Halloween party ideas 2015

foto, shutterstock
Jakarta banjir. Bukan berita baru. Di postingan facebook teman-teman ramai dibicarakan banjir ini. Ada yang dituangkan dalam status ada pula yang di foto. Ah sama saja. Bukan berita baru. Intinya Jakarta Banjir. Ada yang embel-embel bereaksi kurang bagus. Menyalahkan presiden, gubernur, partai politik, pemimpin lembaga tertentu, dan sebagainya. Wajar jika muncul reaksi spontan seperti ini. Tapi, jangan jadikan ini sebagai hobi. Maksudnya, saking seringnya, jadi terus-terusan nyalahin yang lain.

Banjir memang mau tak mau seperti mewajibkan warga Jakarta untuk menjadikannya hobi. Hobi karena sering mengalamaninya. Sering mengalami harusnya sering pula mengatasinya. Namun, Jakarta tidaklah demikian. Makin sering banjir, makin sering pula jadi korban. Pengamat luar Jakarta dan luar negeri bisa-bisa tertawa. Yang jelek malah dibiarkan. Dibiarkan melanda Jakarta. Banjir itu menelan korban. Mungkin bukan warga tetapi bisa merusak kenyamanan, keindahan, kebersihan, bahkan merusak ekonomi dan pariwisata Jakarta. Seharusnya jika itu merusak, cepat mengatasinya. Yang terjadi malah dibiarkan.

Dibiarkan karena belum bisa mengatasinya. Ada usaha tentu saja. Perbaikan kanal, pembersihan selokan, dan sebagainya. Tapi ya, tampaknya itu-itu saja. Banjir tetap melumpuhkan Jakarta. Banjir memang tidak bisa ditolak. Yang bisa ditolak adalah kerugiannya. Banjir itu ibarat teriknya matahari. Panas dan menyengatkan. Kita tidak bisa mendinginkannya, tidak bisa menghalau cahayanya. Yang bisa ya, cari perlindungan agar teriknya tidak merusak mata dan kulit. Demikianlah banjir.

Maka, kalau Jakarta banjir lagi, itu berita lama. Harapannya muncul berita baru. Maksudnya, berita yang menggambarkan bagaimana warga Jakarta mengatasi banjir itu sehingga tidak ada kerugian. Salam semangat dan semoga menemukan jalan keluar mengatasi banjir ini.

PRM, 09/02/15
Gordi

Post a Comment

Powered by Blogger.