Halloween party ideas 2015


Gambar dari m.okezone.com
Telingaku panas mendengar semua ini. Mereka bertanya dan terus bertanya. Mengapa temanku ditembak mati. Katanya mendengar berita Indonesia menembak mati para tahanan. Kujawab sesuai yang kutahu informasinya. Mereka selayaknya dihukum mati. Wong sudah ditahan bertahun-tahun.

Tak puas rupanya. Jawaban memang kadang tidak memuaskan. Puas menurutku menjawabnya demikian. Bangsanya bukan bangsa Indonesia. Bangsanya berbudaya tulis dan argumen. Kadang aku harus salut dengan ketajaman berpikirnya. Makanya, muncul lagi suaranya. Mengapa, mengapa, dan mengapa temanku di tembak mati.

Aku menjawab dengan argumenku. Argumen yang kuat. Logika berpikir yang tepat dan benar. Wong saya belajar logika 6 bulan kok. Satu mata kuliah. Jawabanku memang tepat dan benar. Sayang, kandas di pertanyaan soal HAM. Bolehkah membunuh sesama manusia? Aku berpegang pada pendapatku. Tidak!

Tapi???? Tapi ya, wong mereka sudah ditembak mati. Yang sudah mati tidak dapat dihidupkan kembali. Kata mantan dosenku lewat opini-nya di koran KOMPAS, hukuman mati, setelah pelakunya ditembak mati, tidak bisa diganggu gugat lagi. Hukuman mati memang seperti itu meski boleh jadi keputusannya keliru. Dan jelas ada keliru. Tidak ada keputusan hukum yang benar total.

Telingaku panas mendengar rentetan pertanyaan itu. Lebih panas lagi mendengar kasus penangkapan wakil KPK oleh POLRI. Muncul sendiri bayangan kasus mirip beberapa tahun lalu. Cicak vs Buaya.

Negeri ini mau jadi apa? Ketika semuanya berkuasa taka da lagi yang mau dikuasai. Hatiku hanya berharap semua pada akhirnya pulih. Aku mencintaimu Indonesia. Negeri besar dan banyak orang pintarnya. Hatiku berharap pada mereka yang bisa mengendalikan negeri ini pada jalan yang benar.

PRM, 25/1/2015
Gordi

Post a Comment

Powered by Blogger.