foto, shutterstock |
Banjir
memang mau tak mau seperti mewajibkan warga Jakarta untuk menjadikannya hobi.
Hobi karena sering mengalamaninya. Sering mengalami harusnya sering pula
mengatasinya. Namun, Jakarta tidaklah demikian. Makin sering banjir, makin
sering pula jadi korban. Pengamat luar Jakarta dan luar negeri bisa-bisa
tertawa. Yang jelek malah dibiarkan. Dibiarkan melanda Jakarta. Banjir itu
menelan korban. Mungkin bukan warga tetapi bisa merusak kenyamanan, keindahan,
kebersihan, bahkan merusak ekonomi dan pariwisata Jakarta. Seharusnya jika itu
merusak, cepat mengatasinya. Yang terjadi malah dibiarkan.
Dibiarkan
karena belum bisa mengatasinya. Ada usaha tentu saja. Perbaikan kanal,
pembersihan selokan, dan sebagainya. Tapi ya, tampaknya itu-itu saja. Banjir
tetap melumpuhkan Jakarta. Banjir memang tidak bisa ditolak. Yang bisa ditolak
adalah kerugiannya. Banjir itu ibarat teriknya matahari. Panas dan
menyengatkan. Kita tidak bisa mendinginkannya, tidak bisa menghalau cahayanya.
Yang bisa ya, cari perlindungan agar teriknya tidak merusak mata dan kulit.
Demikianlah banjir.
Maka,
kalau Jakarta banjir lagi, itu berita lama. Harapannya muncul berita baru.
Maksudnya, berita yang menggambarkan bagaimana warga Jakarta mengatasi banjir
itu sehingga tidak ada kerugian. Salam semangat dan semoga menemukan jalan
keluar mengatasi banjir ini.
PRM,
09/02/15
Gordi
Post a Comment