FOTO, print,kompas,com |
Di
pantai itu, perahu motor kecil merapat. Tidak seperti di pelabuhan. Maklum,
perahu milik nelayan. Kulihat orang berlari ke arahnya. Aku pikir, aku juga harus
berlari seperti mereka. Kekuatan perang yang pernah kujalani rupanya membuatku
menjadi orang terdepan di kelompok pelarian ini. Aku berhasil masuk di perahu
motor ini. Jumlah kami banyak. Boleh dibilang, perahu ini sebenarnya tidak
layak layar. Dengan beban yang begitu berat, mungkin akan macet. Namun, kami
mencukupkan diri saja. Anggap saja layak. Kami rupanya punya satu misi yang
sama. Ingin hidup lebih baik.
Setelah
berahari-hari di laut, kami tiba di pelabuhan yang mewah. Satu kapal besar
bersandar di dekatnya. Ingin rasanya segera turun dan mendekat ke sana. Sudah
bosan di atas perahu ini berminggu-minggu. Aku ingat beberapa temanku tidak
tahan lagi. Mereka akhirnya benar-benar pergi alias meninggalkan kami. Mereka
tidak jadi meraih mimpi hidup indahnya. Mereka hanya mengimpikan kehidupan ini.
Tetapi, mungkin mereka akan menemukan indahnya hidup itu, di seberang sana. Di
dunia yang satu itu. Dunia yang tidak menyatu dengan kami. Entahlah. (bersambung).
PRM,
11/5/15
Gordi
*Didedikasikan untuk imigran dari
negara-negara Afrika yang mencari kehidupan yang lebih baik, di Benua Eropa.
dari postingan di kompasiana, PINGIN HIDUP BAHAGIA SEPERTI MEREKA
Post a Comment