foto, shutterstock |
Nasi sebagai bahan makanan pokok
memang mesti dihargai. Kalau diuangkan tentu harganya tidak seberapa. Banyak
orang mampu membeli nasi meski ada juga yang sama sekali sulit mendapatkannya
karena tidak ada uang. Nasi di sini bukan saja dikaitkan dengan harga material.
Nasi di sini dikaitkan dengan harga spiritual. Nilai spiritual.
Kok bisa ya, nasi juga ada harga
spiritualnya? Ya, tentu saja. Ajaran Budha-dia adalah putri seorang pemimpin
keagamaan dalam Budha di Jepang-melihat segala sesuatu sebagai objek yang
berjiwa. Segala sesuatu di dunia ini mempunyai jiwa. Jadi, jangan heran jika
mikrofon atau kertas juga punya jiwa. Benda-benda mati seperti itu saja ada
jiwanya. Apalagi, benda hidup seperti daun. Makanya, dalam ajaran Budha tidak
diperkenankan memetik daun. Biarkan daun itu jatuh atau gugur sendiri.
Kembali ke nasi. Nasi yang adalah
makanan pokok itu adalah sumber hidup. Karena itu, nasi adalah pemberi hidup.
Dia memberi kehidupan pada manusia. Buang nasi berarti buang kehidupan.
Demikian kalau boleh ditafsirkan kata-kata teman Budha-Jepang ini.
Jangan buang remah nasi itu.
Karena, buang nasi berarti buang kehidupan. Kehidupan yang didapatkan dari
jerih payah manusia juga. Meski hanya sebutir, nasi itu mempunyai jiwa. Jangan
buat jiwanya menderita karena jiwa manusia juga ada di situ.
Terima kasih sahabat.
PRM, 11/2/15
Gordi
Post a Comment