foto, shutterstock |
Menghormati agama lain kiranya
bukan saja ajaran Budha. Di setiap agama, ajaran ini menjadi salah satu
penekanan utama. Menjadi miris ketika melihat aksi kekerasan yang
mengatasnamakan agama. Ajaran jangan membenci agama lain lenyap
seketika, ketika kelompok tertentu menuding penganut agama lain sebagai musuh,
kafir, biang kekacuan, dan sebagainya. Agama di sini menjadi dusta oleh
penganutnya. Agama sebagai lembaga sosial menjadi alat untuk merusak tatanan
sosial. Agama sebagai lembaga sakral menjadi pedang untuk membunuh kesakralan
agama lain.
Saya iba dengan sahabat saya ini.
Bertemu teman Katolik, masuk gereja, dia tetap berpegang pada nasihat orang
tuanya sejak kecil. Bertemu teman ateis pun, dia tetap menghormatinya.
"Saya tidak mempersoalkan dia ateis atau percaya pada Tuhan",
katanya. Dia tidak mempersoalkan mengapa tidak percaya. Sekadar bertanya dan
memberi hormat pada temannya.
Sahabat ini memberi pelajaran
berharga bagi kita semua. Hormat kepada orang lain termasuk agamanya kiranya
digemakan sejak kecil. Kelak saat besar, ajaran itu tetap menggema. Tentu ada
yang bisa saja beruba saat masa remaja dan dewasa. Dipengaruhi kelompok lain,
jadilah pembelot. Masuk kelompok pembenci agama lain.
Ajaran sahabat saya ini kiranya
perlu dan terus digemakan. Kelihatan sederhana tetapi nilainya tidak sederhana.
Kadang-kadang mudah berbicara tentang menghormati agama lain tetapi praktiknya
tidak sesuai. Terima kasih sahabat. Engkau memberi pelajaran berharga bagiku.
Kiranya bagi sahabat-sahabatku juga. Dari Budha kiranya menjalar ke agama lain.
Sahabat memang bisa jadi musuh
Tapi musuh kiranya jangan jadi musuh alami Musuh mesti dirangkul agar jadi
sahabat Salam saling bersahabat dan jangan saling memusuhi
PRM, 13/2/15
Gordi
Post a Comment