FOTO, arabpress |
Membaca
berita dari pengungsian, membuat hati terharu dan sedih. Di Siria dan Libanon.
Penduduk Siria banyak yang mengungsi ke bebrbagai negara. Termasuk ke Libanon
yang dekat dengannya. Di sana dijumpai banyak penduduk Siria.
Di
pengungsian inilah lahir rasa terharu dan sedih. Hidup mereka tidak tentu.
Hari ini hidup, besok belum tentu hidup. Banyak ketergantungan. Keamanan,
kesehatan, persediaan pangan, hidup sehat, dan banyak ketergantungan lainnya.
Hidup di pengungsian memang menjadi hidup serba ketergantungan. Jika tak ada
penopang, hidup akan berakhir. Dan, tamatlah riwayat pengungsian.
Meski, hidup tidak menentu,
para pengungsi juga mencoba menentukan kehidupan mereka. Mereka rupanya tidak
mau tinggal diam. Mau berbuat semampu mereka. Berusaha agar dalam
ketidaktentuan pun, bisa memperoleh ketentuan. Menentukan sesuatu yang tentu
dalam situasi tidak tentu.
Mencari sesuatu yang tentu
untuk masa depan inilah yang dilakukan Baraa, 10 tahun. Tinggal di pengungsian
di Libanon. Dia belajar dan mengajar di tempat pengungsian. Belajar dalam
situasi tempat seadaanya. Bayangkan saja situasi pengungsian. Serba tak menentu. Meski
demikian, dia mencoba untuk belajar dan berbagi ilmu. Katanya, “Saya membagikan
ilmu yang saya dapat dari pelajaran di pagi hari kepada teman-teman lainnya di
pengungsian.”
Dia
berbagi apa yang dia dapatkan. Di tempat pengungsian pun masih bisa berbagi.
Berbagi memang bisa dilakukan di mana saja, dalam situasi terjepit sekali pun. Tak heran, jika dia mengajar
bahasa Arab dan tata bahasanya pada anak-anak Libanon. Bahasa Arab tentunya
penting bagi anak-anak Libanon dan Siria. Bahasa ini digunakan sebagai alat
komunikasi. Namun, bukan saja bahasa Arab yang diajarkan. Baraa membagikan
pelajaran lain yang ia dapatkan. Itulah sebabnya, dia mengajarkan pada
teman-temannya, kalimat di bawah ini.
“Bonjour....comment
ca va?....Merci…” Selamat pagi, bagaimana kabarnya? Terima kasih.
Dua tiga kalimat dalam bahasa Perancis. Praktis dan
sederhana. Berbagi
sesuatu yang sulit pun kini menjadi mudah. Asalkan ada kemauan. Kiranya, Baraa
juga didorong oleh kemauan untuk berbagi. Sehingga, bukan saja bahasa Arab yang
dibagikan, bahasa Perancis juga dibagikan.
Semuanya
tentu berguna. Kelak, apa yang mereka dapatkan dari Baraa akan berguna bagi
masa depan mereka. Bahasa Perancis menjadi satu di antara sekian alat
komunikasi di antara negara-negara uni-Eropa. Jangan heran jika di Italia pun,
pengungsi dari Siria dan negara sekitarnya, sudah bisa berbahasa Perancis. Bisa
bahasa Perancis berarti bisa bahasa Italia. Bisa bahasa Italia berarti bisa
bahasa Spanyol dan Portugis. Empat bahasa ini berkaitan. Sama-sama lahir dari
rahim yang sama yakni bahasa Latin.
Anak-anak
pengungsi ini nantinya datang ke Italia atau Perancis, tidak akan mengalami
kesulitan yang berat. Dari bahasa Perancis ke bahasa Italia, mudah saja.
Seperti bahasa Indonesia dan Melayu atau Malaysia. Kalau tidak dapat pekerjaan
di Perancis, mereka bisa cari di Italia. Atau sebaliknya.
Terima
kasih Baraa, sudah berbagi ilmu. Salam berbagi untuk sahabat pembaca.
*Tulisan ini diinspirasi dari berita di koran
berbahasa Italia, POPOTUS, suplemen dari harian AVVENIRE, edisi 20 Januari 2015.
PRM, 22/2/2015
Gordi
Post a Comment