foto oleh JJ Pacres |
Siang-siang begini
enaknya apa yah? Mari bermain dengan
kata-kata biar otak tetap segar. Konon, ada pepatah klasik, belajar untuk hidup
atau hidup untuk belajar? Pepatah ini amat terkenal. Bukan hanya itu, pepatah
ini juga menjadi bahan perdebatan kami waktu SMA dulu. Menarik.
Lumayan buat latihan berdebat sekaligus berdiskusi, merumuskan argumen yang
logis.
Siang ini kita
tidak ingin membahasnya lagi. Cukuplah itu pada massanya. Siang ini saya
mengajukan pertanyaan yang mirip dengan itu. Hanya beda depannya saja. Belajar
diganti dengan menulis. Menulis untuk Hidup atau Hidup untuk Menulis?
Begitulah jadinya
kalaimat itu. Saya hanya mengajukan pertanyaan. Entah dianggap sebagai retorika
belaka atau juga ada yanbg menjawabnya. Saya hanya melontarkan saja. Toh, kalau
berdiskusi masing-masing orang punya jawaban, punya argumen.
Pilihan pertama,
menulis untuk hidup, bisa. Menulis untuk menghasilkan uang. Uang ini digunakan
untuk membiayai sekolah atau membeli keperluan makanan, dan sebagainya.
Menulislah sebanyak mungkin sehingga bisa memperoleh banyak uang.
Pilihan kedua,
hidup untuk menulis, bisa juga. Setiap hari ada tulisan yang dihasilkan. Hidup
ini tidak lain tidak bukan, hanya untuk menulis. Lalau pekerjaan lain?
Bekerja juga tetapi porsi terbesar adalah menulis. Menulis menjadi kegiatan
dominan. Tiada hari tanpa menulis.
Teman-teman
silakan memilih, pilihan pertama atau kedua. Mari berdiskusi juga kalau
penjelasan saya tidak lengkap. Untuk itulah kita berbagi. Hidup untuk berbagi,
menulis untuk berbagi, ngeblog untuk berbagi.
Selamat siang untuk pembaca semuanya.
———————
Obrolan siang menjelang santap siang
PA, 6/10/2012
Gordi Afri
*Dimuat di blog kompasiana pada 6/10/12
Post a Comment