foto oleh Surlygirl |
Roti adalah makanan
khas orang Eropa. Sejak kecil, mereka sudah merasakan enaknya roti
bakar. Konon, mereka biasanya meracik roti itu dengan makanan lain seperti
telur, sayur, dan tomat. Saya melihat beberapa kali, mereka meracik roti bakar
itu. Kelihatannya mereka sangat menikmati makanan itu.
Roti bagi mereka
adalah sarapan. Roti hanya dimakan pada saat pagi hari. Makan siang dan malam
dengan menu yang berbeda. Jadi, roti digunakan sebagai makanan “alas perut’
sebelum berangkat kerja bagi orang Eropa.
Menjadi aneh ketika
orang Indonesia, maksudnya saya, makan roti ini untuk santap malam. Ada apa
ini? Asal tahu saja, saya tidak sedang berguyon. Ini kisah sungguhan bukan
rekaan.
Merunut ke belakang,
saya pernah makan roti, baik pagi hari maupun siang hari. Rasanya enak.
Beberapa kali sempat meracik sendiri. Ya itu tadi, roti dicampur telur, sayur
atau tomat. Saya makan roti pada siang hari ketika sakit. Satu-satunya makanan
yang “diterima perut” adalah roti. Saya “diperbudak” oleh perut. Tetapi tidak
apa-apalah. Sehebat-hebatnya manusia, entah dia presiden, olahragawan,
gubernur, perdana mentri, orang berkaliber, suatu saat mesti tunduk pada
kemauan perut.
Bukan hanya malam ini
saja, saya santap malam dengan dua potong roti. Tiga malam yang lalu, saya
melakukan hal serupa. Ini terjadi karena ada masalah dengan mulut saya. Ini
bukan soal selera makan. Toh, sebagai orang Indonesia, saya lebih mencintai
nasi daripada roti. Kalau saya makan nasi, perut saya kenyang. Sedangkan kalau
makan roti, perut saya masih meminta menu tambahan.
Tiga malam yang lalu,
mulut saya (sebelah kiri) agak kaku karena kena bius. Persis sama dengan yang
dialami malam ini. Dibius karena baru saja diadakan cabut gigi sebelah kiri
bawah. Tenatng cabut gigi nanti saya ceritakan di blog ini. Itulah sebabnya,
mulut saya tidak bisa berfungsi dengan baik. Bahkan, agak sulit untuk
membuka dengan lebar. Yang jelas, agak sulit memasukan nasi dengan sendok ke
mulut. Salah satu jalan adalah tidak boleh makan nasi untuk sementara. Dan, itu
yang saya lakukan. Tetapi, saya memilih makan roti supaya perut tetap diisi
makanan.
Lagi pula, saya mesti
minum obat. Kata dokter, jangan minum obat dengan perut tanpa terisi makanan. Maksudnya
jelas, minumlah obat setelah makan. Nah, kalau perutnya
belum terisi makanan, bagaimana mau minunm obat? Makan roti saja biar gampang
kunyahnya. Gara-gara cabut gigi, saya makan dua potong roti untuk santap
malam.***
CPR, 12/3/2012
Gordi Afri
*Dimuat di blog kompasiana pada 13/3/12
Post a Comment