foto oleh Sirico 2 |
Lebaran. Kata yang membuat hati banyak
orang berdebar. Bertemu sanak keluarga, bersenang-senang, bisa melihat kampung
halaman, dan sebagainya.
Sebelum semua itu jadi nyata, harus ada
jalan yang mesti dilalui. Tujuannya bersenang-senang tetapi jalannya harus
melewati tikungan berliku. Dalam tikungan itulah manusia diuji oleh ganasnya
alam. Yang kuat sampai tujuan, yang lemah sampai di rumah sakit, yang paling
lemah sampai di alam baka.
Beginilah lebaran yang mendebarkan. Tahun
ini korban kecelakaan lalu lintas terutama darat mencapai 800-an orang. Jumlah
yang cukup besar. Bayangkan kalau tiap tahun manusia Indonesia sejumlah itu
harus lenyap dari bumi Indonesia. Lama-lama penduduk Indonesia berkurang.
Memang itu terjadi setiap tahun. tidak ada
yang mengaku bertanggung jawab. Semuanya sibuk mengurus kepentingan diri
sendiri. Bukan aku yang salah tetapi kamu, mereka, dan kalian. Kalau tidak ada
yang mengaku salah berarti tidak ada yang salah. Masalahnya, bagaimana mungkin
tidak ada yang salah, kalau ada korban.
Pasti ada penyebab, pihak yang terlibat,
tidak satu orang, kompleks, hanya saja belum berani mengakui. Mengaku salah itu
memang sulit. Kalau mau supaya jumlah korban berkurang mulailah dengan mengaku
salah. Ini pintu gerbang untuk perubahan. Selama tidak ada yang salah tidak
akan ada perbaikan.
Kita
berharap manusia Indonesia tidak mati gara-gara lebaran. Kalau tidak diatasi
lama-lama orang takut untuk mudik lebaran. takut mati meski semua manusia mati.
Semua manusia ingin mati dengan hormat, bukan mati tergeletak di jalan raya, di
rumah sakit dan masih bersimbah darah, mati begitu saja ditabrak lari. Semuanya
ingin mati dengan tenang.
PA,
26/8/2012
Gordi
Afri
*Dimuat di blog kompasiana pada 26/8/12
Post a Comment