Aku ingin menulis sesuatu tentang kamu. Sudah dipikirkan matang-matang
sebelumnya. Hanya satu langkah lagi untuk menulis. Yakni mengetik dengan jari.
Sayang sekali langkah terakhir ini gagal. Yah…seperti anak SD yang belajar 6
tahun tetapi gagal gara-gara satu mata pelajaran yang diuji dalam tempo 1 jam.
Satu langkah terakhir yang amat berharga. Tak lengkap jika langkah itu
tidak dibuat. Rasa-rasanya gampang padahal sulit dalam kenyataannya. Itu sudah
lebih dari setengah. Toh..akhirnya gagal. Tak peduli lebih dari setengah atau
mendekati selesai.
Sebuah proyek memang mesti selesai. Jangan ada yang tertinggal. Ibarat
proyek monorel di ibu kota yang mesti selesai. Sayangnya yang ada hanya
rancangan tiang. Entah itu sudah berapa puluh persen dari rancangan awal. Di mata kita
proyek itu gagal.
Banyak contoh lain yang mana pekerjaan akhirnya belum selesai. Demikianlah kondisi jalan di
beberapa desa. Jalan itu dibiayai oleh pajak rakyat. Entah namanya jalan
negara, jalan provinsi, jalan bantuan daerah tertinggal. Belum selesai dibuat
tiba-tiba berhenti. Katanya dananya kurang. Lha…kalau kurang kenapa tidak
diminta lebih banyak? Atau jangan-jangan rancangannya pas tetapi dananya
dikorupsi.
Ah…aku tak jadi menulis tentang kamu. Aku buka facebook tadi dan ternyata
ada teman yang mau ajak bicara. KAmi pun berbicara dan lupalah ide menulis
tentang kamu. Gak apa-apa yah…kapan-kapan baru disambung. Ini peristiwa tiba-tiba.
Yang jelas aku bukan perencana di negeri ini yang membuat proyek tetapi tidak
selesai. Mereka gampang saja membuat laporan. Padahal rakyat menderita karena
menjadi korban pertama.
—————————
Obrolan
pagi menjelang siang
PA,
5/10/2012
Gordi
Afri
*Dimuat
di blog kompasiana pada 5/10/12
Post a Comment