FOTO, spiegel.de |
Keinginanku
untuk hidup bahagia hampir tak terbendung. Entah kapan realisasinya. Saat ini,
aku sedang mencarinya. Hidup bahagia memang tidak saja bahagia di dalam hati
tapi juga bahagia dalam hidup di luar. Hidup harian yang bahagia akan menambah
kebahagiaan dalam hati. Mesti, tanpa bahagia luar itu pun, bahagia dalam hati
tetap ada. Tetapi, lebih baik keduanya sama-sama bahagia, saling melengkapi.
Pagi
itu, aku dibawanya ke rumah besar. Tampak seperti penampungan lagi. Memang, ini
rumah penampungan. Namun, tidak seperti rumah penampungan sebelumnya. Yang ini
agak teratur. Ada jadwal yang harus diikuti. Keluar rumah saja diatur. Jam
terakhir masuk rumah saja teratur. Untuk merokok saja, tidak di semua tempat.
Ini betul-betul Eropa. Dan, orang Eropa rupanya seperti ini. Beginikah caranya
supaya bahagia?
Wah…semuanya
serba diatur. Aku tidak bisa lagi bebas merokok seperti di negeriku. Aku tentu
saja bebas merokok di luar rumah. Tapi, tidak boleh di dalam rumah. Apalagi
dalam kamar. Ada bagusnya juga, aku tidak bisa lagi merokok terus terusan.
Apalagi, di sini aku hanya pendatang, pencari hidup bahagia. Aku tak punya uang
tapi aku bisa makan gratis. Kalau gratis terus, apa jadinya nanti? Aku tak
ingin gratis semua. Paling tidak, aku harus merasakan pahit manisnya
mendapatkan uang. Ada usaha, puas, dan bahagia. Tidak mau terus menerus
menunggu gratis. Aku tak mau meminta meski banyak yang ingin memberi barang
satu dua euro.
Aku
ingin kerja sekarang. Namun, tidak ada tawaran untuk bekerja. Memang tidak
mudah. Apalagi, aku belum bisa berbahasa dengan baik. Untuk bercakap-cakap saja
bisa. Mungkin aku harus mencari pekerjaan yang tidak membutuhkan peran
intelektual. Terlalu sulit bagiku yang belum bisa berbahasa dengan baik ini. (bersambung)
PRM,
12/5/15
Gordi
*Didedikasikan untuk imigran dari
negara-negara Afrika yang mencari kehidupan yang lebih baik, di Benua Eropa.
Dari postingan di kompasiana, AKU PINGIN HIDUP BAHAGIA SEPERTI MEREKA (2)
Post a Comment