gambar dari postingan di kompasiana |
Pelajaran Geografi itu penting. Tak sia-sia jika
diajarkan di SMP dan SMA. Pelajaran itu akan dibawa terus sepanjang hidup.
Hingga masa tua pun, pelajaran itu tetap berharga. Itulah sebabnya pelajaran
Geografi menjadi salah satu mata pelajaran yang penting. Mata pelajaran yang
kiranya sengaja diperkenalkan sejak SMP.
Pelajaran Geografi tidak seperti pelajaran lainnya
seperti Matematika dan Fisika yang kesannya masuk kategori rumit. Pelajaran
Geografi masuk kategori ringan. Meski demikian, pelajaran Geografi berkaitan
erat dengan Matematika dan Fisika. Salah satu kaitannya adalah masalah gempa
bumi. Cabang ini dipelajari dalam Geografi SMP kalau tidak diubah pada
kurikulum yang sekarang. Pertanyaan yang muncul adalah di mana letak gempa.
Berapa kekuatan gempa. Sebera jauh getaran gempa.
Untuk pertanyaan seperti ini, Geografi membutuhkan
jawaban Matematika dan Fisika. Maka, Geografi memang tidak lepas dari
Matematika dan Fisika. Meski, kesannya bukan pelajaran rumit, sebaiknya
Geografi jangan dianggap enteng. Geografi sebagai salah satu cabang ilmu tetap
relevan dan harus dipelajari dengan baik. Mempelajari Geografi seperti
mempelajari kerangka besar dari sebuah benda. Geografi akan menyusuri keliling
benda itu hingga mempunyai bentuk geografis. Dengan demikian, mempelajari
Geografi Indonesia berarti mempelajari kerangka besar tentang Indonesia.
Kerangka tentang kepulauan Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
Tahun 2012 yang lalu, saya mengunjungi teman saya yang
tinggal di Kepulauan Mentawai. Mentawai masuk provinsi Sumatera Barat. Mentawai
dengan beberapa pulau besar dan kecilnya masuk dalam satu kabupaten. Kabupaten
Kepulauan Mentawai. Mereka yang mempelajari Geografi akan dengan mudah
mengetahui letak dan posisi kepulauan ini. Mudahnya seperti mereka yang dengan
cepat menunjukkan posisinya pada peta negara Republik Indonesia. Tapi kalau
tidak memahami dengan baik Geografi, akan sulit mencarinya di peta Indonesia.
Saya terbantu dengan pelajaran Geografi sejak SMP untuk menemukan letak
kepulauan ini. Logikanya, masuk dari wilayah Sumatera Barat. Temukan kota
Padang dan sekitarnya. Lalu, masuk ke kepulauannya. Ada Nias dan Kepulauan
Mentawai. Di situlah kerumitannya diperkecil. Pada akhirnya, dengan mudah
menemukan Kepulauan ini.
Saya berkunjung ke dua dari tiga pulau besarnya.
Dengan kapal laut selama 6 jam dari Padang, kami mendarat di Pulau Siberut.
Tinggal di sana selama 2 hari. Lalu, dengan kapal lagi, kami ke Pulau
Sikabaluan. Di sana tinggal 3 hari, lalu kembali ke Siberut. Satu lagi pulau
yang tidak kami kunjungi yakni Pulau Sipora. Ada pulau-pulau kecil lainnya yang
tentu tidak saya hafal namanya. Bahkan, masyarakat setempat pun enggan
menyebutkan semuanya. Bagi mereka, yang utama adalah ketiga pulau besar ini.
Mereka bisa berkeliling ke tiga pulau ini dengan kapal pemerintah.
Di Sikabaluan, saya berincang-bincang dengan anak-anak
SMP dan SMA yang tinggal di asrama. Demikian juga dengan anak-anak di Siberut.
Sebagai orang ‘asing’ pertanyaan yang muncul pertama adalah, Anda dari mana.
Lalu, mengapa Anda ada di sini. Saya menggoda mereka dengan pertanyaan di mana
letak NTT? Sebagian besar dari mereka tidak bisa menjawabnya. Berarti,
pengetahuan mereka tentang Geografi masih kurang bahkan boleh dibilang minim.
Pertanyaan yang sulit ini rupanya bisa dijawab oleh seorang anak SMP. Anak ini
rupanya berasal dari keluarga perantau dari luar Mentawai. Merantau rupanya
bisa membantu siswa mempelajari Geografi.
Kesulitan mempelajari Geografi seperti ini bukan saja
masalah anak-anak SMP dan SMA di Kepulauan Mentawai. Kiranya ini merupakan
kesulitan anak-anak di seluruh Indonesia. Indonesia memang-secara Geografi-amat
rumit dipelajari. Apalagi dari segi budaya, bahasa, dan sosial-politik. Namun,
apa pun tantangannya, orang Indonesia mesti tahu konteks geografis bangsanya sendiri.
Dan, ini harus diketahui sejak SMP, saat Geografi diperkenalkan. Malah lebih
bagus jika jauh sebelumnya yakni sejak SD.
Anak-anak di Mentawai rupanya tidak jauh berbeda
dengan anak-anak SMA di Makasar. Akhir Mei tahun 2012, saya berpetualang ke
Makasar. Saya mampir ke tempat teman yang mengajar di salah satu SMA di
Makasar. Di situ, saya bertemu anak-anak SMA. Kami berbagi cerita. Saya
membagikan pengalaman saya selama tinggal di Jogja dan Jakarta. Lalu, saya
menceritakan pengalaman berkunjung ke Padang dan Mentawai. Reaksi mereka
sebelum saya melanjutkan cerita adalah bertanya, di mana letak Kepulauan
Mentawai?
Rupanya, pertanyaan Geografi seperti ini ada di
mana-mana. Bertanya berarti ingin mencari jawaban. Dan, anak-anak ini sedang
mencari jawaban. Jawaban yang sebenarnya sudah mereka temukan dalam buku
pelajaran Geografi SMP dan SMA. Namun, mereka masih dalam pencarian juga.
Mempelajari Geografi rupanya rumit terutama Geografi
Indonesia. Namun, Geografi Indonesia yang sulit itu rupanya memudahkan orang
Indonesia mempelajari peta Geografi dunia. Kesulitan ini memang bukan saja
dialami anak-anak Mentawai dan Makasar. Boleh jadi juga menjadi kesulitan
anak-anak remaja di seluruh dunia. Anak-anak zaman sekarang memang dengan mudah
mencari ilmu di internet. Dengan komputer, laptop, bahkan dengan telepon
gengam, mereka dalam sekejab mencari jawaban di google. Namun, Geografi sendiri
mesti dipelajari jauh-jauh hari, sejak mereka belum menggunakan telepon
genggam, belum menggunakan komputer berjaring internet.
Liburan bulan Juni dan Juli tahun 2014 yang lalu, saya
habiskan di beberapa kota kecil di bagian Selatan Italia. Di sana, saya juga
bertemu banyak orang muda dan kaum remaja. Kami berbincang-bincang karena baru
bertemu pertama kali. Dari perbincangan inilah, saya juga berhadapan dengan
pertanyaan Geografi.
Dari mana asal Anda? Dari Indonesia. Indonesia di mana
yahhh? Di Afrika, Amerika Latin atau Asia. Sulit menebak. Bahkan, ada yang
menebak di Afrika. Ini salah besar. Ada juga yang menebak dari Amerika Latin
karena kulit saya yang cokelat ini mirip dengan kulit orang Amerika Latin. Saya
coba membantu mereka dengan mengarah pada jawaban yang benar. Filipina di mana
yah?? Dengan mudah mereka jawab di Asia. Indonesia dekat dengan Filipina juga
dekat dengan Australia. Kalau Australia mereka tahu. Maklum, sebagian besar
dari mereka sudah bepergian ke luar negeri termasuk Australia. Di sana rupanya
banyak orang Italia.
Baik anak-anak Italia maupun anak-anak Indonesia
rupanya tidak mudah mempelajari Geografi. Bisa dimaklumi untuk anak-anak
Italia. Sebagian dari mereka, tidak mempelajari Geografi di sekolah secara
rinci seperti Geografi yang masuk dalam kurikulum di Indonesia. Meski demikian,
anak-anak Italia biasanya mencari sendiri pelajaran ini. Ada yang mempelajarinya
karena keluarga mereka sering berlibur ke luar negeri. Mau tak mau, mereka juga
dibiasakan untuk belajar Geografi. Paling tidak letak negara dan tempat-tempat
yang mereka kunjungi.
Anak-anak Indonesia juga semestinya lebih hebat dari
anak-anak Italia. Mereka punya kesempatan khusus untuk mempelajarinya di
sekolah. Terbantu lagi jika mereka juga diberi kesempatan untuk belajar di luar
kota dan pulaunya sendiri. Mahasiswa dari Mentawai yang belajar di Malang,
misalnya, mempunyai pengetahuan Geografi yang jauh lebih bagus dari mereka yang
belajar di Padang. Di Padang boleh jadi mereka hanya mengenal teman-teman
sesama Sumatera Barat atau sesama Sumatera. Sementara di Malang, bertemu dengan
teman-teman dari seluruh nusantara. Ya, mudahkan belajar Geografi?
Geografi tidaklah sesulit yang dibayangkan. Bisa jauh
lebih mudah. Salah satu kuncinya ya, belajar dengan baik sejak SMP dan SMA.
Saat itulah pelajaran Geografi menjadi darah daging dalam diri siswa. Geografi
bukanlah ilmu yang sekali dipelajari lalu selesai. Geografi adalah ilmu yang
terus diperbarui. Kalau ada kabupaten atau provinsi baru, Geografi juga turut
berkembang. Geografi amat penting untuk Indonesia dengan kepulauannya yang luas
dan besar, dan juga dengan masalah alamnya yang rumit. Geogologi yang bisa
mempelajari perkiraan gempa rupanya juga masuk cabang Geografi. Tak mungkin
belajar Geologi tanpa tahu Geografi. Jadi, mari kita belajar Geografi dengan
baik.
Salam cinta Geografi.
PRM,
2/3/2015
Gordi
Gordi
Post a Comment