Halloween party ideas 2015

foto, shutterstock
Jangan buang remah nasi. Demikian kata seorang sahabat dari Jepang semalam. Entah nasi di sana sama dengan di Indonesia atau bukan. Tidak ditanyakan. Maklum, dia berbicara dalam sebuah seminar tentang keluarga. Saya tertarik dengan kata-katanya ini. Tentu dia tidak hanya mengatakan ini. Ada banyak hal lain yang disampaikan. Tetapi, kali ini biar cukup disimak satu saja.

Nasi sebagai bahan makanan pokok memang mesti dihargai. Kalau diuangkan tentu harganya tidak seberapa. Banyak orang mampu membeli nasi meski ada juga yang sama sekali sulit mendapatkannya karena tidak ada uang. Nasi di sini bukan saja dikaitkan dengan harga material. Nasi di sini dikaitkan dengan harga spiritual. Nilai spiritual.

Kok bisa ya, nasi juga ada harga spiritualnya? Ya, tentu saja. Ajaran Budha-dia adalah putri seorang pemimpin keagamaan dalam Budha di Jepang-melihat segala sesuatu sebagai objek yang berjiwa. Segala sesuatu di dunia ini mempunyai jiwa. Jadi, jangan heran jika mikrofon atau kertas juga punya jiwa. Benda-benda mati seperti itu saja ada jiwanya. Apalagi, benda hidup seperti daun. Makanya, dalam ajaran Budha tidak diperkenankan memetik daun. Biarkan daun itu jatuh atau gugur sendiri.

Kembali ke nasi. Nasi yang adalah makanan pokok itu adalah sumber hidup. Karena itu, nasi adalah pemberi hidup. Dia memberi kehidupan pada manusia. Buang nasi berarti buang kehidupan. Demikian kalau boleh ditafsirkan kata-kata teman Budha-Jepang ini.

Jangan buang remah nasi itu. Karena, buang nasi berarti buang kehidupan. Kehidupan yang didapatkan dari jerih payah manusia juga. Meski hanya sebutir, nasi itu mempunyai jiwa. Jangan buat jiwanya menderita karena jiwa manusia juga ada di situ.

Terima kasih sahabat.

PRM, 11/2/15
Gordi

Post a Comment

Powered by Blogger.