gambar dari internet |
Lelucon rupanya bisa menyelamatkan.
Meski kadang-kadang lelucon itu menyakitkan. Ini tentu saja lelucon yang
dipaksa. Atau, lelucon yang keterlaluan. Di balik lelucon memang mestinya
ditunjukkan sisi hiburannya.
Siang ini suasana kelas hening.
Seolah-olah tak ada penghuni. Atau, ada penghuni tetapi tak beraktivitas. Hanya
bunyi gerak pena dan keyboard laptop. Juga, seorang yang bicara. Suara sang
profesor. Para mahasiswa/i-nya pasif. Mereka hanya mendengar. Sesekali bertanya
tetapi lebih banyak mendengar. Lebih asyik mendengar ketimbang bertanya.
Suasana ini lama-lama mendominasi.
Hening tak beraktivitas. Rasa kantuk pun pelan-pelan datang. Memang kantuk itu
menggoda. Banyak yang jatuh dalam godaan ini. Posisi kepala mulai miring.
Pertanda, kantuk menghantui. Sesekali sandaran tangan pun jatuh dengan
sendirinya. Ah, kurang ajar rasa kantuk ini. Konser semalam bisa jadi biangnya.
Bukan mereka yang bernyanyi dan bermain musik tentunya. Ya penonton itu,
seperti kami.
Menonton sampai tidur larut malam.
Dikira fisik masih kuat, otak masih berfungsi. Rupanya tidak. Fisik perlu
tenaga baru. Tenaga baru datang setelah fisik beristirahat. Otak bisa berpikir
kalau tidak dibebani. Jika sudah dibebani banyak hal, dia akan mandul. Tak berfungsi.
Dan, jika tak berfungsi, maunya ya tidur. Awalnya kantuk lalu jatuh dan
tertidur.
Rasa kantuk ini tidak boleh ada. Boleh
ada tapi tidak boleh menggoda. Boleh menggoda tapi tidak boleh sampai jatuh.
Boleh jatuh tapi harus bangkit lagi. Dan memang kami bangkit dari rasa kantuk
ini. Pemeran di baliknya adalah sang profesor. Dia tahu betul keadaan para
mahasiswa/i-nya. Sekali dia membuat lelucon, yang kantuk mulai sadar. Buat satu
lagi, sebagian besar sudah segar. Untuk ketiga kalinya, semua tertawa.
Wah….kelas jadi ramai lagi.
Siang ini jadi saksi. Kaulah penyelamat
kami. Kamu memang orangnya. Kamu bukan saja belajar bagaimana mengajar. Kamu
juga belajar bagaiamana membangunkan orang dari kemalasannya untuk belajar.
Belajar mesti dibuat dalam suasana yang menarik. Tidak boleh dibuat dalam
suasana tegang apalagi suasana kantuk. Kantuk tanda orang malas.
Mahasiswa/i-kok malas. Tidak. Harus bangkit dan berpikir lagi.
Terima kasih profesor. Kamu memang hobi
lelucon. Lelucon yang menyelamatkan kami dari godaan untuk tidur. Boleh lucu
asal tahu tempatnya. Lucu seperti ini tidak saja membuat orang tertawa tetapi
juga membuat orang segar untuk beraktivitas.
PRM, 6/5/15
Gordi
Post a Comment