foto oleh aak2009 |
Peminat sepeda
(tanpa motor) kini bertambah banyak. Ada yang memakai sepeda hanya sebagai alat
rekreasi dan olahraga seperti mereka yang bergabung dalam kelompok sepeda
setiap akhir pekan. Ada juga mahasiswi/a dan siswi/a juga
beberapa dosen yang memakai sepeda sebagai alat transportasi harian. Ada juga
kelompok pekerja misalnya di daerah pabrik rokok wilayah Jawa Tengah dan Jawa
Timur yang memakai sepeda ke tempat kerja.
Macam-macam
kelompok pengguna sepeda. Sekarang ini semakin banyak orang sadar akan keadaan
lingkungannya yang makin kritis. Lama-lama kalau semakin banyak pengguna
kendaraan bermotor, bumi ini jadi kotor dan rusak. Boleh jadi menyadari hal
ini, muncullah banyak komunitas sepeda. Sebenarnya sebelum masalah lingkungan
ini menjadi besar, orang sudah memakai sepeda. Kakek dan nenek moyang bangsa
ini dulu sudah menggunakan sepeda sebagai alat transportasi. Udara tetap
bersih, tanpa polusi. Hadirnya kendaraan bermotor dan rakusnya manusia
menggunakannya menjadi penyebab kritisnya lingkungan alam.
Sekarang boleh jadi penggemar
sepeda lahir karena adanya masalah lingkungan. Selain itu ada juga yang memakai
sepeda karena ingin cepat-cepat sampai tujuan. Ini
terutama di beberapa daerah di Jakarta yang biasanya macet. Pengguna sepeda
memang bisa bergerak ‘bebas’ di jalanan asal saja tidak membahayakan diri
sendiri dan orang lain. Paling tidak pesepeda bisa menerobos lampu merah asal
saja tidak ada kendaraan dari arah lain yang memakai jalan.
Di Yogyakarta
penggemar dan pengguna sepeda makin banyak. Biasanya pemakai sepeda adalah kaum
mudi/a. Misalnya mahasiswi/a dan juga kaum mudi/a lainnya. Tetapi ternyata ada
juga anak SD, SMP, SMA, orang tua, termasuk kakek dan nenek. Woao…dari berbagai
kalangan.
Tadi siang
ketika mengantar 3 sepeda ke bengkel sepeda di jalan Ring Road Utara, saya
melihat banyak orang di bengkel. Ada anak kecil dan orang tuanya sedang
memerhatikan sepeda yang dipajang. Sang anak tampaknya meminta dibelikan
sepeda. Selain mereka ada juga beberapa orang muda, yang sama dengan saya,
mengantar sepeda untuk diperbaiki. Ada juga bapak-bapak yang sedang menunggu
sepedanya diperbaiki.
Apakah mereka ini memakai
sepeda sebagai sarana rekreasi dan olahraga atau memang sebagai alat transportasi.
Itu saya tidak tahu. Mungkin di lain kesempatan saya akan tanya. Tetapi saya
yakin sebagian besar dari pengunjung bengkel sepeda hari ini memakai sepeda
sebagai alat trasnportasi. Ke sekolah, kampus, tempat kerja, dan tempat tujuan
lainnya. Mudah-mudahan ini akan menarik banyak orang untuk memakai sepeda. Apalagi, di kota Yogyakarta sudah ada dan banyak jalur sepeda.
Yogyakarta pada suatu saat bisa menyaingi kota Denpasar, Bali, yang lebih dahulu mempunyai
jalur sepeda. Di Bali, di sepanjang jalan besar, sudah ada jalur khusus untuk
sepeda. Ini menjadi daya tarik bagi wisatawan manca negara yang
mengunjungiBali. Yogyakarta ke depannya mempunyai peluang ke arah
itu. Pengguna sepeda bukan lagi kaum mudi/a tetapi semua kalangan, anak-anak,
remaja, kaum tua. Lumayan bagus untuk mengurangi polusi. Tidak seberapa besar
jika dibandingkan dengan maraknya pertumbuhan sumber polusi seperti pabrik,
kendaraan bermotor. Tetapi, pelan-pelan langkah baik para pengguna sepeda ini
akan menjadi daya tarik bagi kelompok lain.
PA, 25/8/2012
Gordi Afri
*Dimuat di blog kompasiana pada 25/8/12
Post a Comment