog kompasiana pada 31/12/12

foto ilustrasi oleh Pojok Buku
Kompasiana menggoda. Kompasiana meninabobokan. Inilah yang terjadi di blog keroyokan ini.

Saya membaca satu tulisan lalu komentar. Setelahnya membaca satu lagi lalu komentar. Begitu terus sampai membaca 10 artikel. Ketagihan. Berlanjut. Tak terasa sudah 2 jam di depan kompasiana.

Padahal hanya membaca dan berkomentar. Memang dapat pengetahuan dan informasi baru. Tetapi dua jam sekali duduk.

Yah…gara-gara kompasiana.

PA, 31/12/12
Gordi


*Pernah dimuat di blog kompasiana pada 31/12/12

foto ilustrasi oleh gandhi pipit
Tahun baru. Sebentar lagi akan tiba. Ada kerinduan untuk mencapai tahun itu. Setiap orang mempunyai kerinduan yang sama. 

Hari ini tahun lama akan berakhir. Nanti malam. Tepat pukul 00.00 menjadi akhir dari tahun kiamat yang diramalkan. Begitu lewat 01 detik, kita masuk tahun baru.

Tak ada yang luar biasa. Setiap tahun seperti itu. Alam berputar sesuai hukumnya. Lihat saja pergantian siang dan malam. Terjadi dengan sendirinya. Demikian juga dengan pergantian jam yang ditentukan oleh manusia. Paling jelas adalah pergantian hari dan malam. Itu hukum alam. Pergantian tahun merupakan pergantian yang dibuat manusia. Maksudnya, ukuran setahun itu dibuat manusia.

Hari-hari ini di mana-mana ada atraksi menyambut tahun baru. Ada pesta kembang api, pesta dengan sang kekasih, pesta keluarga, pesta rakyat, pesta komunitas, dan sebagainya. Ada banyak pesta keagamaan. Untuk apa semuanya ini? Tanpa pesta pun tahun itu otomatis akan berakhir. Memang pergantian waktu tidak terkait dengan pesta itu.

Tetapi manusia tetap membuat pesta. Manusia kan suka pesta. Lebih dari sekadar hiburan, pesta itu juga merupakan ungkapan syukur. Syukur atas tahun lama yang akan berakhir. Apa pun bentuknya pesta yang akan diadakan hari dan malam ini menjadi ungkapan syukur. Hiburan juga bisa dikaitkan dengan syukur. Syukur yang diungkapkan, diekspresikan.

Selamat akhir tahun………

PA, 31/12/12
Gordi

*Pernah dimuat di blog kompasiana pada 31/12/12

foto ilustrasi oleh Anto Mantor Van Bond
Tak semua pembaca meninggalkan jejak pada tulisan. Ada yang membaca lalu pergi. Ada yang meninggalkan jejak berupa komentar. Ada pula yang memberi penilaian sesuai kategori yang ada. 

Simak tanpa kata. Itulah yang terjadi jika tanpa jejak komentar. Tetapi bukan berarti mereka tidak memerhatikan tulisan kita. Mereka mungkin tidak memerlukan kata untuk berkomentar. Mereka hanya memberi penilaian. Atau juga mereka hanya kagum sampai-sampai tak bisa berkata-kata lagi. Atau juga mereka buru-buru sehingga mereka hanya memberi penilaian.

Menilai juga mewakili perasaan dan pikiran. Menilai menarik menyangkut perasaan, menilai inspiratif berkaitan dengan pikiran. Demikian juga dengan penilaian lainnya.

PA, 30/12/12
Gordi

*Pernah dimuat di blog kompasiana pada 30/12/12

foto ilustrasi oleh Lucy (Ijucsu)
Tahukah Anda malam paling huru -hara sepanjang tahun? 

Sebentar lagi pergantian tanun. Dua hari lagi. Lusa malam adalah malam tahun baru. Malam paling repot adalah menjelang pergantian tahun.

Lihat saja persiapan di beberapa kota. Ada yang mengerahkan sejumlah personel polisi untuk mengamankan malam pergantian tahun. Ada yang membuat atraksi menjelang detik-detik pergantian tahun. Ada pula yang mengalihkan jalur kendaraan di jalan-jalan tertentu. Ada yang menggelar doa bersama. Dan sebagainya.

Yang jelas pada malam itu banyak warga turun ke jalan. Jalan pun jadi macet. Kendaraan berkonvoi. Manusia bak lautan. Tak ada lagi ruang kosong yang tersisa.

Beginilah malam pergantian tahun. 2012 akan berakhir dan 2012 akan tiba. Huru-haranya pada saat pergantian keduanya. Semoga tidak ada korban kecelakaan pada acara konvoi besar-besaran. Sebab, peluang untuk jadi korban amat besar. Siapa peduli jika muncul kerumunan orang? Yang ada hanya menyelamatkan diri sendiri. Nah, kalau tidak bisa selamat, mau tak mau siap menerima risiko. Entah diinjak atau didorong. Beginilah suasa kerumunan manusia di malam pergantian tahun.

PA, 29/12/12
Gordi

*Pernah dimuat di blog kompasiana pada 29/12/12

foto ilustrasi oleh Yudha P Sunandar
Engkau menyapaku pagi ini
Selamat pagi…
Engkau mungkin tidak sadar mengucapkan itu
Memang setiap pagi engkau mengucapkannya 

Aku tahu kamu buru-buru
Melayani pelanggan lainnya
Tetapi bahasa tubuhmu sudah terpaku
Kepala menunduk pertanda hormat
Sekaligus mengucap selamat pagi

Kamu membuang koran itu di halaman rumah
Kamu memberi langsung kepada pelanggan yang kebetulan bertemu denganmu
Di situ ada dialog kamu dengan dia
Kalian berkenalan

Sering berkenalan
Hingga ada komunikasi akrab
Demikianlah pepatah berujar ala bisa karena biasa
Engkau melayani sejak pagi-pagi buta

Orang bilang ini gampang saja tinggal mengantar
Padahal di balik kesibukan pagimu itu
Ada keindahan yang tiada tara

Engkau menghirup udara pagi yang bersih dan segar
Engkau menyaksikan rakyat menyapu halaman rumah mereka
Engkau melihat bapak, ibu, kakek, nenek, muda, mudi berlari pagi hari

Inilah indahnya harmonisasi kehidupan
Terima kasih tuk tukang koran
Pembawa berita
Pembawa inspirasi

Salam……

PA, 29/12/12
Gordi

*Pernah dimuat di blog kompasiana pada 29/12/12

foto ilustrasi oleh Junaid Butt
Makan, makan, dan makan.
Itulah kegiatan mereka.
Setiap hari, setiap sore, setiap malam
Mereka datang, duduk, ngobrol, pesan makanan, makan, ngobrol lagi, pulang.
Besok datang lagi dan melakukan hal yang sama.

Berapa pasang meja-kursi telah mereka duduki.
Berapa posisi telah mereka buat.
Berapa porsi telah mereka habiskan.
Berapa jenis menu telah mereka rasakan.
Berapa lama lagi mereka datang lagi.

Mereka itu kerjaannya makan.
Ngobrol pun sambil makan.
Internetan pun sambil makan.
Telepon pun sambil makan.
Sms-an pun sambil makan.

Merencanakan liburan pun sambil makan.
Bercinta pun sambil makan.
Ya mereka bercinta.
Berbicara tentang cinta.
Membuat suasana romantis.

Saling mencintai.
Cinta monyet.
Sambil makan.
Makan, makan, dan makan.

Makan menjadi pengikat, pemersatu, penguat.
Mereka berkumpul untuk makan.
Mereka makan sambil membicarakan hal-hal penting.
Mereka makan sambil berbagi.

PA, 28/12/2012
Gordi


*Pernah dimuat di blog kompasiana pada 28/12/12

foto oleh Taufan Rotorasiko  
Presiden SBY meminta menterinya bekerja maksimal dalam 2 tahun massa pemerintahan yang tersisa.

Dua tahun bukan waktu yang singkat. Artinya jika dimanfaatkan dengan baik, dalam waktu itu bisa dihasilkan kinerja yang bagus. Asal saja para menteri berkomitmen untuk bekerja.

Tentang bekerja, jadi ingat slogan Pak Dahlan Iskan. Konon, tahun 2012 dia jadikan sebagai tahun kerja. Di koran Jawa Pos halaman depan selalu ada slogan itu. Kerja, kerja, dan kerja! Nah, sekarang tahun 2012 ini akan berakhir. Slogan apa lagi yang muncul di tahun berikutnya?

Jika SBY meminta menterinya untuk bekerja maksimal dalam 2 tahun ke depan, Pak Dahlan sudah melakukannya. Pak Dahlan mendahului Pak SBY. Boleh juga demikian. Berarti para menteri yang lain juga demikian. Lalu, selama ini para menteri tidak bekerja? Mereka bekerja juga hanya mungkin tidak maksimal.

Kata-kata Pak SBY sebenarnya mau mengingatkan para menteri bahwa waktu bekerja dalam kabinet tinggal 2 tahun lagi. Manfaatkan waktu ini dengan baik. Jangan sia-siakan. Rakyat berharap kepada kalian semua.

Anjuran ini bukan hanya untuk para pembantu presiden. Anjuran itu ditujukan juga kepada Pak SBY. Sebab, mereka bekerja dalam “tim” kabinet Indonesia Bersatu II. Jadi, baik Pak SBY maupun menterinya diharapkan bekerja maksimal dalam 2 tahun terakhir. Juga untuk semua yang melayani rakyat banyak.

Selamat bekerja dia khir tahun……

PA, 28/12/12
Gordi


*Pernah dimuat di blog kompasiana pada 28/12/12

foto oleh vj_hacker-boy
Tahun ini kartu ucapan Natal masih banyak. Pengirimnya adalah sahabat dan keluarga serta beberapa kenalan. Juga dari kantor/lembaga tertentu seperti bank, dan sebagainya.

Macam-macam jenis kartu dikirim. Ada yang sudah jadi. Ada yang ditulis tangan. Ada gambar yang dilukis. Ada yang difoto. Ada yang dihiasi lipatan dan guntingan kertas. Ada yang dirancang dengan program khusus di komputer.

Macam-macam. Sesuai kreativitas. Biasanya kartu tertentu yang sudah baku, dibeli di toko. Ini biasanya dikirim oleh mereka yang kesibukannya tinggi. Tak sempat membuat kartu yang kreatif.

Sedangkan kartu yang dirancang khusus dikirim dari mereka yang punya daya kreatif. Sebab, ini membutuhkan waktu khusus untuk menyiapkannya.

Demikian juga dengan kartu yang dibubuhi tanda tangan dan nama. Di sini daya kreativitas diasah. Memang kartu natal yang sederhana itu menjadi tanda untuk menguji kreativitasan seseorang.

Jika setiap tahun ada rancangan kartu Natal yang berbeda maka dalam beberapa tahun sisi kreativitas itu berkembang. Sepuluh tahun merancang kartu yang berbeda maka kita sudah emnciptakan sepuluh jenis kartu ucapan Natal.

Di balik kesederhanaan kelahiran Kristus dan kesederhanaan kartu ucapan Natal ada nilai kreativitas yang tinggi. Jadi tidak sia-sia kirim kartu Natal kepada sahabat, kenalan, dan keluarga.

PA, 25/12/12
Gordi


*Pernah dimuat di blog kompasiana pada 26/12/12

foto oleh Hengky Kurniawan
Hari Natal sudah lewat. Tanggal 25 Desember itulah yang teringat ketika membicarakan natal.

Semarak Natal mewarnai kehidupan umat Kristiani. Kini perayaan besar itu sudah lewat. Namun bukan berarti segalanya sudah selesai. Aura Natal masih semarak.

Sebelumnya memang amat sibuk. Menyiapkan hati dan fisik untuk menyambut pesta Natal. Setelah perayaan, kesibukan berikutnya berbeda.

Masih ada kue natal yang harus dihabiskan. Jangan disimpan lama nanti jadi basi. Kue harus habis. Lalu semua perlengkapan yang sudah terpakai, segera diberes kembali. Kandang atau gua natal masih dijaga. Sebab, massa natal belum usai. Biasanya 8 hari setelah itu baru gua itu dibongkar.

Kesibukan berikutnya adalah merapikan kartu ucapan Natal yang dikirim dari mana-mana terutama keluarga dan sahabat. Kartu itu jadi penghias rumah. Kartu itu juga jadi kenangan Natal tahun ini. Ya setiap tahun memang ada kartu.

Semoga Natal ini membawa kedamaian bagi umat manusia terutama di tengah situasi dunia yang semakin berkecamuk.

Selamat Natal…..

PA, 26/12/1
Gordi

*Pernah dimuat di blog kompasiana pada 26/12/12

foto oleh Juarez A Motyczka 
Pesan Natal bersama PGI dan KWI tahun ini mengangkat tema KASIH. Tema yang tidak asing. Semua orang tahu artinya KASIH tetapi tidak semua orang tahu berbuat KASIH. Mungkin mereka TAHU tetapi mereka TIDAK MAU.

Lalu untuk apa PGI dan KWI mengangkat tema ini? Di sini ada harapan bahwa KASIH mesti diwujudnyatakan. KASIH bukan istilah belaka tetapi tampak dalam kehidupan harian.

Sekelompok pemuda menjadi juru parkir di sekitar halaman gereja. Mereka tidak ikut misa. Mereka hanya bertugas mengatur kendaraan sehingga lalu lintas tetap lancar. Mereka memang tidak perlu ikut misa sebab mereka bukan orang Katolik atau Kristiani. Mereka adalah pemuda Muslim yang berada di sekitar gereja.

Ini contoh nyata perbuatan KASIH. Tentu boleh ditafsirkan mereka menjadi juru parkir supaya dapat uang parkir. Lumayan buat uang saku. Motif ekonomi.

Tetapi jangan hanya berpikir sampai di situ. Mereka tentunya mau melayani dengan senang hati. Ada motivasi lain selain ekonomi. Mereka merasa bisa untuk mengatur lalu lintas. Tak ada salahnya mereka membantu petugas gereja. Toh ini juga demi kelancaran lalu lintas di sekitar tempat tinggal mereka. Ini motif sosial.

Dengan menjadi tukang parkir mereka tentunya berdialog dengan umat yang datang. Maka ada dialog antar-manusia, dialog antar-umat beragama.

Dari ketiga motif si atas ada tali pengikat yakni KASIH. Kasih bukanlah istilah abstrak. KASIH bisa diwujudnyatakan.

Semoga NATal tahun ini menginspirasi banyak orang untuk bertindak KASIH. Umat Kristiani diharapkan mampu menjadi penyalur KASIH. Kalau pun situasi masyarakat tidak memungkinkan untuk bertindak KASIH, umat sebaiknya tetap mencari celah untuk mewujudnyatakan KASIH itu.

Untuk itulah pesan bersama PGI dan KWI digemakan. Tak usah pesimistis sebab KASIH bisa diwujudnyatakan.

Yesus lahir dan hadir bersama manusia di dunia utuk mewartakan KASIH. Pesan ini yang diteruskan pada kita sekarang ini.

Maka, jangan berkecil hari untuk bertindak KASIH. Berbicara lebih gampang daripada bertindak. Tetapi bertindak tanpa berbicara juga kurang bagus. Mari berbicara dengan orang sekitar. Bicaralah tentang KASIH tanpa memandang “baju” sosialnya, agamanya, statusnya, ekonominya, dan sebagainya.

KASIH menyangkut manusia dan bukan agama. Kalau pun agama mengangkat itu, itu demi manusia.

Selamat Natal……bagi umat Kristiani di mana saja berada.

PA, 25/12/12
Gordi


*Dimuat di blog kompasiana pada 25/12/12
Powered by Blogger.